2. Friends

790 100 0
                                    


Pukul 19.00 KST
Cafe Danbal

"Jisoo bisa bersihkan meja depan, pelanggan di meja itu sudah selesai makan." Ujar Seulgi yang tak lain teman kerjanya.

"Eoh, baiklah." Jisoo yang tengah mencuci alat makan itu dengan cepat meninggalkan aktivitas mencucinya.

Jisoo memang tergolong orang yang cekatan meskipun Ia tak pandai bergaul dan cukup pendiam. Ia hanya akan berbicara pada temannya jika itu perlu dan penting. Kalian bisa sebut dia seorang introvert, Tapi akan berbeda jika kalian mengenal Jiso lebih dekat karena Ia akan lebih banyak menunjukkan senyumnya.

Ketika Jisoo tengah membereskan gelas dan alat makan lainnya di meja itu, ada dua orang pria yang menghampirinya.

"Yaa! Kau Kim Jisoo benar. Pacar Kim Namjoon?" Ucap pria bertopi kuning sambil menarik bahu Jisoo dan membuat tubuhnya berbalik menghadap lawan bicaranya itu.

"Benar. Aku pernah melihatmu beberapa kali di sekitar gedung fakultas Namjoon." Ujar pria berhoddie merah.

"Wah yang benar saja, Apa ini level Namjoon. Seorang gadis pelayan!!!." Sarkasnya.

"Tapi memang cukup cantik ... mmm dan manis." Ujar pria topi kuning.

Jisoo yang sedari tadi diam, akhirnya membuka suara "Maaf jika ingin memesan silahkan langsung ke sana." Sambil menunjukkan arah meja pemesanan.

Salah satu dari pria itu terlihat tidak suka dengan respon Jisoo dan melangkah maju ingin mendekati Jisoo.

Dengan cepat teman kerja Jisoo menghalau pergerakan pria itu.

"Kalau anda tidak berniat memesan pintu keluar ada disebelah sana. Kami tak ada waktu melayani pelanggan seperti anda." Ujar Jinyoung yang sekarang sudah berdiri diantara jisoo dan pria bertopi kuning itu.

Kedua pria itu melotot tak percaya dengan sikap seorang pelayan di depannya ini dan bersiap untuk melemparkan kata-kata kasarnya.

Namun sebelum itu Jinyoung kembali berujar "Atau perlu saya panggilkan polisi karna anda telah menganggu kenyamanan pelanggan lainnya."

Dan benar saja mata pelanggan café danbam tengah terpaku pada kejadian itu. Tak ada pilihan bagi kedua pria itu selain pergi.

Jinyong dengan sigap menarik tangan Jisoo kembali ke dapur meninggalkan meja yang belum juga selesai dibersihkan.

"Kim Jisoo. Bisakah kau lebih tegas jika ada pelanggan tak sopan seperti itu. Bagaimana jadinya kalau tak ada aku!" Jinyoung sungguh tak percaya dengan gadis di depannya ini. Gadis ini terlalu lugu atau terlalu baik atau kedua-dua nya.

"Aku hanya tak mau ada keributan di sini Jinyoung. Kau mau aku bagaimana? Kau mau aku melawan mereka? Menampar mereka? Mengguyur muka mereka dengan sisa kopi? Begitu? Lalu pelanggan lain yang melihat akan mencap café kita buruk karena sikap pelayannya." Tegas Jisoo dengan raut lelahnya.

Jinyoung kini memegang bahu Jisoo

"Dengar Jisoo, bukan begitu maksudku. Aku hanya tak tahan melihatmu dipermalukan seperti tadi. Jadi sekarang, jika ada pelanggan yang tak sopan lagi segera kembali ke dapur jangan hanya diam seperti tadi. Kau mengerti ?" Mata Jinyoung menatap dalam Jisoo.

Jisoo hanya membalas nya dengan anggukan pasti dan pergi menyelesaikan pekerjaan yang belum selesai tadi.

Jinyoung masih tetap berdiam di dapur dengan pemikirannya sendiri. Jinyoung takkan membiarkan kejadian seperti tadi terjadi lagi pada gadis itu, Meskipun Ia tau gadis itu telah menjadi milik orang lain. Tapi baginya Jisoo tetap sama, Jisoo adalah gadis 5 tahun lalu yang Ia kenal. Dan bagi Jisoo, Jinyoung adalah sahabat terbaik yang telah ia kenal sejak SMA.

"Jisoo bagaimana acara nontonmu kemarin, Apa menyenangkan?" goda Seulgi

"Tentu, kemarin hari yang mengesankan. Jadi aku tak rugi merelakan gajiku sehari." Canda Jisoo

Seulgi yang mendengarpun juga tertawa dan merasa ikut berbahagia. Pasalnya sudah satu tahun mereka bekerja bersama dan baru kali ini Seulgi mendengar Jisoo memiliki pacar.

"Kau benar-benar berubah ya setelah memiliki pacar. Biasanya yang kau ajak pasti aku." Sahut Jinyoung yang baru keluar dari dapur.

"Bagaimana bisa kau berbicara seperti itu." Teriak Seulgi tepat didepan muka Jinyoung "Aku lebih suka melihat Jisoo punya pacar. kalau tidak, seumur hidupnya akan ditempeli pria seperti kau." Sambung Seulgi sambil menjewer telinga Jinyoug.

"AaaaAaaa... Geumanhae (berhenti). Kau pikir aku hantu yang menempeli Jisoo." Raung Jinyoung.

Jisoo yang melihat tingkah kedua temannya itu terbawa terbahak-bahak. Ia melupakan kenyataan bahwa yang Ia katakan pada temannya semua adalah bohong. Tak ada malam yang mengesankan. Tak ada acara menonton film.

Setelah membereskan dan menutup café Jisoo segera pulang dengan menaiki bus. Sebenarnya Jinyoung selalu menawari Jisoo untuk pulang bersama. Namun Jisoo selalu menolak dengan alasan arah rumah mereka yang berbeda dan tak mau merepotkan. Jinyoung juga takpernah memaksa apa yang sudah dikehedaki temannya itu.

Jisoo selalu menyukai tempat duduk paling belakang. Ia suka menyandarkan kepalanya ke jendela bus dan mengamati jalanan kota Seoul. Jisoo teringat sesuatu dan merogoh tasnya mengelurkan handphone. Ia mulai mengetikkan sesuatu disana.

Jisoo
Joon. Kau sudah tidur? Apa kau ada waktu luang besok?


Namjoon
Ya

Jisoo
Mau menemaniku mencari buku?


Namjoon
Hmmm. Jam?

Jisoo
Sepulang kuliah. Siang.


Namjoon
Ya. Ku tunggu di parkiran besok.

Jisoo
Baiklah. Cepatlah tidur. Jalja.


Setelah Jisoo memastikan tak ada balasan lagi dari Namjoon. Ia memasukkan kembali handphonenya ke tas dan kembali menyandarkan kepalanya ke jendela bus. Sudut matanya kembali memperhatikan jalanan sambil tersenyum.

Dalam hal cinta tidak ada yang tidak mungkin.
Suatu saat segalanya akan berubah.
Yang perlu kau lakukan hanya berusaha dan berdoa
Kemudian menunggu segalanya benar-benar berubah.




Anyyeong😊
Jangan lupa vote and komen kalau kalian suka cerita ini
Terimakasih sudah meluangkan waktu membaca tulisan ini

Aku bakal sering sering update deh ehehe

#noplagiat

#dontplagiat
#hwaiting
#dirumahaja

A BETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang