5. Kimbab and Tear

579 76 14
                                    


Cinta memang kuat dan memikat, tetapi cinta bisa juga patah – Stephen Packer



Jisoo bangun pagi sekali hari ini. Sinar matahari pun belum menyapa ketika Ia membuka gorden kamarnya. Ia merenggangkan otot tangannya kali ini dan bersiap untuk pergi mandi.

Setelah mandi, Jisoo segera melangkah ke arah dapur. Ia melihat isi kulkas nya. Di sana hanya ada 4 butir telur, 4 botol air mineral, 10 botol susu pisang kesukaannya, 2 minuman kopi kalengan, dan sudah tak ada lagi.

Jisoo merutuki dirinya sendiri. Ia memang jarang sekali memasak di Apartemennya. Ia lebih sering memesan makanan dan biasanya Ibu Jinyoung sering mengirimkan lauk untuk Jisoo.

“Bagaimana bisa aku lupa untuk berbelanja dulu kemarin malam. Aishh! Sekarang aku harus masak apa hanya dengan 4 butir telur dan minuman-minuman itu.” Jisoo terlihat mondar-mandir sambil menggigit ibu jarinya. Ia tak bisa hanya berdiam diri seperti ini. Tapi kalau Jisoo keluar itu akan membuang-buang waktu.

Kemudian Jisoo terfikirkan satu orang yang bisa membantunya. Ia segera menekan tombol satu panggilan cepat di handphonenya dan tersambung.

“Wae geurae? (Ada apa).” Suara di seberang telepon itu terdengar serak. Sepertinya pria itu baru bangun karena panggilan Jisoo.

“Jinyoung cepat bangun aku butuh sedikit bantuanmu. Tolong bawakan aku sedikit lauk dari rumahmu … Mmmm.. aku butuh sedikit kimchi, acar lobak, bayam, nori, minyak wijen, nasi.”

“Ini masih pagi sekali. Nanti saja aku antar kau beli bahan-bahan makanan.” Jinyoung mengecek jam pada handphonennya yang masih menunjukkan jam 05.00 KST.

“Cepat Jinyoung. Aku bilang sekarang. Aahhh jangan lupa bawa biji wijennya juga dan alas penggulung kimbab.” Tanpa menunggu jawaban Jinyong Ia mematikan teleponnya sepihak.

Sambil menunggu Jinyoung datang Ia akan membuat telur gulung terlebih dahulu.

Jisoo akan membuat kimbab karena hanya itu yang mudah dibuat oleh seseorang yang jarang sekali memasak. Jisoo mengambil semua telur yang ada di kulkasnya dan memecahkannya di sebuah wadah ia mulai mengocok, meracik bumbu dan menggorengnya.

Kalau kalian tanya mengenai bekal makan siang yang waktu itu dibawa Jisoo untuk Namjoon, tentu saja Jisoo memesan makanan dan menatanya ulang di kotak bekal dan jadilah bekal makan siang ala Jisoo.

Ketika Jisoo baru saja selesai memotong telur gulungnya. Belpun berbunyi membuat Jisoo berlari ke arah pintu dan segera membukanya.

Bahkan kurang dari lima belas menit Jinyoung sudah sampai. Perlu kalian tahu memang Apartemen Jisoo dengan Jinyoung berlawanan arah dan sedikit jauh, namun itu cukup dekat bila ditempah dengan kecepatan penuh motor Jinyoung apalagi jalanan Seoul masih lenggang di jam sepagi ini.

Jinyoung memasuki Apartemen Jisoo dengan rambutnya yang berantakan sepertinya pria ini sampai lupa menyisir rambutnya.

Ia meletakkan tas berisi makanan di meja dapur Jisoo dan membantu mengeluarkannya. Jisoo juga menata bumbu-bumbu yang diperlukan untuk ditambahkan ke kimbab buatannya.

“Tumben sekali kau memasak. Kenapa tidak makan saja di rumahku dan ibuku akan membungkuskan lauk yang banyak untuk persedian di kulkasmu yang hampa.” Entah Ia sedang menyindir Jisoo yang kini sedang focus menata isian kimbabnya atau Ia sedang menyindir kulkas Jisoo yang hampir terlihat sangat kosong.

Jisoo tak menjawab tapi malah menjejalkan satu potong kimbab yang baru jadi ke mulut Jinyoung.

“Bagaimana rasanya? Apa rasanya enak? Apa layak dimakan?.” Tanya Jisoo menggebu

A BETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang