Hidup itu seperti mengendarai sebuah sepeda. Untuk menjaga keseimbanganmu, kau harus tetap bergerak- Albert Einstein
“Kim Namjoon! Kau mau kemana? Dasar anak tak tahu di untung. Kembali ke kamarmu.” Teriak seorang lelaki tua yang tak lain adalah Ayah Namjoon.
Yang di teriaki tetap acuh memilih untuk meneruskan langkahnya pergi dari rumah megah itu sambil menarik koper besarnya.
Namjoon menyempatkan diri untuk melihat foto yang terpajang di atas meja ruang tamu rumah itu sebelum pergi. Sebuah foto yang memperlihatkan tiga sosok manusia yang tengah tersenyum lebar. Foto yang menunjukkan keharmonisan sebuah keluarga kecil tanpa ada kurang sedikitpun terlihat sangat sempurna. Namun itu dulu, sebelum adanya fakta yang mengubah kesempurnaan keluarga itu.
Langkah kaki lelaki tua itu kini terdengar semakin dekat di telinga Namjoon. Ia menghampiri Namjoon dan berbicara dengan suara lembut kali ini.
“Namjoon kau tahu ayah takkan menyerahkan semua ini jika bukan padamu. Ayah percaya padamu. Semua yang ayah lakukan agar kau bisa menjadi pemimpin yang kuat dan tegas jika suatu saat nanti kau harus menggantikan posisi ayah.” Ia berbicara sambil menggenggam hangat tangan anaknya ini.
“Aku sudah bilang dari dulu. Bukan itu yang aku inginkan. Serahkan saja semuanya pada anak laki-laki Ayah yang satunya.” Ujar Nmjoon.
Namjoon melepaskan tangan ayah nya dan pergi kali ini. Benar-benar pergi dari rumah itu.
Sang ayah hanya menatap nanar punggung anaknya yang pergi.
Benar memang
Ayahnya punya anak laki-laki lain yang sekarang ini sedang menempuh studi nya di luar negeri. Namun Ayahnya hanya mempercayai Namjoon. Karena seorang ayah tahu watak anak-anaknya. Dan yang jelas Namjoon lebih baik dibandingkan dengan anaknya yang satu lagi.Kim Namjoon yang kini menjadi pribadi yang dingin dan seakan tak pernah mengenal kata kasih dan sayang itu tak lepas dari andil masa lalunya.
Namjoon seakan tak bisa melepaskan potongan-potongan kenangan buruk masa lalunya walau Ia ingin. Bahkan teman-temannya sampai menyarankannya untuk menjalani sebuah terapi ke seorang psikolog. Namun hasilnya nihil. Kini Namjoon hanya menunggu, membiarkan sang waktu menghapus semua kenangan buruk.
🌻🌻🌻Namjoon melajukan mobilnya menuju Apartemen di daerah Gangnam.
Ia memilih tinggal di lantai paling atas gedung apartemen itu dengan view pemandangan kota Seoul yang indah dan cukup menenangkan.
Ketika Namjoon sudah sampai di dalam lift dan akan memencet tombol lantai tujuh belas. Seorang gadis masuk dengan cepat ke dalam lift sebelum pintu lift itu tertutup. Gadis itu segera memencet tombol lantai sepuluh.
“Namjoon! Kenapa kau ada disini?” tanya gadis itu. Namun setelah Ia melihat ke arah koper yang di bawa Namjoon gadis itu sudah paham pasti kenapa Namjoon ada disitu.
“Kau akan tinggal disini Joon. Wah aku senang kita akan bertetangga. Aku akan membawakan kue beras untukmu tetangga baruku.” Papar gadis itu dengan riang.
Sungguh Namjoon tak menyangka gadis ini tinggal di Apartemen ini juga. Pasalnya harga Apartemen ini bisa di bilang fantastis dan yang Namjoon tahu gadis di sampingnya ini hanya bekerja di sebuah café. Kim Jisoo. Sebenarnya siapa gadis yang sedang dipacarinya ini.
🌻🌻🌻
Pintu lift terbuka ketika layar lift menunjukkan lantai sepuluh. Namun Kim Jisoo tak keluar dari lift Ia malah menutup kembali pintu lift. Namjoon yang melihatnya tak mau ambil pusing.
Hingga pintu lift kembali terbuka tepat di lantai paling atas.
Saat Namjoon keluar Jisoo juga ikut keluar mengikuti dari belakang. Namjoon segera membalikkan badannya ke arah Jisoo.“Apa yang kau lakukan. Pergi sana ke tempatmu sendiri.”
Namjoon melanjutkan langkahnya menuju depan pintu Apartemen dan akan memasukkan sandi. Namun di urungkan oleh Namjoon karena Jisoo masih berdiri di belakangnya.
“Kim Jisoo aku lelah. Tolong pergi.”
Namun Jisoo masih dengan pendiriannya.“Apa yang kau inginkan? Cepat katakan aku lelah.” Tuntut Namjoon
“Aku hanya ingin mengunjungi rumah tetangga baruku yang kebetulan juga adalah pacarku.” Jawab santai Jisoo dengan senyumnya.
“Kau yang benar saja. Ini privasiku. Kau tak perlu tahu segala hal hanya karena kita berpacaran. Jadi tolong pergi aku benar-benar lelah.”
Kini Namjoon telah memasukkan sandi membuka pintunya dan segera masuk ke Apartemennya.Jisoo tak ada maksud untuk mengganggu privasi kekasihnya. Apa salah kalau Jisoo ingin melihat-lihat tempat tinggal kekasihnya. Jisoo memilih kembali menuju lift dan turun ke lantai sepuluh. Jisoo hanya memikirkan hal-hal positif bila menyangkut kekasihnya. Akan ada kesempatan lain Ia mengunjungi Apartemen kekasihnya, dan mungkin itu bukan hari ini, yang pasti Jisoo tahu di lantai berapa kekasihnya tinggal.
Jisoo berinisiatif untuk membuatkan sarapan untuk Namjoon besok pagi. Tapi Jisoo teringat perkataan Namjoon terakhir kali bahwa Namjoon tak ingin Jisoo bawakan makanan.
Apa boleh kalau Jisoo membuatkan sarapan besok. Tapi sepertinya boleh karena waktu itu adalah makan siang bukan sarapan. Jadi Jisoo akan membuatkan sarapan untuk kekasihya besok.
Say Hi to Kim Namjoon
Say Hi to Kim Jisoo
Hi! Maaf ya bener bener pendek banget tulisan yang aku bikin ini
Sambil belajar ya maklum 😀Pls vote and comment kalau suka ya
Ily10000Part selanjutnya bakal panjang pls wait for me 🐨
KAMU SEDANG MEMBACA
A BET
Fanfiction(ON GOING) NAMJOON X JISOO #Sebuah Taruhan Di bayar Dengan Luka Yang Indah# Namjoon menerima sebuah taruhan demi barang yang diincarnya. Dengan syarat Ia harus berpacaran dengan seorang gadis selama 3 bulan. Namun siapa sangka takdir sedang bermai...