That Shiver

3.9K 452 80
                                    

Levi tidak bisa memungkiri bahwa sentuhan panas Erwin di setiap jengkal kulitnya terasa begitu menggetarkan. Erwin menunduk lalu menyapukan bibirnya ke bibir Levi berulang-ulang. Satu tangannya bermain-main di dadanya sementara tangan lain meremas pinggul gemetar omega yang telah resmi menyandang namanya. Punggungnya melenting di bawah hujan air hangat.

Rasanya mencengangkan bagi Levi sampai jemarinya terangkat dan menyusuri rambut pirang Erwin yang basah dan acak-acakan. Tubuhnya menjeritkan seks yang keras seakan memanggil omega yang bersemayam dalam dirinya untuk bergabung dalam pusaran kenikmatan. Tubuh mereka sama-sama beraroma hasrat yang panas menggelora. Setiap saraf tergelitik oleh kebutuhan akut untuk dijamah dengan segenap rasa.

Jiwanya terguncang, sekujur tubuh bergetar dan bagian di bawah sana terasa basah. Levi berada di dalam dekapan Erwin yang sangat ahli, diserbu kenikmatan yang diberikan Erwin dengan mulutnya. Erwin menggeram puas lalu menyentak paksa kemejanya sampai seluruh kancingnya berhamburan ke lantai. Mulutnya berlanjut menggigit panas di bawah selangka Levi dan membelai dengan ujung lidahnya yang basah.

"Erwin ..." desah Levi, kedua lututnya gemetar dan melemas. Beruntung Erwin merangkul pinggangnya dengan erat.

Levi terlena, terbius feromon dan sentuhan Erwin yang bergerilya di seluruh permukaan kulit mulusnya. Ciuman Erwin terasa jauh lebih menyenangkan daripada Eren dulu. Ah, mengapa Levi mengingatnya lagi? Eren adalah sepotong masa lalu yang cukup dihormatinya. Masa kini dan masa depan Levi adalah Erwin. Dia harus belajar mencintai Erwin sepenuh hati dan mengingat nama barunya, Levi Smith. Tak akan pernah berubah.

Erwin bersuara lirih, serak, dan mengandung hasrat yang teramat menggelegak. Feromonnya kian merebak ke sepenjuru ruang kamar mandi. Aroma yang jantan dan tegas seperti campuran kayu-kayuan, mint, dan patchouli. Mencerminkan sosok Erwin sendiri yang tegas, berwibawa, dan kuat namun hangat sekaligus. Itu sudah cukup membuai Levi sampai mendesah tak tahan dan sangat menginginkannya. Kesadaran bagai tercerabut hingga ke akar-akarnya.

Namun Levi tidak menyadari pikiran Erwin yang tiba-tiba berkecamuk mengulang percakapannya dengan Eren di pemakaman. Sewaktu Eren mengatakan perihal masa lalunya dengan Levi bahwa mereka adalah sepasang kekasih sebelum Erwin menikahinya, dia merasa seperti bumi amblas di bawah pijakan kakinya. Panas yang merambat dari perutnya bukan lagi gairah yang membara, melainkan jelmaan amarah yang disulut kecemburuan tanpa disadarinya.

Sial! Mengapa aku memikirkannya di saat seperti ini?

Tanpa sadar, cengkeraman tangannya di pinggul Levi menguat sehingga omega itu mengaduh kesakitan. Erwin mengerdip cepat. Jemarinya merenggang resah, sementara Levi menatap cemas ke arahnya seraya bertanya. "Erwin, ada apa?"

Kata-kata Eren menggaung keras dalam kepalanya, memang kalian saling mencintai?

Erwin tersentak mundur dan mengerang. Matanya yang biru dan menawan tampak menggelap dan terbuka lebar. Sementara napasnya memburu, wajahnya yang tampan memerah karena rasa malu. "Apa yang sudah kulakukan padamu, Levi?"

Pikiran Levi sekarang terpusat pada pasangannya yang terlihat kalut dan hancur. Tangannya yang gemetar bergerak mematikan pancuran air sebelum mengambil langkah tertatih mendekati Erwin. Rahangnya bergetar, tangannya mengusap wajah dengan gusar. Seolah-olah dia baru saja melakukan kesalahan besar yang tidak termaafkan.

"Menjauh, Levi! Aku benar-benar brengsek."

Hatinya nyeri mendengar Erwin yang terus menyalahkan dirinya sendiri. Wajahnya tegang. Erwin hanya mengikuti instingnya sebagai seorang alpha. Sama sekali tak ada yang salah dengan itu. "Tidak! Kau tidak seperti itu," tukasnya menyangkal dalam bisikan.

Curtain FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang