30. Obsession

429 47 9
                                    

Bagaimana aku bisa hidup tanpamu, katakanlah bagaimana bisa aku bernafas tanpamu? Bagaimana mungkin aku bertahan, jika tanpamu?-Trisha Yearwood


Perasaan khawatir kian menggerogoti pikiran Namjoon. Perkataan Seokjin yang mengatakan bahwa dia adalah manager Jisoo membuatnya tak tenang. Ibu jarinya pun lecet karena ulah gigi yang menggigitinya tanpa jeda. Sedari tadi kakinya juga tidak mau berhenti membawanya mondar-mandir di dalam kamar.

Ia melirik jam dinding di kamarnya yang menunjukkan pukul 05.00 KST. Ini masih sangat pagi tapi tentunya tidak ada larangan untuk mengunjungi kediaman pacar bukan. Namjoon bergegas pergi ke Apartemen Jisoo hanya demi menetralkan segala kekhawatirannya.

🌻

Apartemen itu masih sunyi karena sang pemilik masih tertidur pulas diranjangnya. Namjoon melangkahkan kakinya ke kamar gadisnya dan melihat posisi tidur gadisnya yang tak wajar tapi juga terlihat menggemaskan.

Jisoo sedang tertidur dalam posisi terlentang dengan kaki di atas bantal dan mulutnya yang terbuka lebar sembari mengeluarkan suara-suara aneh semacam dengkuran lirih.

Namjoon mencoba membenarkan posisi tidur Jisoo dengan hati-hati.

Setelah berhasil menyelimuti tubuh mungil Jisoo Ia ikut berbaring disamping Jisoo. Namjoon memandang wajah damai dihadapannya ini. Sesekali Ia menyelipkan rambut yang jatuh berantakan menutupi wajah Jisoo ke telinga Jisoo.

Seperti keyakinannya kekhawatirannya kini berangsur-angsur pergi setelah melihat wajah Jisoo.

Tak lama kedua kelopak mata Jisoo mulai bergerak dan terbuka pelan meski begitu Namjoon tidak ada niatan untuk menyingkir dari posisinya saat ini.

Jisoo yang baru saja bangun reflek menendang pria disampingnya hingga terjatuh. Ia membuka selimut dan mengintip apakah pakaiannya masih melekat di tubuhnya atau tidak.

Huft

Helaan nafas lega terdengar ketika melihat pakaiannya yang masih berada ditubuhnya.

Sebaliknya terdengar suara kesakitan Namjoon yang merasakan pantatnya menyentuh lantai dengan keras.

Apha (sakit).” Keluh Namjoon yang masih terduduk di atas lantai sembari mengelus pantatnya.

“Salahmu sendiri kenapa kau tiba-tiba ada di atas ranjangku.” Tangannya meremas selimut di dadanya berusaha mengendalikan degup jantungnya agar normal kembali.

Namjoon kembali menaiki ranjang meskipun pantatnya masih terasa nyeri. Ia merengkuh tubuh Jisoo ke dalam pelukannya.

“10 menit…biarkan seperti ini 10 menit saja.” Tangannya melingkar dengan pas ditubuh Jisoo.

Jisoo tak menjawab. Pipinya yang menempel di dada bidang Namjoon membuat ritme jantungnya kembali meningkat.

Tapi Ia masih tak paham dengan sikap prianya sekarang ini jika dibandingkan dengan kemarin malam. Kemarin Ia bisa merasakan ledakan emosi Namjoon kepadanya. Dia bahkan tega meninggalkan Jisoo di UGD tanpa pamit.

“Apa kau masih marah Joon?” ujarnya yang masih dalam himpitan dada Namjoon.

Sikkeureo! mal jom hajima (Berisik! Tolong jangan bicara).

Bibir Jisoo menjadi terkatup rapat. Ia juga merasakan dekapan yang Namjoon berikan semakin mengerat membuatnya sedikit kesusahan mengambil oksigen.

Keduanya tenggelam dalam kenyamanan yang diberikan satu sama lain hingga sama-sama terlelap.

🌻

A BETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang