Segala yang terbaik dan terindah di dunia ini tak dapat dilihat atau bahkan didengar, tetapi harus dirasakan dengan hati – Hellen KellerJisoo sedari tadi merasakan sesak di dalam dadanya. Air mata Jisoo terus saja keluar tanpa kehendaknya. Jisoo merasa akan meledak sekarang ini. Ia sudah tak tahan lagi dengan semua perkataan Namjoon yang di nilai kelewat batas. Disini Jisoo tak merasa salah, memang apa salahnya. Ia hanya meminta bantuan temannya. Kenapa pria yang tengah berdiri dihadapannya ini sampai hati mengatainya gadis murahan.
Jisoo kini memberanikan diri. Ia mengusap kasar sisa air matanya dan berdiri dari sofa menatap tak kalah tajam ke arah pria tinggi itu dengan mata sembabnya. Pria itu masih tetap di posisinya.
“Sebenarnya apa masalahmu Joon. Aku sudah jelaskan kalau aku hanya meminta bantuannya. Memang kenapa kalau aku memasukkan pria ke Apartemenku hah!.” Teriak Jisoo dengan lantang
Pria di hadapannya ini tengah tertegun. Seakan tak percaya, gadis ini bisa meneriakinya.
“Memang apa pedulimu hah! Selama ini apa kau pernah memperlakukanku layaknya seorang kekasih? Ini sudah tiga puluh lima hari kita berpacaran tapi sikapmu terhadapku tak pernah berubah. Dan aku tak pernah mempermasalahkan hal itu. Aku tak pernah meminta lebih padamu Joon. Tapi kata-katamu barusan sangat keterlaluan.” Suara Jisoo di akhir kalimatnya terdengar serak, kemudian air mata sialan itu jatuh lagi.
Ia memilih segera pergi dari tempat itu dengan sedikit berlari. Ia memilih kembali ke tempatnya.
🌻🌻🌻
Ketika Namjoon menyadari Jisoo tengah menangis tadi, tatapan matanya sedikit demi sedikit melembut tak lagi menatap tajam. Ia sendiri juga tak tahu kenapa reflek nya setelah melihat teman pria Jisoo seperti tadi. Ia juga tak ingin mengatakan hal-hal buruk seperti tadi, meskipun faktanya Ia sering kali berlaku kasar terhadap Jisoo. Tapi kata murahan yang Ia lontarkan terhadap Jisoo keluar begitu saja dari mulutnya.
Namjoon merasa bersalah hingga Ia merasa tak berhak mengejar Jisoo tadi. Kemudian Ia menatap ke arah lantai yang kini terlihat berantakan dengan pecahan piring dan kimbab yang berserakan.
Ia kini mengambil tempat sampah dan membawanya ke arah pecahan piring yang berserakan. Ia mulai berjongkok mengambil pecahan piring dengan tangan kosongnya dan memasukkan ke dalam tempat sampah. Ia mengambil kimbab itu dan akan membuangnya juga tapi diurungkannya. Ia menatap kimbab itu dan bergumam sendiri.
“Apa ini masih bisa di makan. Lantai Apartemenku kan bersih. Setiap hari kubersihkan. Sepertinya ini masih bisa dimakan. Aku hanya akan makan satu potong. Tidak mungkin akan mati kan.” Satu potong kimbab itu telah mendarat mulus ke mulut Namjoon.
Ia masih dalam posisi berjongkok sambil mengunyah kimbab itu dan melanjutkan aktivitasnya membersihkan lantai itu. Ia membuang kimbab lainnya ke dalam tempat sampah. Ia memang hanya memakan satu potong.
Jujur saja Ia sebenarnya sedang lapar. Bagaimana tidak, Ia baru pindah kemarin malam dan sibuk merapikan barang bawa an tanpa sempat makan malam.
Setelah aktivitas bersih-bersihnya Namjoon memilih untuk menemui temannya Taehyung di salah satu restoran bernama Ryunique dekat Apartemennya.
🌻🌻🌻
Restoran Ryunique
“Ada apa? Tumben mengajakku sarapan pagi di luar.” Tanya Taehyung yang tengah menunggu pesanannya tiba.
“Anggap saja aku sedang mentraktirmu. Aku baru saja pindah ke Apartemen di dekat sini.” Namjoon menjawab dengan raut muka tak bersemangatnya.
“Eoh. Terimakasih. Tapi harus ada ronde ke dua bersama yang lain. Kalau mereka tahu kau hanya mentraktirku. Mereka akan mengomel padaku.” Taehyung benar-benar tak ingin mendengar ocehan teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A BET
Fanfiction(ON GOING) NAMJOON X JISOO #Sebuah Taruhan Di bayar Dengan Luka Yang Indah# Namjoon menerima sebuah taruhan demi barang yang diincarnya. Dengan syarat Ia harus berpacaran dengan seorang gadis selama 3 bulan. Namun siapa sangka takdir sedang bermai...