Sesampainya didepan pintu kamar yang ditempati ayahnya, Namjoon berhenti dan menghembuskan nafasnya. Entahlah, ia hanya sedang merasa gugup sekaligus cemas tentang apa yang harus ia katakan pada ayahnya yang baru saja bangun dari koma dan berhasil melewati masa kritis. Fakta bahwa hubungannya dengan sang ayah yang buruk tak bisa dipungkiri.Ia merasakan pundaknya ditepuk "Kajja Joon." Ujar Sekretaris Nam.
Namjoon membuka pintu itu perlahan dan mendapati seorang pria tua yang masih menggunakan alat bantu pernafasan dan juga alat-alat yang menempel di dadanya itu.
"Mendekatlah nak." Ucap ayahnya dengan suara yang terdengar lemah namun Namjoon masih bisa mendengarnya. Ia mendekat lalu tanpa sepatah kata air matanya menetes setelah ia bisa melihat wajah pucat ayahnya dari jarak yang sangat dekat.
Tangan yang masih tertancap jarum infus itu menghapus sisa air mata di pipi Namjoon. Halus dan hangat itu yang dirasakan Namjoon.
"Yak! Apa aku membesarkanmu untuk jadi pria cengeng seperti ini." Seru sang ayah dengan nada bercanda.
"Appa." Namjoon tak berniat untuk meneruskan ucapannya. Ia hanya ingin memanggil ayahnya. Tuhan memberikan kesempatan untuknya sehingga ia sekarang masih bisa melihat ayahnya dan masih bisa memanggilnya Appa.
"Semua baik-baik saja kan?" Tatapan mata ayahnya berubah khawatir.
"Tentu saja appa." Namjoon segera menampilkan senyum tipisnya di depan ayahnya.
🌻
Entah kenapa siang hari ini begitu dingin, dilihatnya keluar jendela ternyata awan sedikit menghitam. Mungkin sebentar lagi akan turun hujan. Jisoo menutup jendela kamarnya takut bila air hujan nanti akan menerobos masuk dan membasahi lantai kamar.
"Sooya! Kajja!"
Jisoo kaget mendengar suara Seokjin yang baru saja menerobos masuk kamarnya. Bagaimana bisa pria itu masuk kerumah Namjoon dan melewati penjagaan.
"Ap-apa yang kau lakukan disini."
"Tentu saja menjemputmu, kemasi pakaianmu dan cepat pergi dari sini."
"Aku tidak mau. Justru kau yang harus pergi dari sini sebelum Namjoon pulang."
"Cih..dia tidak akan menghalangiku hari ini."
"Mworago?"
"Dia benar. Aku tidak akan menghalanginya pergi bersamamu dari sini." Tutur Namjoon yang baru saja masuk kedalam kamar itu.
Matanya terbuka lebar ia tak paham apa yang dikatakan Namjoon. Jisoo tak bisa mengutarakan apa yang dipikirannya akibat lidahnya yang keluh. Jisoo berjalan mendekat, kini ia sudah berada tepat di hadapan Namjoon. Tapi pria dihadapannya itu enggan menatap kearahnya.
Jisoo menggapai kedua tangan Namjoon, meremasnya kuat "Joon ada apa denganmu?" Lalu air matanya lolos.
"Lihat aku eung."
"Shiereo, aku tidak ingin melihatmu lagi. Bisakah kau segera kemasi barang-barangmu."
"Joon beri aku alasan.." ia menjeda hanya untuk menelan ludahnya "Beri aku alasan kenapa kau tidak ingin melihatku lagi?"
Namjoon terlihat menghela nafas kasar "Karena aku lebih memilih ayahku daripada dirimu! Kau puas!"
Jisoo hanya mengangguk setelah mendapatkan penuturan dari pria itu, ia segera menghapus jejak air matanya dengan lengannya. Lalu senyum simpul ia paksakan untuk menghiasi wajahnya sekarang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
A BET
Fanfiction(ON GOING) NAMJOON X JISOO #Sebuah Taruhan Di bayar Dengan Luka Yang Indah# Namjoon menerima sebuah taruhan demi barang yang diincarnya. Dengan syarat Ia harus berpacaran dengan seorang gadis selama 3 bulan. Namun siapa sangka takdir sedang bermai...