That Sorrow

1.9K 262 87
                                    

Sepanjang lima bulan sejak Eren berdamai dengan Levi, terasa seperti semilir angin musim semi. Erwin memang masih bersikap kaku padanya, namun Levi membuat semua yang ada di antara mereka bisa dikompromikan. Hanya demi Levi alpha pirang itu menahan tinju padanya.

Selama bulan-bulan itu pula Eren bisa melihat kehidupan Levi dari dekat. Berbicara dengannya, tertawa, kadang berdebat kecil seolah hari-hari yang dulu telah kembali. Eren bahkan menyaksikan bagaimana janin itu tumbuh dan berkembang di rahim Levi. Gundukan kecil itu telah membesar sehingga Levi kesulitan melihat ujung jari kakinya sendiri.

Tujuh bulan, lalu dua bulan lagi Levi melahirkan dan kami akan tahu siapa ayah si janin. Jika anak itu lebih mirip ayahnya daripada Levi ... tes DNA tak akan diperlukan.

Namun ada yang berbeda dengan Levi hari ini. Tubuh mungilnya agak tersembunyi dalam rengkuhan Erwin di ranjang mereka. Ini bukan pertama kali Eren memasuki ruang pribadi Erwin dan Levi, namun rasanya tetap saja canggung. Meskipun Erwin sendiri yang memberi ijin padanya.

Lalu mata hijaunya benar-benar melihat Levi. Bawah matanya tersapu bayangan gelap yang menonjolkan raut letihnya. Setidaknya kulit di pipinya masih pucat lembut dan bersemu kemerahan. Rambut legamnya tampak berantakan, beberapa helainya menempel di kening yang sedikit berkeringat.

Ada sorot kecemasan di mata Levi saat menengadah dan bersitatap dengan Eren. Ini tidak bagus, Eren menerka-nerka. Lantas dia melirik Erwin namun bibir pria itu masih setia untuk mengatup serapat mungkin.

"Eren." Levi tersenyum lemah padanya.

Dia terus bergerak maju sampai langkahnya terhenti di pinggir ranjang dan Levi mengulurkan tangan lalu meraih tangannya. Sulit sekali untuk mengalihkan pandangan dari sosok manis itu. Eren mengabaikan Erwin yang menarik lengannya dari bahu Levi.

"Levi, ada apa?" bisiknya. Tanpa berpikir, Eren sudah meletakan bokongnya di sisi kaki Levi yang terjulur lurus. Sejurus kemudian Eren berpikir betapa tololnya pertanyaan itu karena Levi tidak menjawabnya.

Matanya langsung menyalang ke arah Erwin, mendesak penjelasan dari pria yang kini terlihat seperti sedang dibakar hidup-hidup. Eren menggenggam jemari yang rapuh dengan kedua tangan. "Erwin, katakan sesuatu!"

"Jangan bertanya padanya," Levi menyergah, "aku yang memintamu datang ke sini. Aku ingin mengakhiri semua ini." Kemudian dia mendesah berat. Levi tampak lebih lemah dari sepanjang lima bulan terakhir.

Eren mengangguk. "Lalu kau ingin bicara apa?"

"Lupakan aku." Nada itu begitu lemah, halus, namun tajam menohok ulu hatinya.

Mereka tidak bicara lagi selama bebarapa waktu. Eren menggerakan bibirnya tanpa suara. Mengapa? Dia tercekat. Setiap detik mulai terasa bagai tetesan asam yang membakar kulitnya. Levi mengusap perutnya dengan tangan yang bebas.

"Kita masih belum tahu siapa ayahnya," kata Levi setelah terdiam beberapa saat. "Tapi, Eren. Andai itu kau, aku tetap tak bisa meninggalkan Erwin. Kau tahu alasanku."

Perkataan itu telah membuat amarahnya kian memuncak namun alih-alih melontarkan kemarahan dari dadanya, Eren malah terkekeh walau amarahnya begitu nyata sampai rahangnya mengeras dan bergetar kaku. "Jadi, aku benar, ya? Kau memang telah jatuh hati padanya."

Tawa itu terdengar sangat mengerikan. Tawa sumbang yang melapisi kemarahan juga kekecewaan mendalam. Levi bisa melihat pancaran hijau zamrud itu begitu gelap dan sulit diselami. Sorot terluka. Sejenak Levi mencoba memikirkan ulang ucapannya dari sisi Eren.

Mencintai. Ditinggalkan. Dilupakan.

Levi sadar dialah yang telah berlaku kejam di sini. Meski apa yang sudah diperbuat Eren terhadapnya sama sekali tidak bisa dibenarkan, semua berawal dari dirinya. Setelah dia mencampakan Eren begitu saja, tiba-tiba meminta hal semacam ini ... Levi tahu dia baru saja menghancurkan Eren tanpa belas kasih. Namun jika dia membiarkan Eren mempertahankan perasaan terhadapnya, Eren akan terluka semakin dalam. Levi tak sanggup melihatnya lebih menderita lagi, Eren berhak untuk mencintai dan berbahagia dengan orang lain. Dia tidak ingin menyakitinya lebih dari ini.

Curtain FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang