That Day

4.5K 551 85
                                    

Pernikahaan itu digelar satu bulan setelah pemakaman Edward Smith dan karena Levi yang meminta, tak ada kemewahan di sana. Seusai upacara pemberkatan di gereja, acara langsung bergulir ke pesta sederhana yang hanya dihadiri kerabat dekat dan rekan-rekan mereka. Kebanyakan adalah kolega Erwin, sementara Levi hanya mengundang teman-teman dekatnya di kampus. Termasuk pemuda alpha bernama Eren Jaeger.

"Selamat untuk pernikahan kalian, aku tidak menyangka akan seperti ini."

Levi tertegun saat Eren memeluknya sangat erat dan lama. Napasnya yang hangat terembus kecewa di leher yang terbuka. Saat itu Erwin sedang sibuk menyapa rekan bisnisnya, bersyukur suaminya itu tidak bisa melihatnya sedang berada di pelukan lelaki lain karena Eren menariknya menjauh dari kerumunan tamu.

"Eren, cukup," Levi berkata seraya membebaskan diri dari lengan-lengan kokoh itu.

"Sebentar lagi, Levi."

"Jangan membuatku menyesal telah mengundang dirimu, Jaeger."

Terdengar Eren menghela napas lantas melepaskan Levi, namun tangannya tetap memegangi bahu Levi yang tidak tertutup gaun pengantin. Omega yang baru saja resmi menjadi Mrs. Smith itu bergidik ngeri saat beradu pandang dengan anak bungsu keluarga Jaeger. Ada kekecewaan dan perasaan terluka di dalam mata hijau yang dulu selalu menyorot ceria itu.

Eren telah berubah, pikir Levi.

"Kau hanya memanggilku Jaeger saat marah padaku," Eren berkata, tanpa sadar dia mencengkram bahu Levi hingga lelaki itu mengaduh pelan. "Siapa yang seharusnya marah di sini, Levi?"

Eren mengatakannya dengan nada tegas sekaligus lirih. Bola mata Levi terasa memanas hingga cairan bening merembes dari balik kelopak pucat yang terkatup rapat. Dia tidak ingin melihat kemarahan Eren yang tersulut semenjak dia mengakhiri hubungan mereka hari itu.

"Padahal aku sangat mencintaimu, aku ingin menikahimu, juga punya anak denganmu. Tetapi apa yang kaulakukan, Levi?"

Levi mulai terisak. Kening mereka bersentuhan, Eren mengusap lembut pipi Levi dengan jari telunjuknya lalu turun ke bibir. Permukaan lembut berwarna merah muda yang dulu pernah dirasakannya, sampai saat ini pun masih sangat disukainya. Levi senantiasa menjadi bagian permanen dalam hidupnya. Cinta sejatinya.

"Bagaimana aku harus menerima semua ini, Levi? Melepaskanmu setelah apa yang kita lalui bersama, apa salahku sampai kau lebih memilih pria itu tiba-tiba?" Eren terus menuntut jawaban darinya.

Feromon Eren yang begitu mengintimidasi membuatnya tidak nyaman dan ketakutan. "K-kau ... sama sekali tidak salah, Eren, ini keputusanku sendiri, maafkan aku."

"Ini terlalu menyakitkan, Levi."

"Maaf ... aku mohon lepaskan, Eren."

Kedua bahu pucatnya berupaya menggeliat dari cengkraman Eren. Tubuh kecil dalam balutan gaun putih itu memberontak tetapi Eren malah berbalik memeluknya lagi. Semakin Levi melawan kungkungan Eren, lelaki itu kian menguatkan lengannya di sekeliling Levi. Wajahnya yang berlinang air mata pun dibenamkan di dadanya yang bidang sampai Levi menyerah dan semakin sesenggukan tak kuasa karena takut dan merasa bersalah.

"Jangan seperti ini, Eren, aku sudah menikah. Tolong mengertilah!"

"Lalu bagaimana dengan perasaanku dan kau sendiri, apakah kau sungguh-sungguh mencintainya?"

Levi terbungkam tak bisa menjawab. Ingatan ketika Erwin menegaskan bahwa tidak akan pernah ada cinta di pernikahan mereka hari itu bergaung hingga membuat kepalanya seketika berdenging. Levi tidak mencintainya, begitu pula dengan Erwin. Atau setidaknya belum. Apa pun itu yang pasti mereka sudah menikah, tidak perlu alasan lain bagi Levi untuk tetap mencintai Eren seperti dulu saat dia masih seorang Ackerman.

Curtain FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang