32. Threat

322 48 2
                                    

Cinta tidak mudah mati. Ia selalu hidup. Ia berjuang menghadapi segala bahaya hidup!-James Bryden



Matahari mulai terbenam, namun Namjoon tak kunjung kembali. Jisoo sudah tidak bisa menunggu lama karena rasa lapar yang mulai menyerang. Ia tidak memperdulikan lagi perintah dari Namjoon.

Ia bersiap hendak pergi keluar sekedar untuk membeli makanan.

Belum sempat Jisoo membuka pintu, pintu itu sudah terdorong kearahnya. Sontak mata milik seseorang yang baru saja membuka pintu itu menyorot tajam kearahnya. 

“Mau kemana kau?”

“Jangan salah paham dulu Joon aku tidak tahan lagi menahan cacing-cacing diperutku yang sudah mulai demo meminta makan.” Raut wajah Jisoo memelas sambil memegang perutnya.

Namjoon terkekeh dan satu tangannya Ia letakkan di puncuk kepala Jisoo mengusapnya gemas.

Aigoo… Mianhae. Aku sudah membawakanmu ini.” Namjoon mengangkat satu tangannya lagi yang sedari tadi membawa sebungkus ayam goreng dan susu pisang kesukaan Jisoo.

Mata Jisoo berbinar-binar melihat makanan yang sudah ditata Namjoon di atas meja makan. Tanpa menunggu aba-aba Jisoo segera melahap paha ayam yang paling besar.

Namjoon tidak ikut makan, Ia hanya memandang sendu kearah Jisoo yang sedang asik menikmati makanannya. Ia merutuki dirinya sendiri yang sudah membuat gadisnya kelaparan dan karena dirinya lah Jisoo jadi terjebak di kediamannya sendiri.

Mianhae’ ucapnya lirih

“Kau bilang apa barusan?” Jisoo merasa mendengar Namjoon berkata sesuatu tapi Ia tidak bisa mendengarnya dengan jelas.

“Tidak aku tidak mengatakan apa-apa … dan ini aku kembalikan padamu.” Namjoon mengeluarkan handphone dari kantung celananya dan meletakkannya di samping Jisoo.

Gomawo. Kau tidak makan juga?”

“Aku sudah makan tadi jadi habiskan semuanya.”

Jisoo hanya mengangguk dan mengambil potongan ayam kedua untuk dilahapnya.

Namjoon terdiam di tempatnya Ia masih teringat akan apa yang terjadi tadi.

FLASHBACK ON

Nafas Namjoon terdengar berat, itu karena Ia berlari dari parkiran ke ruangan dimana Ayahnya dirawat.

“Paman apa yang terjadi sebenarnya!” Namjoon menatap khawatir kearah Ayahnya. Ia merasakan sesak yang hebat di dadanya kala melihat sang Ayah terbaring lemas dengan alat-alat yang sudah menempel di dada Ayahnya.

Sekretaris Nam berjalan mendekat ke hadapan Namjoon dan membisikkan sesuatu ketelinganya “Sepertinya ada yang dengan sengaja menukar obat Ayahmu.”

Mwo?”

“Pelankan suaramu!” Sekretaris Nam melirik kekanan dan kekiri memastikan tak ada seorangpun yang mendengar pembicaraan mereka.

“Aku tidak tau ulah siapa ini tapi yang pasti ada campur tangan orang dalam.”

Mungkin Sekretaris Nam tidak punya kepekaan seperti Namjoon tapi Ia tau betul siapa yang berani melakukan hal sekeji ini.

“Paman kau tau dimana Seokjin sekarang tinggal?”

“Sekarang ini dia tinggal di gedung Apartemen yang dulu kau tinggali. Kenapa tiba-tiba menanyakan itu?" Tanya Sekretaris Nam heran

Lagi-lagi hal mengejutkan harus diterimanya hingga membuat ruas-ruas jarinya mengepal dengan kuat.

“Paman jaga Ayah baik-baik.”

A BETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang