It hurts the most when you can actually feel your heart breaking-Anonymous
1 minggu ini Namjoon lewati dengan penuh kesibukan di perusahaan. Mulai dari mengikuti rapat-rapat penting yang tentunya dengan dampingan Sekretaris Nam. Menandatangani dokumen-dokumen yang sudah menumpak bak bukit tinggi. Menemui client-client penting yang seharusnya bertemu dengan Ayahnya bukan dirinya.
dan yah…. disinilah Namjoon sekarang menggantikan sang Ayah duduk tenang sembari mendengarkan ocehan membosankan client dihadapannya mengenai bisnis, saham, dan lain sebagainya. Tak lupa Sekretaris Nam yang selalu setia berdiri di samping Namjoon mencatat hal-hal penting dari perbincangan yang sedang berlangsung.
Dua jam berlalu dan barulah clientnya menyudahi pertemuan dan pamit undur diri, disitulah Namjoon bisa bernafas lega. Ia melonggarkan dasi yang terikat kencang di lehernya serta mengambil nafas panjang dan membuangnya kasar.
Ia merasa lelah… bosan…
Tak lama Sekretaris Nam memasuki ruangan yang sudah ditinggalkan client tadi dan kini hanya tersisa Namjoon yang sedang duduk bersandar di kursi.
“Joon kita ha..”
Belum juga Sekretaris Nam menyelesaikan kalimatnya Namjoon sudah terlebih dahulu memotongnya
“Paman bisa kau berikan handphoneku sebentar.”
“Nanti Joon. Setelah ini kita harus menemui CEO dari perusahaan XX.”
“Paman selalu saja hanya bilang nanti-nanti dan nanti. Paman aku bukan anak kecil lagi. Kubilang hanya sebentar kan! Setidaknya aku harus memberinya kabar.” Diakhir kalimat suaranya menjadi terdengar sedikit parau. Mengingat berhari-hari Ia tak bisa menghubungi gadisnya.
Memang setelah kejadian dimana Namjoon menginap selama tiga hari di Apartemen Jisoo bahkan tanpa memberi kabar berhasil membuat Sekretaris Nam menjadi geram dengan perilaku Namjoon. Sepulangnya Namjoon kerumah, Sekretaris Nam langsung menyita handphonenya.
“Aku tidak bisa lagi membiarkanmu melakukan hal bodoh lagi Joon. Bisakah kau fokus dengan perusahaan! Aku mohon Joon.”
“Tapi paman kau tau Seokjin..”
Sekretaris Nam menyela perkataan Namjoon “Yang terpenting sekarang adalah mencari bukti kuat kalau dia lah yang menyelakai Ayahmu. Kau harus tetap tenang, jangan terlalu terpancing dengan kelicikannya.”
Sekretaris Nam kemudian menepuk bahu Namjoon “Aku akan menunggumu di mobil, kuberi waktu 5 menit.”
Namjoon terdiam di tempat. Yang ingin Ia katakan pada Sekretaris Nam tadi adalah bahwa Seokjin sekarang ini bukan lagi mengincar posisi tertinggi di perusahaan tapi dia sedang mengincar gadisnya.
Dengan berat hati Namjoon melangkahkan kakinya pergi ke parkiran menghampiri Sekretaris Nam.
🌻
Di tempat lain gadis itu tengah terbaring lemas di sofa nyamannya. Sudut matanya tak lepas dari layar handphone yang sedang digenggamnya.
Sudah berhari-hari pesan yang dikirimkannya tak kunjung mendapat balasan. Ia bahkan sampai menghubungi teman-teman dari kekasihnya bermaksud menanyakan bagaimana kabar kekasihnya itu,
tapi nihil…
jawaban yang diterimanya selalu sama.....mereka juga tak bisa menghubungi Namjoon. Beberapa dari mereka juga sudah mencoba mengunjungi kediaman Namjoon, tapi penjaga rumah itu menghalangi mereka yang ingin menemui Namjoon dengan alasan kalau Namjoon sedang menghadiri pertemuan penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
A BET
Fanfiction(ON GOING) NAMJOON X JISOO #Sebuah Taruhan Di bayar Dengan Luka Yang Indah# Namjoon menerima sebuah taruhan demi barang yang diincarnya. Dengan syarat Ia harus berpacaran dengan seorang gadis selama 3 bulan. Namun siapa sangka takdir sedang bermai...