9. Planing pt.2

451 66 3
                                    

Namjoon memang sangat serius tentang niatnya mengikuti Jisoo hari ini. Ia mengawasi Jisoo hingga pelanggan cafenya sudah tak nampak lagi.

Sepertinya sebentar lagi cafe itu akan segera tutup. Dan benar saja tak lama terlihat salah satu pegawai perempuan meninggalkan cafe. Lampu-lampu cafe sudah di matikan.

Kemudian terlihat dua pegawai lainnya yang keluar dari pintu cafe. Pegawai cafe yang tak lain adalah Jinyoung kini tengah mengunci pintu cafe. Lalu pria itu mengambil sepeda motornya dan mengarahkan satu buah helm kepada Jisoo.

Sungguh ini adalah pemandangan yang menyebalkan bagi Namjoon.

Sepeda motor itu kini melaju entah kemana. Mobil hitam Namjoon dengan setia mengikuti mereka dari belakang.

Tak lama sepeda motor itu berhenti di area taman.

"mereka ke taman malam-malam begini". Gumam Namjoon

Kini pemandangan yang di lihat Namjoon semakin membuat suhu di dalam mobilnya panas. Namjoon yang melihat mereka berdua tengah bermain dan bercanda dengan seekor kucing di taman itu membuat pegangannya pada setir semakin erat. Rahangnya juga ikut mengeras.

Namjoon masih tak mengerti kenapa Ia marah bila melihat Jisoo bersama dengan pria lain.

Tak lama handphonenya berdering. di layar itu tertera nama peneleponnya adalah Hosoek. Namjoon segera mengangkatnya.

"Bagaimana? Kau sudah mendapatkannya?"

"Tentu Joon. Oke aku akan mulai dari Jisoo dengarkan baik-baik"

"Nama Kim Jisoo. Dia lahir di Indonesia tanggal 3 Januari 1995. Dia pindah ke Korea ketika umurnya 5 tahun. Tapi karena urusan bisnis kedua orangtuanya kini memilih untuk kembali dan menetap di Indonesia. Jadi sekarang ini Jisoo hanya tinggal sendirian."

"Tunggu. Kau bilang kedua orang tuanya seorang pebisnis?" tanya Namjoon.

"Aku bilang dengarkan baik-baik Joon dan jangan menyela. Iya kedua orang tuanya punya bisnis properti yang cukup sukses di indonesia." Papar Hosoek.

"Pantas saja Jisoo bisa membeli Apartemen itu. Tapi kenapa Ia harus tetap bekerja di cafe." Batin Namjoon.

"Kulanjutkan Joon. Ini tentang kesukaannya. Dia suka warna kuning. Bunga favoritnya bunga matahari. Makanan kesukaanya adalah nasi goreng yang dimasak ibunya dan masakan pedas apapun itu yang penting pedas. Dia sangat suka minum susu pisang. Dan dia juga suka mendengarkan lagu BTS."

"Dan sekarang tentang pria yang bekerja bersama Jisoo itu. Nama Park Jinyoung. Lahir di korea tanggal 22 September 1994. Pria itu berteman dengan Jisoo sejak masuk SMA sampai sekarang. Dia tidak kuliah. Setelah lulus SMA dia memilih bekerja di cafe Danbam. Ayahnya sudah lama meninggal. Ibunya punya usaha tempat makan di daerah Gangnam."

"Informasimu sangat membantu. Gomawo."

"sama sama Joon. Baiklah kututup. Sampai jumpa."

Namjoon segera meletakkan handphonenya kembali.

Tak lama terlihat Jisoo dan pria itu beranjak dari taman. Tapi mereka tidak berboncengan lagi. Jisoo kini berjalan menuju halte bus yang mengarah ke Apartemennya.
Sepertinya kegiatan Namjoon hari ini selesai sampai disini.

Dia akan menyiapkan ide selanjutnya untuk besok. Namjoon kini melajukan mobilnya ke arah toko bunga terdekat yang masih buka.

🌻🌻🌻

Apartemen Namjoon
Pukul 06.00 KST

Namjoon sudah terlihat sangat rapi sekali di pagi hari. Ia mengenakan pakaian casual. Atasannya berwarna kuning dan tak lupa jam tangan Rolex yang sudah terpasang di tangannya.

Ketika jam menunjukkan pukul 06.30 KST Namjoon segera mengambil kunci mobil dan hadiah yang akan di berikannya untuk Jisoo. Ia segera turun ke lantai sepuluh.

Namjoon segera melancarkan ide ketiganya.

Jisoo yang baru saja keluar dari Apartemennya dan akan berangkat kuliah dikagetkan dengan sesosok pria tinggi yang kini terlihat tengah mondar-mandir tak jelas di dekat pintu lift. Terlihat tangan pria itu sedang membawa sesuatu. Jisoo pun segera menghampirinya.

"Kau sedang apa?" Jisoo bertanya sambil menepuk bahu Namjoon.

"A...ah ini untukmu." Namjoon segera memberikan barang yang di bawanya dan sebuah bunga kepada Jisoo.

"Apa ini?" Jisoo yang sedang membawa bunga matahari di tangan kirinya sedang membuka paper bag berwarna hitam yang di bawa Namjoon.

"Itu sepatu limited edition dari Abibas yang baru keluar bulan ini dan warnanya kuning."

"Wah. Kau serius. Brand Abibas jarang sekali memproduksi sepatu warna kuning. Boleh aku mencobanya?"

"Tentu."

Jisoo memberikan bunga yang dibawanya kepada Namjoon agar Ia bisa mencoba sepatunya.

"Pas sekali. Gomawo." Jisoo tersenyum riang. Senyum yang belum pernah Ia tunjukkan kepada Namjoon.

"Kau mau berangkat kuliah kan. Ayo aku antar."

Jisoo hanya mengangguk riang.

🌻🌻🌻

Di perjalanan mereka lagi-lagi hanya diam. Tak ada perbincangan hingga Namjoon membuka suara.

"Kau masih marah padaku?"

"Sedikit. Apa yang tadi adalah permintaan maafmu?"

"Hmmm. Ya. Kau suka?"

"Tentu saja aku suka. Ini pertama kalinya kau memberiku hadiah. Gomawo."

"Mianhae. Yang waktu itu sungguh diluar kendaliku."

"Tak apa Joon. Aku sudah memaafkanmu."

🌻🌻🌻

Mereka sudah sampai di depan gedung fakultas Jisoo. Jisoo tengah membuka seatbeltnya dan akan keluar dari mobil.

Namun

Namjoon meraih tangan Jisoo. Menghetikan Jisoo yang akan keluar dari mobilnya.

"Bisakah kau libur kerja hari ini?"

"Ada apa?"

"Aku ingin mengajakmu jalan-jalan dan makan malam. Kau bisa?"

"Tentu. Nanti aku akan izin."

"Hubungi aku kalau kuliahmu sudah selesai. Akan aku jemput."

"Eoh. Baiklah." Kini Jisoo sudah benarbenar keluar dari mobil Namjoon. Ia melambai pada mobil hitam yang beranjak meninggalkan parkiran.

Jisoo benar-benar dan sangat-sangat bahagia. Ia sampai mencubit pipinya berkali-kali. Ia masih menganggap ini adalah mimpi.

Ia harap sikap Namjoon akan seperti ini seterusnya.

Jisoo tak sabar menunggu jam kuliahnya selesai.




Cukup dengan satu kata yang kau ucap
Dan aku akan memaafkanmu

A BETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang