19. dizar's memories

164 29 4
                                    

Dulu, jauh sebelum sekarang, mungkin berabad yang lalu? Hah... intinya selama itu. Hidup Aldizar Sharga tidak serumit seperti sekarang ini.

Serius.

Pagi masuk ke sekolah seperti biasa, belajar dan berteman seperti biasa, lalu jika waktu istirahat tiba Dizar akan melipir ke Perpustakaan atau taman belakang sekolahnya. Untuk apa? Tentu saja mengobrol dengan Suki.

Suki itu bisa dibilang teman baik Dizar selama di sekolah. Hantu yang mendiami Perpustakaan itu tidak pernah mau dibantu Dizar untuk pergi ke akhirat seperti hantu-hantu biasanya.

Aneh, ya? Aneh banget! Malahan, bisa-bisanya Suki bicara hal seenteng ini;

"Akhirat? Ah, nggak. Gue masih cinta dunia. Masih suka liat manusia-manusia ini melakukan dosa. Lumayan juga 'kan buat bahan gosip lo itu."

Ucapannya itu menjurus ke radio Dizar yang kadang-kadang ia pakai di sekolah.

Mr. Ej.

Sayangnya, kenikmatan itu tidak bertahan lama. Sekarang Dizar tidak punya waktu untuk melakukan kesenangannya tersebut. Ia bahkan mendengar bisik-bisik murid sekolah ini mengenai menghilangnya kabar Mr. Ej.

Lalu, mengapa semua ini terjadi?

Tentu saja jawabannya...

Rara. Yah, walau sebelum itu Dizar juga agak jadi lebih sibuk karena masalah kesehatan Bundanya.

Dizar sama sekali tidak melebih-lebihkan kok, keadaannya sekarang bisa menjadi bukti kuat kalau hidup Dizar memang tak seindah dulu.

Well, sekarang Rara ada di sekeliling Dizar bermondar-mandir seperti hantu kesetanan dengan mulutnya yang tak henti-hentinya berbicara.

"Lo ngerti bahasa manusia gak sih?! PULANG SEKOLAH! PU-LANG SE-KO-LAH!" sentak Dizar yang sudah beranjak dari duduknya sambil membentak Rara yang ada di depannya.

Bukannya gentar, sekarang Rara malah terlihat cekikikan senang. Apalagi hantu itu memandang Dizar dengan tatapan meremehkan yang sangat kentara.

Sayangnya, Rara tidak bisa dilihat oleh teman sekelasnya yang lain...

"Zar, woi? kesurupan lo?"

Teguran dari Rudi selaku ketua kelas Dizar hanya membuat cowok itu menghela napas sambil mengangguk polos. Ia membenarkan kacamatanya sambil menggeleng.

Untungnya hal itu tidak terjadi, kalau Rara benar-benar menyurupinya semua pasti bakal jadi lebih rumit.

Dengan begitu, Dizar menatap sinis Rara sebelum akhirnya pergi ke kamar mandi lelaki.





👑🐙⚽

"Kenapa sih lo marah-marah terus?" Rara merutuk Dizar yang sedang membasuh wajahnya kasar-kasar. Sekarang mereka berada di kamar mandi cowok, tentu saja keadaannya cukup sepi meski ini jam istirahat, cukup bikin Dizar bernapas lega.

"Karena lo bikin gue kesal." tandas Dizar memandang bayangan Rara di cermin dengan pandangan tajam.

"Yah, sorry kalo gitu." Rara memutar bolamatanya jengah. "Gue cuma pengen semuanya cepat selesai."

Dizar mengibaskan tangan di udara dan berbalik pada Rara yang bersandar di pintu bilik kamar mandi. "Oke-oke. Gue pun sama. Sekarang, apa yang lo mau?"

Rara menaikkan sebelah alisnya. "Seperti yang gue bilang kemarin, bantu gue selidiki apa yang dilakuin Jelita di sekolah ini."

"Oke. Terus?"

"Tadi gue liat Jelita ke kelas sebelah, nemuin seorang cowok." Rara mendecak merasa ada sesuatu yang tidak beres. "Jelita bukan tipikal cewek kayak gitu. Samperin cowok duluan. Oh, satu lagi!"

Sweet Trinity ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang