That Feelings

3.1K 390 108
                                    

Levi tidak akan membiarkan Erwin mengacaukan urusan kuliahnya. Jika pria itu tidak mengijinkan, maka Levi tetap akan pergi. Dia bukannya ingin bermain api namun ini juga demi memenuhi janji pada mendiang ayah mertuanya agar lulus dengan nilai yang memuaskan dan Levi harus memastikan semua tugas-tugas dan ujiannya selesai dengan sangat baik.

"Dia lulus dari universitas ternama, tidak mungkin dia tidak tahu seperti apa masa-masa semester akhir." Levi terus menggerutu sejak Erwin berangkat ke kantor empat jam lalu. "Aku harus menelepon Eren."

Levi menyambar ponselnya yang tergeletak di nakas lalu memanggil nomor Eren. Tak ada jawaban pada dering pertama sampai yang ketiga barulah terdengar suara Eren yang agak serak menjawab.

"Levi?"

"Eren, kuharap kita bisa lebih cepat untuk diskusi nanti." Levi tidak bisa mengenali suaranya yang gugup. "Maaf, Erwin tidak mengijinkan tapi aku akan tetap datang. Hanya saja ... aku tak bisa berlama-lama."

Levi mendengar Eren mendengus geli di seberang sana. Oh, alpha satu ini juga berani mengejeknya saat suasana hatinya sedang sangat buruk. "Kalau kau menertawakanku, kau berutang satu tendangan padaku, Eren Jaeger."

"Tidak apa, sebaiknya kau sudah memikirkan bahan diskusi sekarang atau kau akan terlambat menyambut suamimu pulang," guraunya.

"Eren, jangan mengejekku!"

Sambungan diputus sepihak oleh Levi yang juga kesal pada Eren. Mengapa hari ini Levi begitu mudah dibuat kesal oleh dua pria itu? Baru ketika dia hendak meraih tas ranselnya, Eren mengirimkan pesan.

Little Park, Tribeca. Aku menunggumu.

Restoran itu terletak di kawasan Tribeca, Broadway. Levi membutuhkan waktu hampir satu jam menumpang taksi untuk mencapainya. Sementara itu di lain sisi kota Manhattan.

Little Park merupakan salah satu restoran terbaik di New York yang menyajikan aneka jenis masakan untuk sarapan, makan siang, maupun makan malam. Sangat cocok untuk pertemuan kasual atau resmi dengan kolega bisnis.

Eren Jaeger memandang sekilas ke luar jendela. Siang itu cerah dan sinar matahari menyirami seluruh kota. Ada seorang lelaki muda baru saja turun di seberang jalan, seorang lelaki dengan kemeja biru yang feminin dan tampak pas di tubuhnya yang langsing. Rambut hitamnya terlihat berkibaran di atas tengkuk akibat tertiup angin. Sosoknya begitu gesit saat bergerak di trotoar dalam langkah anggun seolah-olah sedang menari.

Orang-orang menoleh saat dia lewat. Beberapa alpha pria dan wanita menatapnya seperti orang buta yang baru pertama melihat matahari. Kemudian mereka tampak kecewa dan saling bertukar suara. Eren mengawasi mereka dengan jengah. Dulu dia sangat sering melihat Omega-omega yang seperti itu namun dia tak pernah merasa tertarik. Justru mereka yang selalu meliriknya dan berharap akan mendapatkan perhatiannya.

Kecuali Omega satu ini yang dulu dikenalnya sebagai Levi Ackerman kini telah menjadi Levi Smith. Menyebalkan!

Pintu restoran berayun terbuka dan Levi melangkah masuk, kemudian tersenyum saat menemukan Eren yang melambai padanya. Levi seperti sedang menari saat menghampirinya. Anggun, cantik, dan menawan adalah gambaran seorang Levi bagi Eren. Dia menaruh ranselnya di meja sebelum meletakan bokong di bangku berjok empuk.

Levi yang manis. Ketika pertama kali berkenalan, Eren pikir Levi adalah sosok yang pemalu dan pendiam. Rupanya Eren benar, Levi nyaris tak pernah memiliki teman seandainya Eren tidak menawarkan tangannya pada omega itu. Kemudian mereka semakin sering bertemu dan berkencan secara teratur sampai Eren menyatakan perasaannya sewaktu di pesta ulang tahun Hitch Dreyss si Anak Populer. Bahkan tanpa ragu mencium bibirnya di hadapan banyak orang.

"Eren?

Pemuda tampan mengerjap tersadar dari lamunan masa lalunya. "Maaf, jadi, apa yang akan kita sajikan untuk Tuan Keith Shadis nanti?"

Eren mengerutkan kening sewaktu menyadari sesuatu yang tidak disukainya. Feromon Erwin? Mata hijaunya yang cemerlang langsung menajam mengamati sekitar. Levi sibuk dengan laptopnya sambil mengatakan sesuatu yang tidak digubrisnya lagi. Erwin tidak ada di sudut mana pun tetapi mengapa aromanya kuat sekali?

"Eren! Kau tidak mendengarku, ya?" Nada suara Levi sedikit meninggi, kesal karena Eren tidak memperhatikannya sedari tadi.

"Aku ... tidak. Lanjutkan saja."

Eren mencoba fokus pada Levi dengan aroma feromon yang sangat mengganggunya itu tetap mengudara. Aneh, aromanya tercium sangat dekat dengannya tetapi dari mana? Eren beralih menatap Levi cukup lama hingga dia tersentak dan menyadari dari mana aroma itu berasal.

"L-levi, apa kau-" Suaranya mendadak tercekat, rasanya dia ingin menepis gagasan itu jauh-jauh namun hatinya juga menuntut kepastian.

"Apa?"

"Kau ... ah, parfum apa yang kau pakai?"

Levi mengerdip, terdiam, dan berpikir sejenak. "Parfum yang biasa, apa baunya sangat mengganggumu?"

"Tidak, hanya saja ..." Eren tahu persis apa saja hal yang sangat disukai dan apa yang tidak disukai Levi. Saat dia kembali memandang pemuda itu, sungguh mengejutkan. Pipi Levi memerah dan itu meyakinkannya bahwa bau feromon Erwin berasal dari Levi sendiri.

Tidak mungkin! Erwin tidak mungkin menyentuhnya!

Bahkan jika mereka tidur seranjang, seharusnya aroma feromon Erwin tidak sekuat ini. Hanya jika mereka telah bersetubuh feromon Erwin akan bercampur dengan Levi. Tapi ... brengsek!

"Eren, sesuatu mengusikmu?" Suara Levi menyentaknya kembali pada kenyataan.

Entah bagaimana Eren harus mengatakan seperti apa perasaannya sekarang. Api kecemburuan tersulut dan mulai membakar seluruh pembuluh darahnya sampai ke jantung. Masih tidak percaya bahwa Erwin Smith ternyata menjawab tantangannya.

"T-tidak, bukan apa-apa." Tepat pada saat itu pramusaji yang mencatat pesanan Eren datang kemudian meletakan secangkir espresso dan english breakfast tea di meja mereka. "Kita lanjutkan saja."

***

Erwin Smith baru saja berhasil memenangkan hati seorang investor besar di Amerika. Pria tambun berkumis itu telah menandatangani kontrak kerja sama dan saat ini Erwin mengundang Rod Reiss makan siang bersama di Little Park guna membangun keakraban. Seusai makan siang yang diselingi obrolan bisnis itu, Erwin berniat mengantar sang investor sampai di tempat mobilnya terparkir. Namun sialnya, kedua mata birunya justru menangkap pasangan yang sedang duduk berdua di salah satu meja sebelum sempat meraih pintu depan.

Mereka adalah Eren Jaeger dan pasangannya, Levi. Keceriaan terpampang jelas di wajah Levi tatkala mereka saling memandang, mengobrol, dan tertawa di sana. Sedangkan Erwin? Dia terpaku dengan gemuruh dalam dada karena amarah, menyaksikan betapa dekatnya Levi dengan pria lain lantas membuat hatinya memanas.

"Tuan Smith, ada sesuatu?" Rod Reiss menegur.

Erwin menarik napas pendek dan tersenyum profesional. "Tidak, saya hanya melihat istri saya."

"Oh, kalau begitu sebaiknya Anda menemuinya, saya akan pergi bersama sekretaris saya," kata sang investor lalu mengangguk singkat pada wanita pirang yang berdiri di belakangnya.

"Kalau Anda tidak keberatan, baiklah. Terima kasih atas kerja sama Anda, Tuan Reiss."

"Sebuah kehormatan bisa menjalin kerja sama dengan perusahaan Anda." Rod tampak canggung sekilas. "Sayang sekali Anda sudah beristri. Ya ... mungkin Anda tertarik dengan salah satu anak perempuan saya."

Erwin hanya menanggapinya dengan senyuman tipis. Isi kepalanya penuh dengan bayangan sosok Levi yang berjejalan, membuatnya pusing saja. Setelah Rod Reiss keluar melewati pintu, barulah dia melangkahkan kaki ke arah Levi yang tengah menyesap tehnya.

"Levi."

***

Tell me if y'all enjoy this by drop onto comment below.

Note : Tebarkan bintang dan komentar setiap usai membaca!

Jepara, 18 Maret 2021
With love,

中原志季
Nakahara Shiki

Curtain FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang