22. Beautiful Night

466 57 0
                                    


I like the night. Without the dark, we'd never see the stars-Stephenie Meyer




Malam yang ditunggu-tunggu pun tiba. Jisoo sudah berdandan cantik. Ia juga mengenakan blush on sehingga membuat pipinya terlihat semakin merah merona. Dress sepanjang lututnya terlihat sangat pas dan cocok di tubuh Jisoo. Ditambah lagi dengan kalung hati pemberian Namjoon di lehernya.

Jisoo tersenyum tipis melihat pantulan dirinya di cermin. Hingga tidak menyadari kehadiran pria yang baru saja memasuki Apartemennya.

Pria itu sedang bersandar didinding dengan penglihatannya yang terfokus kepada gadis yang sibuk mengagumi dirinya sendiri di depan kaca besar.

"Neo yeppeuda (Kau cantik)."

Jisoo kaget dan malu disaat bersamaan. "Kenapa kau tidak memencet bel terlebih dahulu?"

"Untuk apa aku harus memencet bel kalau aku bisa langsung masuk." Namjoon menjawabnya dengan santai.

"Ayo berangkat. Hmm." Jisoo berjalan mendahului Namjoon keluar Apartemen bermaksud untuk menyembunyikan rasa malunya.

"Tunggu aku Jisoo." Namjoon berjalan menyusul Jisoo dengan sudut bibir yang terangkat ke atas. Ia tahu betul Jisoo sedang merasa malu.

🌻🌻🌻

Namjoon membawanya ke restoran yang sama di hari ulang tahunnya. Di ruangan yang sama tapi bedanya dekorasi ruangan saat ini dipenuhi dengan bunga matahari.

"kenapa kau membawaku ke restoran ini lagi?"

"karena aku ingin menghapus kenangan buruk di hari ulang tahunmu di tempat ini dan menggantinya dengan kenangan indah."

Mata Jisoo berbinar-binar melihat sosok Namjoon yang terlihat keren setelah ucapannya barusan. "Kau bisa bersikap semanis ini Joon. Wah daebak." Namjoon membusungkan dadanya karena perkataan Jisoo.

Ruangan besar itu hanya berisi satu meja bundar dan 2 kursi yang kini sudah diduduki Namjoon dan Jisoo. Ada juga lilin yang berada di atas meja yang menambah kesan romantic. Jisoo tak henti-hentinya melontarkan senyum manis kepada Namjoon.

Beberapa makanan mulai dari Appetizer, main course, dan dessert disajikan secara berurutan di meja bundar itu. Sepasang manusia itu juga melahap makanannya sampai habis dibarengi dengan perbincangan ringan antara mereka berdua.

Setelah acara makan selesai Namjoon dan Jisoo menikmati alunan biola lembut yang dimainkan oleh seorang violinis. Namjoon berdiri dan mengulurkan tangannya dihadapan Jisoo "Mau berdansa?". Jisoo menyambut uluran tangan Namjoon.

Namjoon memegang tangan Jisoo dan satu tangan lainnya berada di pinggang Jisoo. Namjoon membantu Jisoo bergerak dari sisi ke sisi. Ia tau gadisnya sepertinya tidak pernah berdansa bila dilihat dari tubuh Jisoo yang kaku jadi Namjoon berdansa dengan pelan mengajari jisoo bergerak ke belakang dan ke depan, berpindah dari kanan ke kiri, dan berputar. Jisoo juga terlihat menikmati kegiatannya ini. Ia bisa mengikuti arahan gerak tubuh Namjoon.

Kepala Namjoon mendekat dan menempelkan dahinya pada dahi Jisoo. Jisoo yang menerima perlakuan itu awalnya tentu kaget dan merasa malu. Tapi Jisoo semakin larut kedalam suasana. Ia memejamkan mata sambil tetap berdansa kekanan dan kekiri dengan dahi mereka yang saling menempel.







Sebelum malam yang indah ini berakhir kata yang tidak pernah diucapkan Namjoon selepas ibunya wafat keluar begitu saja dari mulutnya "Saranghae."

Kata yang tidak pernah dilontarkan oleh Namjoon kepada Jisoo selama mereka menjalin hubungan membuat Jisoo meneteskan air mata bahagianya "Nado saranghae."


A BETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang