24. reyes' decision

169 36 4
                                    

brak!

"Lepasin!"

Seorang gadis berjalan terseok-seok dengan tangannya yang dicengkram seorang laki-laki, memaksanya berjalan meski gadis itu bersikeras menghindar.

Gadis itu memakai rok mini di atas lutut---kira-kira 10 senti di atas lutut? Kurang lebih seperti itu, yang jelas---rok itu pendek dan sangat ketat. Bukan itu saja, pakaiannya pun sangat tipis, tak berlengan, mengekspos kulit kuning langsatnya yang terpapar rembulannya malam.

Dia cantik.

Polesan make-up sangat terlihat cocok di wajahnya disertai rambut panjangnya yang dibuat bergelombang.

Namun, sosok laki-laki yang menarik tangannya tak jua mau berhenti meski gadis itu memberontak meminta dilepaskan.

Reyes.

Pria itu adalah Reyes, menarik gadis itu---Sonia menyusuri temaramnya jalan raya yang lengang malam ini.

Napas Reyes menderu kencang dengan cengkramannya yang kian menguat pada lengan Sonia.

"Reyes! Kamu kenapa, sih?!" hentak Sonia lagi.

Kini pegangan Reyes pada lengan Sonia mengendur, pria itu melangkahkan kaki kanannya dan berhenti seraya memunggungi Sonia.

"Aku harus balik ke arena," kata Sonia.

Sebelum akhirnya Reyes berbalik dan mengeluarkan suara.

"Harus kayak gitu?"

Sonia yang masih berada di tempatnya menatap Reyes aneh. "Maksud kamu?"

"Lo harus cari duit di tempat kayak gitu?"

Sonia tergelak begitu mendengar kalimat yang dilontarkan Reyes padanya.

Namun, Reyes tak terlihat main-main. Cowok itu sangat serius. Sorot matanya yang menatap langsung Sonia bisa menjelaskan itu semua.

"Maksud kamu aku ini apa?"

"..."

"Aku cuma cari uang! Gak ada yang lain,"

"Itu tempat berbahaya."

"Terus? Emangnya ada yang peduli aku bakal makan apa besok?"

Reyes menghela napas lelahnya, lantas melangkah maju mendekat. "Lo bisa bilang gue, bukannya lo selalu datang ke gue di setiap kesulitan? Kenapa--" Reyes tak mampu meneruskan ucapannya. Tenggorokannya tercekat. Reyes tak bisa melanjutkan kata-katanya untuk gadis di hadapannya ini.

"Emangnya kamu peduli?"

"..."

Sonia berdecak seraya memandang ke arah sampingnya, cewek itu tersenyum sinis. "Kamu gak peduli,"

Reyes menatap Sonia lamat-lamat.

"Karena ada hati orang lain yang harus kamu jaga." tandas Sonia.

Ucapan Sonia ibarat sebuah bom yang mampu meledakkan pertahanan Reyes saat ini. Sorot mata cowok itu tak lagi mengeras, melainkan mengendur dan menatap Sonia dengan mata yang berkaca-kaca.

Melihat reaksi Reyes, Sonia rupanya tak peduli. Cewek itu lantas membenarkan letak jamnya seraya menilik pukul berapa ia harus kembali ke arena sebelum balapan dimulai.

"Jadi, kapan kamu bakal mutusin pilihan?"

"..."

"Kamu tau, apapun pilihan kamu sama-sama menyakiti satu perempuan,"

"..."

Sonia mendekatkan dirinya kepada Reyes. Cewek itu seolah-olah sedang memprovokasi Reyes untuk segera menjawab.

Sweet Trinity ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang