19. Worsen

410 58 6
                                    


Bila ada pertemuan di dunia ini maka akan ada perpisahan disampingnya, bila ada kebahagiaan di dunia ini maka akan ada kesedihan disampingnya-Agnes Davonar



Keesokan harinya Namjoon kembali mengunjungi Apartemen Jisoo. Dengan sembrononya Ia masuk ke Apartemen gadisnya. Namun nihil. Gadis itu belum juga pulang.

Ia merogoh kantung celananya dan mengeluarkan benda persegi. Namjoon berniat menelepon Jisoo.

Tapi niatnya itu sepertinya tidak perlu dilakukannya lagi karena sekarang ini terdengar pintu Apartemen yang sedang terbuka dan memunculkan sosok gadis yang dicarinya.

Terlihat bahwa gadisnya masih mengenakan pakaian yang sama dengan yang dikenakannya kemarin malam. tapi bedanya kini cara berjalannya sedikit berbeda dan juga ada perban di lututnya.

Namjoon menghampiri Jisoo dan memegang bahu gadisnya.

"Apa terjadi sesuatu kemarin? Kenapa kau bisa terluka?" mata Namjoon meneliti seluruh tubuh Jisoo. Dari atas sampai bawah. Mencari-cari apakah ada luka lain ditubuh gadisnya.

Jisoo tak menjawab pertanyaannya dan hanya diam menerima perlakuan Namjoon.

"Jawab aku jangan hanya diam. Apa terjadi sesuatu kemarin malam? kau pergi menginap dimana tadi malam?" Nada bicara Namjoon meninggi dan Ia mulai mengguncang bahu Jisoo agar menjawab pertanyaannya.

Jisoo tetap tidak menjawab pertanyaan Namjoon. Gadis itu takut air matanya akan keluar seiring dengan kata yang diucapkannya. Karena saat ini mata gadis itu memanas kembali.

"Dia menginap di tempatku." Jawab seseorang yang baru saja memasuki Apartemen Jisoo.

Jinyoung yang membawa dua kantung makanan dari rumahnya itu meletakkannya sembarangan di lantai.

Ia menghampiri Jisoo dan melepaskan pegangan tangan Namjoon dari bahu Jisoo.

"Lain kali jangan bersikap kasar pada seorang gadis." Ia menatap tajam pada Namjooon.

Namjoon yang ditatap juga balik menatap Jinyoung tak kalah tajam.

Sedetik kemudian raut wajah Namjoon berubah. Ia tertawa remeh dan menatap Jisoo.

"Segampang itu kau pergi kepelukan pria lain. Aku bahkan belum menjelaskan apapun padamu. Tapi kau sudah pergi menginap di tempat pria ini. aku tidak tahu kau sejalang ini Kim Jisoo."

BUGH

Namjoon kini sudah tersungkur di lantai akibat pukulan yang dilayangkan Jinyoung ke wajahnya. Terlihat darah segar keluar dari pelipis matanya.

Jisoo yang kaget hanya bisa menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Matanya yang sedari tadi memanas kini berhasil mengeluarkan air dari matanya setelah melihat darah di wajah Namjoon.

"BERDIRI KAU BAJINGAN!" Jinyoung memegang kerah baju Namjoon dan menariknya dengan kuat hingga Namjoon berhasil berdiri.

Tangan Jinyoung sudah terkepal dan akan melancarkan tinjunya lagi ke wajah Namjoon. Tapi dihentikan oleh Jisoo

"Geumanhae (HENTIKAN) Jinyoung!" Jisoo menatap lurus kearah Jinyoung.

Jinyoungpun mengurungkan niatnya dan menurunkan tangannya.

"Kau membela bajingan ini. setelah apa yang dia lakukan padamu?" Jinyoung terlihat sangat emosi karena Jisoo menghentikannya dan juga Jisoo lebih memihak Namjoon ketimbang dirinya.

"Bukan begitu Jinyoung a. Apa kau tidak lihat wajahnya sudah berdarah."

"Kau bodoh. Kau tau itu Jisoo." Jinyoung memilih beranjak dari Apartemen Jisoo setelah mengatakan itu.

Jisoo terpaku di tempatnya setelah mendengarkan perkataan Jinyoung. Tanpa diberi tahu pun Ia tahu betul dirinya sangat kelewat bodoh.

Ia hendak pergi ke kamarnya tanpa memperdulikan sosok Namjoon yang masih ada di dalam Aprtemennya.

"Ya! PEMBICARAAN KITA BELUM SELESAI." Lagi-lagi Namjoon menghentikan pergerakan Jisoo.

"Aku sudah cukup lelah. Kita bicara lain kali. Pergilah!"

Ia juga mengusir Namjoon dari Apartemennya. Ia benar-benar butuh waktu sendiri tanpa Namjoon dan juga tanpa Jinyoung.

Kenyataan bahwa dirinya hanya sebuah bahan taruhan disaat hatinya benar-benar sudah sangat mencintai prianya membuatnya begitu terpuruk. Siapa sangka Ia akan mengalami keterpurukan dalam hal cinta untuk kesekian kalinya.

Tiba-tiba Jisoo teringat akan sosok cinta pertamanya yang pergi meninggalkannya tanpa kata perpisahan. Namun Ia segera menghilagkan pikirannya tentang pria di masa lalunya.

🌻🌻🌻

Hari-hari Jisoo berjalan seperti biasanya. Pukul 07.30 KST dia tetap pergi kuliah dan sepulangnya Ia bekerja di café Danbam. Tentunya Ia bertemu dengan Jinyoung di tempat kerja.

Tapi sepertinya Jinyoung masih merasa kesal dengannya. Setiap kali Ia ingin memulai pembicaraan dengan Jinyoung, Jinyoung selalu mengabaikan Jisoo. Entah sampai kapan temannya itu akan menghindarinya.

Tentang Namjoon. Pria itu seakan tak pernah lelah setiap hari menghampiri Jisoo di Apartemennya. Namun Jisoo mengacuhkannya seperti saat ini.

Namjoon sudah ada di depan pintu Apartemen Jisoo sambil membawa se bucket bunga matahari kesukaan Jisoo.

Jisoo tidak menggubris kehadiran Namjoon. Ia dengan santainya menekan password dan masuk ke dalam Apartemennya meninggalkan Namjoon yang masih ada di depan pintu.

🌻🌻🌻

Namjoon tidak pernah menyerah untuk menemui Jisoo. Setidaknya Ia harus membuat Jisoo mau mendengarkan penjelasannya.

Namun beberapa hari ini Jisoo terlihat sangat gigih dalam mengacuhkannya. Puluhan panggilan dan ratusan pesan yang setiap harinya Ia kirim tak pernah diangkat ataupun dibalas oleh Jisoo.

Hal itu membuatnya tidak bisa focus dalam kesehariannya. Hatinya selalu tak tenang. Selalu ada hal mengganjal yang terendap di dalam hatinya. Dan untuk mengalihkan semua itu Namjoon menghabiskan waktunya bermain bersama teman-temannya dan juga pergi ke club malam sekedar untuk bersenang-senang meluapkan segala penat yang dirasakannya.

"Hyung apa dia belum memaafkanmu?" Jungkook menuangkan bir lagi ke dalam gelas Namjoon. Entah ini sudah gelas keberapa. Yang pasti Namjoon sudah benar-benar mabuk.

"Kenapa seorang gadis itu sangat rumit." Ucap asal Namjoon.

"Namjoon kita ini sudah dibuat gila oleh seorang gadis. Mari bersulang." Ujar Hosoek yang kini berdiri dari tempat duduknya sambil mengangkat gelasnya yang terisi penuh dengan bir.

"Kau juga mabuk. Duduklah." Sahut Jimin.

"Yang mabuk Namjoon bukan aku.. HA.HA.HA." terlihat muka Hosoek yang sudah merah karena mabuk.

"Aku akan pulang. Sampai jumpa." Namjoon berdiri dan berjalan keluar dengan langkahnya yang oleng.

"Hyung biar aku antar." Jungkook tidak bisa membiarkan Hyungnya pulang sendiri dalam keadaan mabuk. Jadi Jungkook mengantarkan Namjoon pulang menggunakan mobilnya.

🌻🌻🌻

Jisoo terbangun dari tidurnya akibat bunyi bel yang di tekan berkali-kali.

Ia membukakan pintunya dan melihat Namjoon yang sudah duduk tak sadarkan diri dengan Jungkook disampingnya.

"Noona mianhae sudah menganggu malam-malam tapi Hyung bersikeras ingin diantar ke tempatmu."

Jisoo terlihat sedang menimbang-nimbang perkataan Jungkook.

"Antar saja dia ketempatnya." Jisoo hendak menutup pintunya kembali.

"Bisakah kau dengarkan penjelasanku." Namjoon membuka sedikit matanya dan mulai bicara dengan asal. Membuat Jisoo urung menutup pintunya.

"Dan juga aku benci melihatmu bersama pria sialan itu. Aku tidak peduli dia temanmu atau siapamu. Aku akan menyingkirkannya dari sisimu." Tangan Namjoon menunjuk-nunjuk kearah Jisoo.

Jisoo kemudian menutup pintunya. Tak memperdulikan ocehan pria mabuk di depan pintunya itu.






A BETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang