Menurut Sandi, cuaca pagi sekitar jam 8-9 adalah waktu yang tepat untuk berolahraga. Apalagi kalau olahraganya nendang-nendang bola, dijamin bakal bikin tubuh makin sehat plus bahagia.
Itulah pemikiran seorang Sandi Wiguna yang sebenarnya sederhana tetapi seringkali dianggap berlebihan sama orang-orang.
"Halah, hidup itu YOLO, man. You only live once, jadi nikmati ajalah. Gak usah serius-serius." Ini Dizar yang bicara waktu Sandi menerangkan khasiat terbaik meminum jus sehat. Terkesan meremehkan memang, bagaimana tidak, kalau bentukannya sendiri adalah penggemar alkohol. Untungnya, selama tiga tahun terakhir ini Dizar tidak secandu sebelum-sebelumnya.
Kalau Reyes cuma bisa terkekeh. "Lo bukan atlet apalagi orang penting. Jaga kesehatan emang baik, tapi coba lo pikirin nikmatnya seblak-seblak itu, deh." ujar Reyes, yang suka makan seblak tetapi perutnya sendiri gak kuat. Alias langsung menc*et.
Lupakan sekilas TMI tadi, sekarang Sandi sedang menikmati stretching yang sedang ia lakukan untuk memulai tanding futsal sama kelas sebelah. Karena guru-guru mendadak rapat dan cuaca di luar sedang hujan, alhasil ia menggunakan lapangan indoor untuk memulai permainan.
"San, lo udah tahu?"
"Tempe." caur Sandi, langsung bikin Sean mengerut karena balasan aneh Sandi, sambil melakukan streching lengannya.
Cowok jangkung itu makin mendekat pada Sandi dan berbisik sesuatu. "Ada murid baru. Cantik banget, woi."
"Terus kenapa?"
"Selebgram. Masa lo gak tau sih? Kabar dia pindah ke sekolah kita udah dari minggu yang lalu, tau."
"Gak tau dan gak mau tau, sih." Sandi memancarkan tatapan tajam pada Sean yang sudah cemberut. "Kurang-kurangin ngegosip, dah mending mulai aja permainannya."
Sean buru-buru menarik tangan Sandi saat cowok itu mau ke tengah lapangan. "Serius lo gak mau tau? Kali aja nih cewek bisa bikin pangkat lo sebagai cowok gay di sekolah ini ilang, San."
Sandi menarik kedua alisnya bingung. "Apa urusannya tuh cewek sama gue?"
"Ya lo gebet, lah! Kayaknya dia juga suka sama lo."
"Hah?"
"Tuh, liat."
Sean langsung mengarahkan kepala Sandi dengan keras ke suatu sumber, kalau ini bukan di tempat ramai mungkin Sandi akan balik menyikut Sean karena kelakuan cowok itu yang bikin Sandi kesal.
Namun, Sandi tidak punya waktu buat itu. Sekarang mau tidak mau pandangannya pun bertemu pada satu objek yakni sekumpulan manusia di ujung pintu lapangan indoor. Awalnya Sandi merasa tidak ada yang aneh, malah dia sudah melas dan siap melayangkan gaplokan pipi pada Sean, tetapi otaknya memberi suatu sinyal yang sekarang membuat Sandi membolakan matanya.
Murid baru itu... Jelita?
Belum selesai keterkejutan Sandi, sekarang cewek yang lagi dikerubungi beberapa murid di ujung pintu sana melambaikan tangan padanya. Lagi, masih bikin Sandi gemetaran abis, cewek cantik berkuncir kuda itu berlari kecil ke arahnya sambil tersenyum manis. Sangat manis.
Sean yang di samping Sandi juga sadar kalau cowok itu terpesona sama Jelita. Cowok jangkung itu langsung menepuk belakang punggung Sandi hingga membuat Sandi tersadar dan tersentak sekaligus. Ia mengaduh kesakitan tetapi tidak bisa membalas Sean karena cowok jangkung itu sudah menjauh darinya.
Jelita yang baru sampai tepat di hadapan Sandi langsung melempar senyum paling manis dari wajahnya. "Hai, San." sapanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Trinity ✓
FanficReyes, Sandi, dan Dizar membuktikan kalau sahabat adalah orang yang dapat dipercaya. Tapi, bagaimana kalau suatu keadaan membuat mereka terpaksa saling mengkhianati? warning! °°mental health issues, harsh words, drugs, alcohol, etc. ©tanbaebaes, 20...