Ini tahun kedua Im Nayeon sudah mengagumi sosok Kang Daniel, pemuda yang telah mencuri hatinya sejak hari pertama sekolah. Nayeon hanya menatapnya dari jauh dan itu cukup membuat hatinya berdesir.
Sesekali dia menyapanya, begitupun Daniel. Mereka tidak pernah mengobrol lama dan hanya seperlunya. Nayeon terlalu gugup jika harus memulai percakapan jadi dia yang lebih sering membalas kalau Daniel mengajaknya bicara.
"Hei, apa kau sudah belajar? Minggu depan Ujian Tengah Semester." Park Jihyo baru datang dan duduk di sebelahnya.
Nayeon menoleh sekilas. "Kau sudah tahu jawabannya."
Terdengar tawa Jihyo pelan. "Jangan khawatir. Ujian nanti aku akan membantumu seperti biasa. Mafiki tidak sulit."
"Kau selalu bilang begitu. Tetap saja sulit."
"Itu karena kau kurang teliti dan mudah terjebak."
Nayeon mendengus. "Bisa ganti topik?"
Jihyo tertawa lagi. "Baiklah. Bagaimana Kang Daniel hari ini?"
Buru-buru Nayeon menutup mulut sahabatnya. "Kau gila? Nanti ada yang dengar!"
Park Jihyo adalah sahabatnya yang paling berharga sejak masuk SMA. Nayeon tinggal sendiri di Seoul dan gadis itu yang pertama kali menawarkan persahabatan. Nayeon sungguh bersyukur punya sahabat seperti Jihyo. Dia selalu bercerita tentang keluh kesahnya juga Daniel padanya. Jihyo selalu ada dan bersedia mendengarkannya, meskipun sudah ribuan kali. Dia juga gadis yang pintar di kelas, sementara Nayeon tidak cukup bagus dalam akademik tapi dia punya talenta dalam musik. Suaranya merdu dan sering ikut kompetisi menyanyi.
"Sorry..," bisik Jihyo. Dia lalu membuka tas sekolahnya dan memperlihatkan isinya. "Hari ini aku menginap di tempatmu, ya."
Alis Nayeon terangkat. "Kau mau kabur dari rumah lagi?"
"Pelankan suaramu."
Kelas mulai ramai karena sudah banyak yang hadir dan sebentar lagi akan segera dimulai.
"Tapi kenapa?" tanya Nayeon pelan.
"Ada yang mau kukatakan padamu nanti."
"Baiklah. Semoga bukan soal orang tuamu lagi."
Sahabatnya mengangguk. Nayeon lalu melirik bangku Daniel di pojok yang masih kosong. Pemuda itu memang selalu datang nyaris telat. Guru matematika sebentar lagi akan memasuki kelas tapi Daniel belum datang juga.
Srett
Pintu belakang kelas terbuka dan buru-buru Daniel masuk. Ada kelegaan di hati Nayeon. Hari ini dia bisa memandangi pujaan hatinya lagi.
Semua murid serentak berdiri dan memberi salam ketika guru masuk kelas. Daniel masih menggendong ranselnya.
"Kang Daniel, baru datang sudah mau pulang?" tanya Pak Jung.
Pemuda itu memamerkan senyumnya. "Maaf, Pak, saya lupa melepasnya."
Murid-murid tertawa. Semua maklum dengan jawabannya. Tanpa sadar pipi Nayeon merona melihat senyum lebar Daniel tadi. Tiba-tiba Daniel menoleh padanya dan mengisyratkan 'hai' dengan tangannya. Nayeon langsung menunduk kikuk. Dia kaget. Jihyo di sebelahnya membalas dengan isyarat yang sama.
Pak Jung meletakkan buku di meja dan menyuruh semua murid duduk. Nayeon duduk dengan gugup. Dia lalu melirik Daniel yang sedang mengeluarkan isi tasnya. Barusan itu apa? Apa Jihyo juga merasa aneh? Diliriknya gadis di sebelahnya. Dia sedang tersenyum riang sambil membuka buku. Tersenyum?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
mauve
Fanfictionm a u v e . romance . a pale, bluish rendition of purple · · · ·