One of the simplest ways to stay happy: just let go of the things that makes you sad-Robert Tew
“Bagaimana keadaanmu? Apa kau tidak masuk kerja lagi hari ini?” Tanya Seulgi yang pagi-pagi buta sudah menelepon Jisoo.
Jisoo segera beranjak ke depan kaca mengecek tanda di lehernya. “Sepertinya aku sudah baik-baik saja. Aku akan bekerja hari ini.”
“Kau yakin sudah baikan?”
Jisoo melihat pantulan lehernya di kaca lagi-lagi-dan-lagi. bekasnya sudah tak sepekat kemarin. “Iya aku sangat yakin.” Ia menutup panggilan Seulgi.
Jisoo bersiap untuk berangkat kerja dengan rambut yang digerai dan tidak lupa mantel tebal yang sudah melekat ditubuhnya. Ia kemudian menutup pintunya dan segera memasuki lift yang akan membawanya turun ke lantai dasar.
Tepat di lantai 9 lift yang dinaikinya berhenti. Pintu lift terbuka perlahan menampakkan seorang pria yang sangat familiar baginya yang kini sedang melangkah masuk ke dalam lift.
Seketika hawa dingin digantikan dengan hawa panas yang sepertinya hanya dirasakan oleh Jisoo.Perasaan canggung dirasakannya di dalam lift yang hanya berisikan mereka berdua. Namun tidak dengan Kim Seok Jin yang berdiri di sampingnya. Jisoo bisa melihat pria itu dari ekor matanya. Dia berdiri dengan wajah yang terkesan sangat santai tidak seperti Jisoo sekarang ini.
Sebenarnya sudah banyak list pertanyaan yang tersimpan di dasar hatinya untuk pria itu. Tapi rasanya pertanyaan-pertanyaan itu sudah tidak layak di pertanyakan lagi.
“Kebetulan yang aneh bukan.” Ujar Seok Jin tiba-tiba memecah keheningan.
“I-iya.” Jisoo terlihat kikuk.
Bayangkan setelah sekian lama tak pernah bertemu dan sekarang ini mereka sedang menaiki lift yang sama.
“Kau ternyata adalah bawahanku dan kita juga tinggal di Gedung Apartemen yang sama.” Terdengar tawa kecil yang keluar dari bibir pria itu.
Jisoo hanya memperlihatkan senyum yang terkesan dipaksakan. Ia tidak tau harus menyikapi situasi ini bagaimana.
TING
Pintu lift yang terbuka berhasil mengakhiri suasana canggung ini. Ia keluar dengan langkah lebarnya berusaha menghindar secepat mungkin.
“SOOYA.”
Mendengar pria di belakangnya yang memanggilnya dengan nama itu membuat langkahnya terhenti. Dahulu hanya dia seorang yang memanggilnya ‘Sooya’.
“Mari akhiri perasaan canggung ini. Bagaimanapun juga kita akan sering bertemu di tempat kerja.” Ujarnya dari balik tubuh Jisoo.
Lantas Jisoo membalikkan badannya menghadap pria itu “Kau benar mari akhiri semuanya sekarang.” Seutas senyum terbentuk dibibir mungilnya.
“Kalau begitu sepulang kerja mau makan bersama? Ada hal yang harus kita selesaikan.”
Jisoo tidak berusaha untuk menolak ajakan-nya. Ia juga harus tau alasan pria itu meninggalkannya sehingga tidak akan ada lagi rasa mengganjal di dalam lubuk hatinya.
“Baiklah. Kalau begitu saya pergi dulu pak.” Pamitnya sambil membungkukkan badan pada sang manager.
🌻
Namjoon sudah menunggu Jisoo didepan halte bus. Ia memang sengaja tidak memberitahu Jisoo. 5 menit berlalu dan Ia baru melihat keberadaan Jisoo yang sedang berjalan kearah halte bus.
KAMU SEDANG MEMBACA
A BET
Fanfiction(ON GOING) NAMJOON X JISOO #Sebuah Taruhan Di bayar Dengan Luka Yang Indah# Namjoon menerima sebuah taruhan demi barang yang diincarnya. Dengan syarat Ia harus berpacaran dengan seorang gadis selama 3 bulan. Namun siapa sangka takdir sedang bermai...