25. hots conversation

174 34 5
                                    

Jantung Reyes berdebar begitu kencang.

Saat ia mendengar kabar tersebut, Reyes tanpa basa-basi langsung cabut ke mobilnya yang tak jauh dari arena balapan liar tersebut. Dengan hati yang dag-dig-dug, Reyes menancap gas mobil untuk menyusuri arena balapan ini.

Tak butuh waktu lama bagi Reyes untuk menemukan sebuah mobil yang berbenturan dengan pagar jalanan. Tentu saja, Reyes tidak tahu mobil siapa itu.

Mobil Sandi yang biasa ia gunakan sebagai 'pemacu' balapan bukanlah mobil berwarna putih itu. Mobil Sandi yang diberi nama Cartien itu tentu saja sudah Reyes hafal bagaimana bentuk dan warnanya.

Reyes mematikan mesin mobil seraya matanya memindai situasi.

Polisi sudah datang.

Beberapa orang yang terlibat pada arena balapan juga sudah mulai dikumpulkan dan dibekuk oleh aparat keamanan.

Mobil putih yang menabrak pagar jalanan lantas keadaannya sangat amat hancur. Reyes tak bisa membayangkan bagaimana keadaan orang yang ada di dalamnya.

Dengan tergesa-gesa, insting tajam Reyes langsung menyuruhnya untuk pergi ke mobil ambulan. Reyes berlari ke sana, mobil ambulan itu terletak tak jauh dari mobil polisi yang terparkir di depan area kecelakaan.

Orang-orang berkerumun di sana, untungnya tidak ada reporter yang meliput---di mana hal ini pernah terjadi saat kecelakaan Sandi yang pertama.

Ketika ia sampai ke mobil ambulan tersebut, Sandi ada di sana.

Reyes dapat melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau cowok yang biasa mengomelinya itu kini terbaring lemah dengan bantuan alat pernapasan.

Keadaannya? Sangat buruk.

Memar terdapat di sekujur tubuh Sandi. Bahkan, celana yang cowok itu kenakan robek di bagian lututnya. Jaket hitamnya sudah tersampir di sisinya berantakan, menyisakan kaus oblong putih yang sudah tercampur bercak darah.

Hati Reyes memilu.

Dia menggigit bibir bawahnya, antara kasihan dan ingin memarahi cowok penggemar susu ini.

Bisa-bisanya dia melupakan janji yang ia buat sendiri? 

Bisa-bisanya dia berani terlibat kecelakaan lagi?

Sial. Reyes mengepalkan kedua tangannya.

Setidaknya, setidaknya.... jika dia ingin melanggarnya maka lakukan dengan benar! Jangan sampai terluka.

Sandi benar-benar bodoh.

"Rey? Kok lo di sini?" Suara seseorang tiba-tiba menginterupsi. Meredakan amarah Reyes yang bisa saja meledak dan meninju mobil ambulan ini.

Itu Eric.

Cowok yang Reyes yakini tahu semua kelakuan Sandi di belakangnya.

Mata Reyes yang berair tetapi bukan menangis tampaknya membuat Eric agak terkejut. Cowok itu berdeham, memeras bahu kanan Reyes dengan bibir yang dilipat.

Terlihat sekali cowok itu kelihatan gugup.

"Gue bisa jelasin nanti. Lo bisa jadi wali Sandi 'kan? Lo tau orang tua dia gak boleh sampai tau," ucap Eric.

Reyes tidak bisa menanggapi langsung. Dia menoleh kembali kepada Sandi yang masih ditangani oleh petugas kesehatan yang sepertinya juga menunggu keputusan Eric.

"Oke, Rey?" tanya Eric lagi.

Kalau Reyes bisa meninju bibir Eric yang dengan tidak-sopannya meminta hal seperti ini, mungkin itu hal pertama yang Reyes lakukan.

Sweet Trinity ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang