Seberapa jauhnya kau pergi menjauh, aku akan tetap menunggumu di tempat yang sama dengan perasaan yang sama pula-🌻
Jam menunjukkan pukul sebelas malam dan Jisoo masih tak bisa memejamkan kedua matanya karena Namjoon belum juga pulang. Jisoo mencemaskannya, 'Apa setiap hari dia bekerja dari pagi hingga selarut ini?'
Ia menghela nafas lalu mengubah posisi tidurnya dan memejamkan mata, berharap Ia bisa terlelap. Tapi suara mesin mobil yang baru saja terdengar membuatnya segera beranjak dari ranjang berjalan menuju pintu utama rumah itu.
Hampir saja tangannya menyentuh gagang pintu tapi di dahului oleh Sekretaris Nam yang membuka pintu itu.
Jisoo bisa melihat pria di samping Sekretaris Nam. Wajahnya terlihat sangat lelah. Entah sejak kapan kantung mata pria itu menghitam, Jisoo bahkan baru menyadarinya.
"Anda belum tidur? Sekarang sudah sangat larut sebaiknya anda segera tidur." Ucap sekretaris Nam.
"Ah Ye." Jawab Jisoo singkat.
Setelahnya Sekretaris Nam berjalan masuk begitu pun dengan pria di sampingnya yang juga berlalu begitu saja melewati Jisoo tanpa sepatah kata dan tanpa melihat ke arah Jisoo.
Ingin sekali Jisoo menahan pria itu sekedar untuk menanyakan bagaimana hari-nya, apakah sangat melelahkan, ataukah justru dia menikmati kesibukannya.
Sayangnya Jisoo memilih untuk tidak menahannya. Ia tau Namjoon lelah dan sepertinya dia juga masih marah pada Jisoo.
Akan lebih bagus kalau Jisoo memilih waktu yang tepat untuk berbicara dengan Namjoon. Ia kemudian kembali ke kamarnya dan memaksa dirinya agar bisa tertidur.
🌻
Jisoo terbangun sangat pagi sekali. Setelah mencuci mukanya, Ia pergi ke dapur.
"Anda sudah bangun? Anda tidak perlu kemari nona. Saya akan mengantarkan makanannya ke kamar anda." Ucap seorang pelayan yang tengah mengaduk teh.
"Tidak perlu. Aku akan makan di meja makan. Aku tidak suka makan di kamar itu sangat membosankan." Ujarnya sambil tersenyum
Pelayan itu juga membalas senyuman Jisoo. "Kalau begitu saya antarkan makanan tuan muda dulu dan setelah itu akan saya siapkan makanan nona." Pelayan itu membawa nampan yang diatasnya sudah ada secangkir teh dan sebuah roti bakar dengan telur mata sapi di atasnya.
"Eh tunggu..." Jisoo mencegat pelayan itu.
"Ada apa nona?"
"Aku akan mengantarkannya." Jisoo berucap dengan mantap. Tentu saja ini adalah kesempatan agar Ia bisa berbaikan dengan Namjoon.
"Ta-tapi nona ini pekerjaan saya. Tuan akan marah kalau...."
Jisoo langsung saja memotong perkatannya "Dia tidak akan marah. Percayalah padaku." Jisoo kemudian mengambil alih nampan dari pelayan itu.
Sesampainya didepan pintu kamar Namjoon, Jisoo langsung saja masuk tanpa mengetuk pintu atau permisi.
Dilihatnya pria tinggi yang sedang sibuk mengenakan dasinya.
"Taruh saja makannannya di meja." Ujar Namjoon yang memfokuskan pandangannya ke kaca besar.
Jisoo menaruh nampan itu di meja. Dan sedikit berjalan mendekat kearah Namjoon.
"Joon mau ku bantu?" Tawarnya, setelah melihat dasi Namjoon yang terlihat belum rapi.
"Apa yang kau lakukan dikamarku?" Nada bicaranya terdengar dingin di telinga Jisoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
A BET
Fanfiction(ON GOING) NAMJOON X JISOO #Sebuah Taruhan Di bayar Dengan Luka Yang Indah# Namjoon menerima sebuah taruhan demi barang yang diincarnya. Dengan syarat Ia harus berpacaran dengan seorang gadis selama 3 bulan. Namun siapa sangka takdir sedang bermai...