That Trick

2.2K 283 128
                                    

"Levi!"

Lelaki itu terus melangkah bahkan menambah kecepatan setiap kali panggilan Eren terdengar semakin keras. Dia tidak ingin berbicara dengan Eren lagi setelah kejadian memalukan yang dia harap tak akan pernah sampai ke telinga Erwin. Oh, tidak ... Levi tidak ingin hal itu terjadi.

Namun langkahnya mulai sempoyongan sejak melewati pintu bar karena efek tequila. Sesekali dia harus berhenti sebentar untuk meredakan pusing yang menyerangnya sampai mendadak sebuah tangan menyambar lengan dan menariknya berbalik. Eren berhasil mengejarnya dan kini kedua tangannya menahan Levi supaya tetap menghadapnya.

"Lepas, Eren!" jeritnya tertahan isak tangis. Meronta pun percuma karena tubuh Eren sama kerasnya dengan kepalanya, sekeras batu.

"Aku selalu memikirkanmu," alpha muda itu berkata, "apa aku tidak pernah ada lagi di pikiranmu? Levi, katakan padaku, apa tempatku sudah digantikan dia?!"

Nada tingginya menyentak Levi yang gemetar ketakutan sedari tadi. Cengkeraman tangan Eren di bahunya mengencang sampai terasa sakit. Levi meringis menahan nyeri, kemudian menegangkan bibir menjadi sebentuk garis lurus. Akalnya berputar mencari cara agar Eren mau mengerti keadaan mereka saat ini. Bagaimana Levi harus menjelaskan bahwa cinta yang dahulu berkembang untuk Eren kini telah layu dan meluruh?

"Kau mulai mencintainya. Aku benar, 'kan?" Eren melirih, putus asa, tak terima, kecewa, perasaan frustrasi telah menggumpalkan akal sehatnya.

"Eren-"

"Mengapa, Levi, mengapa?!"

Eren teramat mengerikan ketika amarahnya menguasai. Levi semakin menggigil ketakutan. Air matanya kian menderas dan membanjiri kedua belah pipi yang memerah akibat hawa dingin. Sementara tangan Eren memanas oleh amarah. Kediaman Levi menambah kobaran api kemurkaan Eren. Tidak peduli tubuh kecil yang gemetar hebat itu. Tidak mau tahu apakah dugaannya benar ataukah salah, Eren membutakan matanya akan betapa besar rasa takut Levi terhadap dirinya sekarang.

Yang kuinginkan adalah dirimu, Levi. Tak bisakah kau kembali padaku?

"Seharusnya aku tahu, waktu tidak akan memberikan apa-apa," Eren menggumam. Suaranya terdengar getir dan pahit. "Aku tidak semestinya menunggumu meninggalkan pria itu. Kau milikku, Levi. Aku akan merebut kembali apa yang seharusnya milikku!"

Tersentak pernyataan Eren, Levi menggeleng cepat dan membantah. "Mustahil, Eren, aku tak akan pernah meninggalkan Erwin untuk alasan apa pun!"

Keheningan tertarik selama beberapa saat dan dalam suasana itu Levi merasakan otot-ototnya mengejang, bergetar oleh kemarahan yang tiba-tiba tersulut hingga meledak dalam hatinya. Eren telah berbicara di luar batas yang seharusnya tidak dilewati. Namun sejurus kemudian, Levi sadar bahwa seharusnya dia tidak mengatakannya. Karena setelah itu, Eren tak membalas perkataannya melainkan langsung menarik Levi dan memanggulnya bagai sekarung beras di pundak.

Eren membanting tubuh kecil Levi ke bangku belakang mobilnya yang terparkir tidak jauh dari tempat itu. Sensasi pusingnya semakin parah, menikam-nikam kepalanya sepanjang detik-detik aliran darahnya terasa menumpuk di otak, lantas tubuhnya diempas begitu saja. Levi berjuang bangkit dan meraih gagang pintu, mencoba membukanya. Akan tetapi, Eren yang kini duduk di balik roda kemudi terlihat sedang memasang sabuk pengaman seusai mengunci pintu.

"Eren, buka pintunya!" Levi menuntut. "Biarkan aku pergi!"

Tidak mendapatkan jawaban, Levi memikirkan cara lain. Tangannya gemetar, merogoh-rogoh tas mencari ponsel untuk menelepon Erwin atau siapa pun yang bisa menolongnya sekarang. Eren yang semula kaku melihat usahanya, kini tersenyum sinis karena Levi tidak menemukan apa yang dicarinya dan langsung mengemudikan mobil ke jalanan sunyi.

Curtain FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang