14. Good Mood

433 65 0
                                    


Udara pagi ini terasa begitu menyegarkan. Kopi yang disesapnya pagi ini begitu nikmat. Pemandangan Kota Seoul pagi ini begitu indah. Pagi ini begitu terasa sangat nyaman. Karena pagi ini tak ada batasan, tak ada kata taruhan, tak ada hitungan hari terakhir.

Kim Namjoon tengah menikmati pemandangan Kota Seoul dari balik jendela Apartemennya sambil menikmati secangkir kopi ditangannya. Perasaannya begitu tenang dan nyaman. Moodnya sedang sangat baik hari ini.

“Ada apa kau memanggilku kemari sepagi ini?” Ucap gadis yang baru saja memasuki Apartemennya.

Namjoon tak menjawab. Ia malah terfokus pada bekas luka yang masih tercetak jelas dibibir gadis itu.

Melihat bekas luka itu Namjoon merasa begitu senang sampai-sampai sebuah senyuman sudah terlihat dibibirnya. Bekas luka itu bagaikan sebuah penanda. Penanda bahwa gadis dihadapannya ini adalah miliknya. Dan hanya miliknya.

“Akan kubunuh kalau kau terus menatapku.” Jisoo berucap sambil menutup bibirnya dengan kedua tangannya.

“Wae? Kau takut?” Namjoon malah menggoda Jisoo saat ini.

Namjoon berjalan mendekat dan Jisoo bergerak kebelakang.  Namjoon terus saja menyudutkan Jisoo hingga punggung Jisoo membentur tembok. Jarak mereka sudah terhitung sangat intim sekarang ini.

Jisoo merasa was-was. Ia menolehkan wajahnya kekanan karena tak ingin berhadapan dengan Namjoon.

“Aku akan melakukannya dengan sangat lembut kali ini jangan khawatir.”

Jisoo yang sedari tadi sudah merasa gusar dan tak nyaman dengan posisi mereka. Bergerak reflek hingga tangannya menyenggol cangkir kopi di tangan Namjoon.

“Panas…panas.. Ya! Kim Jisoo!”

“Si…siapa suruh kau seperti itu.” Jisoo merasa canggung dan Ia tak mau disalahkan. Ini semua karena Namjoon yang membuat debaran Jantungnya beberapa detik yang lalu tak karuan.

Namjoon kini menggeram melihat baju bermerknya kotor dan juga ditambah rasa panas di tangannya. Tapi Ia tahu harus menahan emosi agar moodnya tidak rusak hari ini.

“Buatkan aku sarapan. Aku akan ganti baju dulu.” Namjoon beranjak ke kamarnya.

“Jadi kau menyuruhku kemari pagi-pagi dan memberikan password Apartemenmu hanya untuk menjadikanku babu.” Gerutu Jisoo.

“Hmm begitulah.” Sahut Namjoon.

“Tapi aku ada kuliah Joon.”

“Akan aku antar. Jadi bergegaslah.”

“Aish. Kenapa aku bisa menyukai pria gila sepertinya.”

“Aku dengar.” Namjoon menyahut.

“Ne.” Jisoo pun segera pergi kedapur. memasak alakadarnya dengan bahan-bahan yang ada dikulkas Namjoon.

Tidak butuh waktu lama untuk Jisoo menyelesaikan masakannya. Ia menata dengan rapi sepiring telur dadar, lauk kimchi, tumis tauge dan daging, dan semangkuk nasi putih di atas meja milik Namjoon.

Namjoon yang sudah selesai mengganti bajunya, segera menuju meja makan.

Jisoo terlihat sedang melepas celemek di tubuhnya dan akan mengambil tas yang Ia letakkan asal di sofa. Namjoon yang melihatnya dengan cepat menghampiri Jisoo.

“Kau mau kemana?”

“Aku bilang aku ada jam kuliah.”

“Aku sudah bilang akan mengantarmu. Sekarang ayo makan dulu.” Namjoon mengambil tas yang sudah ada digenggaman Jisoo dan membuangnya sembarangan.

“Aku bisa telat kalau harus makan dulu.” Jisoo berbalik arah ingin memungut tasnya kembali.
Namun tangan Namjoon sudah lebih dulu mencegah niat Jisoo.

“Sejak kapan kau suka membantahku. Bukannya selama ini kau selalu menurut dan pasrah saja.”

“Aku hanya tidak mau sampai telat Joon.”

“Percaya saja dengan kekasihmu ini. kau tidak akan telat. Jadi duduk dan makan dulu setelahnya akan aku antar. Kau sudah tau aku tak suka dibantah.” Namjoon menggiring tubuh Jisoo untuk duduk di meja makan.

Jisoo pasrah kali ini. tapi bukankah ini yang diinginkan Jisoo. Akhirnya Namjoon bisa menerimanya seutuhnya sebagai seorang kekasih. Meskipun tempramennya tak bisa diubah.

🌻🌻🌻

Korea University

Namjoon dan Jisoo sudah sampai di depan gedung fakultas Jisoo.

“Apa kita telat seperti yang kau takutkan tadi?” Tanya Namjoon

Jisoo melihat jam di handphonenya

“Tidak. Masih kurang sepuluh menit.”

“Aku sudah bilang kan percaya saja padaku.”

“Hmm. Kalau begitu aku turun.”

“Tunggu.” Namjoon mencekal pergelangan tangan Jisoo

“Apa kau nanti pergi bekerja?”

“Iya. Aku setiap hari memang kerja kecuali hari minggu.”

“Oke. Mulai hari ini aku akan mengantar dan menjemputmu.”

“Apa kau tak punya kerjaan lain Joon?.”

“Untuk saat ini tidak ada. Kerjaanku hanya sibuk kuliah dan main. ”

“Terserah kau saja.” Jisoo segera keluar dari mobil hitam Namjoon dan berlari memasuki gedung.

Anggap saja ini awal bagi hubungan mereka berdua. Segala kekecewaan yang selama ini Jisoo telan sudah berbuah manis. Jisoo berharap hubungannya akan seperti hari ini seterusnya.

Dan semoga Takdir tak mempermainkan mereka.




A BETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang