42. Should I ?

74 14 1
                                    



Destiny is a name often given in retrospect to choices that had dramatic consequences.-J.K. Rowling

1 tahun dan,

2 tahun Jisoo menjalani kehidupan barunya di kota Jakarta. Hari-harinya tampak biasa saja... Walau sesekali rasa gundah dan sesal muncul dibenaknya. Menyesal karena harus lari dan menyerah begitu saja dengan keadaan.

Seperti sekarang ini, ketika malam menyambut maka pikiran jisoo akan sangat kacau. Ia tentu masih merindukan Namjoon. Apa yang sedang dilakukan prianya itu sekarang? Apa Ia merindukan Jisoo seperti Jisoo merindukannya. Terkadang Jisoo punya keinginan untuk pulang ke Korea hanya untuk melihat prianya tapi semua itu diurungkan karena rasa takutnya bila harus bertemu kembali dengan Seokjin. Ia tak akan bisa membayangkan hal rumit apalagi yang akan menimpananya jika bertemu dengan Seokjin. Maka seperti inilah Jisoo sekarang memilih untuk merasakan bagaimana sesaknya merindu ketimbang memberi masalah bagi orang-orang disekitarnya.

Siapa yang harus disalahkan dalam situasi ini? Bukan salah Jisoo, Bukan salah Namjoon ataupun Seokjin. Hanya saja takdir yang belum tepat.

Pagi hari Jisoo berangkat kekantor seperti biasa, diperjalanan Ia sibuk membaca materi yang akan dibawakan dalam acara beritanya nanti. Meskipun suasana didalam bus sangat riuh hal itu tidak membuyarkan focus jisoo.

Baru saja Jisoo masuk ruangannya Ia telah di sapa oleh Sherly teman sekantornya "Jisoo tadi pak Hendra nyariin lo, katanya disuruh langsung ke ruangannya kalau lo udah dateng." Jisoo lantas mengangguk dan segera meluncur ke ruangan atasannya yaitu pak hendra tanpa sempat meletakkan tasnya dahulu.

Ia mengetuk ruangan itu sebelum melenggang masuk "Permisi , Bapak cari saya ?"

"Silahkan duduk, ada yang mau saya diskusikan dengan kamu."Ucap Pak hendra sambil menyesap kopi hitamnya.

"Jadi begini, kantor pusat ingin saya menyampaikan ini ke kamu. Karena kerjamu disini bagus cara menyampaikan berita dan totalitasmu dalam bekerja baik. Mereka mau ngirim kamu kerja di kantor pusat."ujar pak hendra serius

Tapi tunggu, bukannya kantor pusat stasun televisi ini ada di korea.

"terimakasih sebelumnya bapak untuk apresiasinya. Tapi saya perlu mempertimbangkannya dulu."jawab Jisoo

"Oke itu terserah kamu. Saya tunggu jawabannya besok. Lagian kamu ini kan asli Korea. Anggap saja ini waktunya kamu pulang kampung"

Jisoo hanya menyunggingkan senyum dan pamit untuk keluar ruangan melanjutkkan pekerjaannya. Pulang kampung apanya, justru di Korea dia tidak punya siapa-siapa Eomma dan Appanya saja memilih menetap di Indonesia entah sampai kapan, batin Jisoo.

Ia kembali keruangannya yang berisi 4 meja kerja khusus reporter dengan raut wajah terkesan gusar. "Gimana ? pak hendra ngomong apa? Selidik Sherly."

Jisoo menghela nafas berat "Pak Hendra bilang aku bakal di pndak ke kantor pusat dikorea."

"Bagus dong, akhirnya lo bisa balik ke korea. Gue kapan ya bisa ke korea. Kapan-kapan ajak gue dong, gue mau liat Oppa-Oppa korea kali aja jodoh gue disana." Ujar sherly dengan semangatnya sendiri. Berbeda dengan jisoo ia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat reaksi dari Sherly. Temannya itu tidak tau serumit apa kehidupan cintanya di korea berbeda jauh dari drama-drama korea.

🌻

Hari ini Jisoo pulang larut malam, banyak yang Ia kerjakan bersama rekan-rekannya menyusun laporan berita yang akan dibawakan esok harinya. Jisoo lelah tentu lelah fisik dan pikirannya. ibunya yang melihat raut wajah dan gerak tubuh Jisoo seakan mengerti ada yang tidak beres terjadi pada anaknya dan segera mengikuti anaknya masuk kedalam kamar.

Äda apa denganmu nak ? apa hari ini ada hal buruk yang terjadi ?"Tanya ibunya lembut sambil mengelus lembut surai Jisoo.

Jisoo meletakkan tasnya asal kekasur, berbalik dan memeluk erat tubuh ibunya. "Eomma atasanku bilang kalau aku akan dipindahkan ke kantor pusat. Dan aku diberi waktu member keputusan besok. Apa yang harus aku lakukan eomma."

Ibunya tentu sudah tau cerita anaknya selama berada di Korea, ceritanya tentang pria yang sangat dicintanya, teman baiknya Jinyoung dan Eommanya, dan juga Seokjin yang terlampau obsesi dengannya.

"aku ingin kembali, tapi rasa takutku lebih besar eomma."Jisoo menumpahkan rasa khawatir dalam pikirannya kepada ibunya.

"Eomma mengerti, tapi masalah tidak akan selesai kalau anak Eomma ini tidak berani menghadapinya. Jisoo...Eomma yakin semua masalah pasti ada jalan keluarnya. Jadi ikuti kata hatimu ya. Eomma dan Appa sebenarnya juga tidak tahan melihatmu disini tapi pikiranmu sedang di Negara lain." Tutur Ibu lembut.

"Tapi eomma.. kalau aku tidak bisa mengatasinya bagaimana ?."

"Belum dicoba kan ? kalau sudah dicoba baru anak cantik eomma boleh mengatakan tidak bisa. Emma dan Appa hanya ingin Jisoo bahagia. " Ibu kini menangkup wajah mungil Jisoo dengan kedua tangannya sehingga kini Ibu bisa menatap jelas kedua manik mata anaknya "Sekarang Jisoo harus berani mengambil keputusan ingin kembali ke Korea berusaha meluruskan semuanya atau tetap disini lari dari kenyataan."

Jisoo menitihkan air mata kata hatinya seakan berbicara. Ia tau keputusan yang akan Ia ambil besok. Sambil memeluk kembali tubuh ibunya dan berkata "Gomawo eomma selalu mendukungku."

🌻

Esok harinya,

Jisoo mantap memasuki ruangan pak hendra "Pak saya memutuskan untuk menerima tawaran dari kantor pusat. Kapan saya dijadwalkan berangkat?"



A BETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang