18. startled

153 28 0
                                    

Sepertinya Jelita tidak main-main dengan ucapannya pekan lalu, pasalnya, sekarang cewek cantik itu mengundang keributan saat ia tiba-tiba datang ke kelas Sandi secara mendadak.

Iya. Serius. Apalagi saat itu Sandi dalam keadaan tidak mendukung.

"San, woy! San, lo harus tanggung jawab sama gue." Sandi yang sedang bergelung dengan jaketnya di pojok kelas lantas berdeham malas begitu Sean menggoyang-goyangkan mejanya keras-keras.

"Apa sih?" tanya cowok itu, sedikit kesal.

"Bangun dulu!"

Sandi mau tidak mau bangun. Dengan matanya yang sayu dan sangat ngantuk, Sandi menggertak Sean. "Lo tuh---ya---gue belom tidur dari semalam dan lo ganggu acara tidur gue!"

"Iya. iya, gue tau---siapa suruh lo tetep masuk sekolah? Kan udah gue bilang, kalo ada pertandingan ya bolos aja dulu."

"..."

"Btw, gapapa deh. Yang penting lo menang. Dah, sekarang mending lo bangun, cepet!"

Sandi yang sudah kembali bergelung pada jaketnya di atas meja berdeham menggeleng dan mengibas-ngibaskan tangannya menyuruh Sean menjauh.

Serius. Ini adalah kesempatan emas Sandi untuk tidur sejenak di waktu istirahat. Semalam ia habis tanding ngeng-ngeng. Eh, balapan maksudnya. Dan dia belum sempat tidur sama sekali. Pulang jam 5 subuh, mandi, solat, main handphone sebentar dan cus ke sekolah.

Sangat butuh pengorbanan, 'kan?

Dan sekarang Sean malah mengganggu acara tidurnya ini. Sungguh kelewatan. Kalau saja Sandi lagi normal mungkin Sean sudah ditebas botol aqua.

"Serius? Lo mau tidur aja?"

"..."

Sean mendecak, ia berkata sesuatu tepat di atas kepala Sandi. "Ada cewek di depan. Nyariin lo."

Sandi masih belum mau menjawab. Oke, Sean harus mengeluarkan amunisinya kali ini.

"Jelita. Jelita Maharani nyariin lo di depan kelas."

Brak!

Benar saja. 

Sean tersenyum miring, merasa menang karena seorang Sandi bisa menurutinya kali ini. Sekarang Sandi sudah mengangkat kepalanya tegak-tegak---dengan matanya yang masih sayu ia menaikkan sebelah alisnya heran. 

"Apa lo bilang?"

"Gak percaya? Tuh," ucap Sean mengarahkan dagunya ke ujung pintu.

Mata Sandi yang memang sudah mulai terganggu itu menyipit demi melihat fokus di sana. Ada segerombolan manusia di depan pintu kelas Sandi yang sedang bercengkrama sambil tertawa-tawa.

Oh, gak ada yang salah memang.

Yang salah sekarang semua manusia itu adalah cowok-cowok alias teman sekelasnya yang sedang mengerubungi seorang cewek.

Cewek dengan kuncir kuda yang ikonik juga gak bikin Sandi lupa siapa cewek itu.

Jelita.

"Nahkan, digodain deh dia."

Bersamaan setelah Sean berucap kalimat penuh profokasi itu kursi Sandi berdecit kencang. Ia beranjak dari duduknya dan menatap garang ke arah pintu.

Sementara itu, Sean sudah cekikikan melihat adegan langka dari seorang Sandi Wiguna. Ia yakin Sandi tersulut perkataannya barusan.

Tak butuh waktu lama, Sandi bergerak ke depan kelas. Di depan papan tulis, seorang cewek berkacamata menghalangi gerak Sandi. Ia sedang bersusah payah membawa tempat sampah, begitu Sandi bergerak ke kanan, ia juga melakukan hal yang sama. Dan begitu seterusnya.

Sweet Trinity ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang