That Cliche

2.6K 355 108
                                    

Seperti biasa, Levi selalu saja larut dalam persepsinya sendiri. Terkadang Erwin ingin sekali melihat ke dalam pikiran lelaki kecil itu yang tertutup dan tak terjangkau.

Sementara itu, Nile memutar tubuh Marie sebagai bagian dari tarian. Erwin tidak bodoh, dia menyadari sedari tadi Marie melemparkan perhatian ke arahnya. Ya, wanita beta itu dahulu sosok yang sangat dicintai Erwin Smith. Erwin masih ingat begitu banyak kenangan yang tercipta sepanjang masa-masa bersama Marie. Mereka menggentayangi pikirannya sepanjang waktu dalam beberapa tahun yang lampau.

Sejak pertama kali mereka bertemu di bangku kuliah lalu menjalin kasih selama beberapa tahun lamanya, sampai akhirnya Marie yang memutus hubungan mereka demi menerima lamaran Nile yang adalah teman dekat Erwin. Karena alasan itulah, dia menolak membuka pintu hatinya bagi siapa saja yang berani menaruh perasaan padanya. Hatinya membeku akibat rasa dikhianati.

Sampai ayahnya membawa Levi Ackerman, mendorong omega itu merasuk ke dalam kehidupannya perlahan. Nama Marie telah terpatri di hatinya sebelum kehadiran Levi yang lantas menjadikan bayangan Marie mulai memudar di hatinya. Erwin baru menyadari betapa pantasnya Marie dienyahkan dari ruang hatinya setelah pandangan pertama mereka, pada hari ketika Levi tersesat di dalam rumahnya.

Erwin tak akan menyanggah bahwa lelaki pendiam dan kadang ceroboh itu telah mengangkat hatinya dari dasar jurang kegelapan yang sempat menelannya dan berpisah dari kata cinta. Bagaimana ketulusan Levi, meskipun hatinya masih menyimpan nama Eren, tak sekali pun pernah mengeluh dalam usahanya mencintai Erwin yang kaku. Omega itu begitu tangguh dan tekadnya tidak bisa ditandingi.

Tetapi, kalau dipikir lebih jauh lagi, bukankah apa yang dilakukan Levi hampir sama saja dengan Marie? Meninggalkan kekasih yang begitu dicintai untuk menikahi orang lain. Entah apa alasan Marie saat itu namun tetap saja mereka melakukan hal yang sama, bukan? Erwin Smith tak ubahnya Eren Jaeger yang ditinggalkan kekasihnya demi orang lain.

Erwin berdesis memikirkan hal yang nyaris tak pernah terlintas di dalam otaknya. Seandainya Marie benar masih mencintainya, mungkinkah Levi juga masih mencintai Eren? Gagasan itu langsung membuatnya geram. Begitu kesadarannya kembali, bertepatan dengan dentingan piano terakhir, Erwin langsung menangkap Levi dengan matanya. Raut wajah Levi berubah murung seolah dinaungi gumpalan awan mendung yang siap menurunkan hujan. Matanya tampak redup, tidak secerah ketika dia merasa senang.

Erwin tahu ada sesuatu yang tengah berkecamuk bagai pusaran badai di dalam rongga kepala berambut hitam itu. Sesuatu yang membuatnya semuram patung malaikat lumutan dan tak terjaga. Namun sekali lagi Erwin tidak bisa menembus benteng yang menghalangi pikiran Levi. Dia selalu saja menutup pikirannya dari jangkauan siapa pun.

Tidak, aku tidak akan pernah melepaskannya! Batin Erwin menyerukan tekad kuat yang tak akan mudah digoyahkan.

Terlepas dari perasaan Erwin yang belum terpastikan, serta janjinya pada sang Ayah yang mungkin sedang menertawai kegalauannya, hatinya yang sekeras batu itu pelan-pelan mulai tembus oleh perlakuan lembut yang diberikan Levi hingga nyaris meruntuhkan pertahanannya selama ini, bagai sebongkah batu yang berlubang terkena tetesan air tanpa henti.

Erwin merenung, mungkin benar adanya dia telah jatuh hati pada Levi entah sejak kapan. Akan tetapi, akhir kisahnya dengan Marie yang terbilang melankolis itu telah sangat memengaruhi kepercayaannya perihal cinta. Apakah Levi tidak akan mengulang perbuatan Marie terhadapnya? Tak ada yang bisa menjamin.

Bertahun-tahun Erwin hidup tanpa hasrat mencinta, tak ingin dicintai seseorang lantaran takluk oleh trauma akibat dikhianati seperti sebelumnya. Kemudian Levi muncul, membangkitkan api gairah seorang pria yang ingin mencinta, menawarkan ketulusan, dan dengan sukarela mau menyerahkan seluruh hidupnya.

Curtain FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang