That Fire

4K 455 60
                                    

"Maafkan aku, Levi."

Tidak ada pilihan lainnya, Erwin menyadarinya dan karena itu hanya ada satu pilihan paling baik. Apabila dia meninggalkan Levi membeli obat penekan, akan makan waktu terlalu lama. Selain itu, Levi bahkan tak ingin melepaskannya. Namun itu berarti dia harus mengorbankan sesuatu dari dirinya. Erwin selalu meyakini bahwa seseorang yang tidak cukup berani mengorbankan sesuatu, maka dia tak akan bisa mengubah keadaan.

Perlahan Erwin menunduk untuk mengecup bibir Levi. Tekanan yang begitu lembut, hangat, dan penuh ketenangan diberikan sehingga pemiliknya membuka mata. Paduan kepolosan dan gairah yang meluap di wajah Levi sungguh memikat. Levi mengerang lirih.

"Kau tidak suka?" Erwin berbisik, sedikit khawatir karena Levi tidak membalasnya.

Levi mencoba menatapnya dengan pandangan yang sulit difokuskan. Napasnya masih memburu dan kulitnya panas membara. "J-jangan pergi," ucapnya melirih tak berdaya.

Erwin terhenyak seketika mendengar permohonan Levi yang terucapkan dalam sisa-sisa kesadarannya. Sampai ketika Levi tak kuasa lagi di bawah pengaruh heat, lengannya terangkat merengkuh leher pria itu. Kemudian menariknya turun supaya bibir mereka kembali bersentuhan dan saling melumat satu sama lain. Sang alpha memejamkan kedua matanya, membiarkan omega di bawahnya berbuat sesuka hati terhadapnya.

Bibirnya sangat manis dan lembut.

Terseret dalam pesona seks Levi yang halus tetapi sangat panas, Erwin mengulurkan jemari menelusuri garis wajah Levi yang lembut. Percikan listrik seolah-olah berlompatan di sepanjang rahang dan tulang pipinya, menyengat ujung-ujung jari Erwin dengan hasrat yang menggebu-gebu. Levi bertingkah amat liar di bawah pengaruh heat-nya.

"Erwin ..." desahnya.

Tak sabar, tangannya bekerja dengan gesit menelanjangi Levi sebelum dirinya sendiri. Detik berikutnya Erwin telah berada di atas Levi. Satu tangannya pun menyusup ke bawah punggung Levi, mengusap lembut tulang belakangnya yang gemetar hebat. Kulitnya begitu halus dan basah oleh keringat yang membanjir.

Erwin kembali menguak bibir tipis kemerahan itu, mencicipi secercah rasa manis yang mulai membuatnya ketagihan. Erwin tak peduli pada apa pun yang terjadi di luar sana atau apa yang akan terjadi setelah malam ini berlalu. Alpha yang sudah cukup lama tertidur kini dibiarkan mengaum bebas menerjang omega-nya.

Mereka tidak menghiraukan ketukan angin di luar kaca jendela dan kian berlarut dalam pergumulan panas yang memancarkan sensualitas di ranjang itu. Erangan Levi terdengar menderita dan mendamba ketika Erwin kian gencar menyentuhnya di mana-mana. Meninggalkan jejak-jejak basah kemerahan di sekujur dada Levi dan puncaknya yang mencuat menantang. Getaran itu menyerang, merangsang Erwin untuk menguasai Levi di bawah dominasinya. Semakin jauh Erwin menjamah tubuh Levi, semakin besar keinginannya untuk menyentuh lebih dalam ke tempat yang belum pernah tersentuh siapa pun.

"Kau sangat sensitif di mana pun." Erwin menatap seperti hewan buas yang kelaparan menyaksikan mangsa buruannya, namun Erwin masih terkendali untuk bersikap selayaknya seorang gentleman sejati. "Aku akan menidurimu, Levi. Apakah kau mengijinkanku?"

Levi tidak menjawabnya, setidaknya dalam bentuk kata-kata, melainkan dengan bahasa tubuh yang semakin menuntut Erwin supaya memberinya kenikmatan yang membuatnya kepayang. Kedua kakinya melilit di sekeliling pinggul Erwin dengan sikap menggoda dan intim. Tentu saja, Erwin terkejut oleh tingkah laku Levi saat ini. Belum pernah sekali pun Erwin melihat Levi sang Penggoda. Selama ini Levi hanyalah omega lugu dan pemalu yang hampir tak pernah bergaul dengan orang sebayanya.

Omega dan sosok manusianya sungguh bertolak belakang, Erwin bergumam dalam hati.

Tangannya merayap turun ke pusat gairah Levi. Erwin tak bisa menahan senyumnya, Levi benar-benar mungil dan menggemaskan di bawahnya. Gerakan tangannya yang menekan dengan lembut milik Levi seketika mengalirkan gelenyar rasa nikmat yang tidak tertahankan bagi Levi sampai dia mendesah dengan mata terpejam. Demi Tuhan, pemandangan Levi yang bergetar hebat karena sentuhannya sungguh menakjubkan! Memacunya menjadi lebih bersemangat sebab gerakan erotis Levi yang mengundang, sehingga hasratnya melonjak drastis.

Erwin bersiap mendesakan diri saat dirasa Levi telah siap menerimanya. Lelaki mungil itu berjengit terkejut saat Erwin baru melesakan ujungnya, diikuti setitik air matanya yang telah menggelayut di sudut mata. Kecupan ringan Erwin jatuh di kening Levi yang lembab oleh titik-titik keringat. Pasangannya begitu cantik terbalut gairahnya yang memesona dan liar.

Benar-benar erotis dan sangat cantik, Erwin berpikir sembari mengagumi betapa indah ekspresi di bawahnya.

Erwin mencoba lagi seraya menahan ledakan gairahnya untuk menerjang dan menenggelamkan dirinya dalam-dalam di tubuh Levi. Rintih kesakitan memperingatkan Erwin supaya berhenti sejenak kemudian mencium bibir Levi sedemikian lembut guna meredakan rasa sakitnya. Tidak lama setelahnya, rintihan tak lagi terdengar. Levi pun melingkarkan lengannya di bahu Erwin sewaktu pria itu kembali mendorong sampai terbenam seluruhnya di tubuh Levi yang panas dan berdenyut. Erwin mengerang tertahan tatkala sensasi nikmat datang menderanya di bawah sana.

Desahan Levi mirip alunan musik yang menyenangkan. Mengingatkan Erwin pada permainan piano mendiang ibunya yang dahulu pernah didengarnya sewaktu kecil. Biasanya Erwin akan terisak mengingat kenangan indah bersama ibunya, tetapi tidak untuk saat ini. Dia justru merasa bahagia. Entah karena kini Erwin akhirnya bisa melepaskan kesedihan itu atau karena detik ini dia tengah bercinta dengan Levi. Pasangan yang tidak pernah dicintainya, namun mampu membuat hatinya menghangat?

Erwin Smith menggeramkan kepuasannya ketika ujung-ujung jemari Levi menancap di permukaan kulit punggungnya, sementara arus kenikmatan menyeret omega itu bersamanya ke dasar orgasme yang gelap dan dalam. Tidak ada sepercik pun benihnya yang tercecer keluar.

Astaga, Erwin belum pernah merasa sepuas ini dalam hidupnya. Bahkan ketika dia bisa membawa perusahaan peninggalan mendiang ibunya menuju kesuksesan atau pun saat dia berhasil memenangkan tender besar sekalipun, semua itu ada di bawah kepuasan berada di dalam tubuh Levi yang berdenyut menggenggamnya.

"Aku akan menandaimu dan kau akan terikat denganku," bisik Erwin sebelum menempatkan mulutnya di tengkuk mulus yang menjadi sumber aroma manis nan menggoda itu. "Kau adalah milikku seutuhnya."

Erwin membimbing Levi ke posisi merangkak. Satu belaian lidah yang basah mengawali gigitan lembut tapi posesif di tengkuk Levi sampai omega itu mengerang manis dan merintih penuh kenikmatan. Punggungnya melengkung indah. Sementara itu, Erwin merasakan pangkal miliknya membengkak menandakan proses paling vital dalam hubungan ini berlangsung. Alpha yang membuahi omega saat rut biasanya memiliki tingkat akurasi mendekati sempurna.

Benaknya memunculkan gagasan tentang kehadiran seorang anak. Erwin terkekeh memikirkan hal itu sembari menarik diri dan menuntun Levi agar berbaring di sisinya, di atas seprai yang berubah kusut masai usai permainan panas mereka. Levi sudah terlalu letih dan Erwin tidak akan memaksanya walaupun sebenarnya dia ingin meneruskan lagi. Selimut putih ditarik sampai menutupi tubuh telanjang mereka. Erwin mengecup pipinya sekilas seraya mengucapkan selamat tidur.

Namun kantuk benar-benar sulit menjangkaunya karena bayangan bayi pirang yang menghantui isi pikirannya. "Bagaimana kalau kita punya bayi?" gumamnya.

Tubuh ramping dan kecil itu bergerak memunggunginya, Erwin mendekap dari belakang sehingga tulang belikat Levi menempel di dadanya. Embusan napasnya berangsur teratur, Levi baru saja tenggelam dalam tidur lelapnya. Erwin menghirup wangi di rambutnya yang menguarkan lavender. Feromon mereka mulai bercampur di udara dan menghalau kantuk yang hendak menghampiri Erwin, sementara lelaki itu sedang menikmati waktu memeluk Levi sembari mengusapkan pola melingkar pada lengan rampingnya.

Mungkin aku hanya belum mencintainya. Ya, hanya belum.

***

Tell me if y'all enjoy this by drop onto comment below.

Note : Tebarkan bintang dan komentar setiap usai membaca!

Jepara, 9 Maret 2021
With love,

中原志季
Nakahara Shiki

Curtain FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang