Baru dua hari festival berakhir, sudah ada ratusan orang yang mengikuti Nayeon di Instagram. Rata-rata pria dan ada juga beberapa wajah yang waktu itu minta berfoto dengannya di belakang panggung.
Di antaranya ada yang mengirim direct message juga. Nayeon sampai bingung harus membalas apa karena setelahnya mereka seperti ingin tahu kehidupannya. Dia berusaha membalas sewajar mungkin, terkadang hanya dengan emoji. Dia menolak jika ada yang minta nomor kontaknya dengan alasan privasi.
Nayeon mengusap matanya. Dia takut menjadi orang yang populer. Apa nanti akan seperti Yoongi? Bagaimana kalau sampai ada yang memaksanya melakukan sesuatu atau menyatakan cinta?
Soal Yoongi, sampai hari ini untungnya tidak ada penggemarnya yang datang melabrak Nayeon karena kasus tempo hari di tempat latihan. Kelihatannya banyak yang patah hati. Nayeon jadi semakin takut kalau dia harus berurusan dengan orang-orang yang berpotensi akan menyusahkannya. Dia tahu apa yang dipikirkannya berlebihan, setidaknya dia jadi antisipasif.
Waktu senggang seperti ini dia habiskan dengan menekuni hobinya, bernyanyi dan bermain piano. Suasana hati yang buruk bisa berubah jika salah satunya dilakukan.
Entah kenapa lagu yang dibawakan seorang vocalist pria saat festival kemarin kembali terngiang di pikirannya. Lagu itu dibuat oleh tim Yoongi dan kini Nayeon mencoba memainkannya dengan piano, sesekali menyanyikan lirik yang dia ingat. Musik yang awalnya biasa saja, jika didengarkan beberapa kali, bisa jadi terdengar indah.
Saat itu telepon berbunyi. Dari pengelola apartemen. Katanya ada paket untuknya. Gadis itu heran karena biasanya paket langsung dikirim ke depan pintu unitnya. Dia lalu ke bawah mengambil paket.
Dan itu bukan paket seperti yang dipikirkannya. Itu paket makanan. Tidak ada nama pengirim di sana dan hanya tertulis untuknya. Sepertinya pengirimnya tidak tahu nomor unitnya. Lalu siapa yang mengirimnya?
Nayeon kembali ke unitnya dan membuka isi paket. Awalnya dia takut jika dikerjai tapi dia penasaran. Matanya membulat melihat isinya. Jeli dan juga beberapa potong bermacam-macam kue. Bisa disimpulkan pengirimnya bukan Jihyo dan Sehun.
Dia lalu mengirim pesan pada Hayi. Namun belum selesai mengetik, ponselnya berbunyi.
"Ha-halo, Senior?"
"Hei. Kau sudah terima paketmu?"
"Iya, barusan. Ternyata Senior yang mengirimnya?"
Senior Min tertawa. "Ya. Kupikir kau akan bosan di tengah liburan, jadi aku kirim makanan."
"Terima kasih. Tapi Senior tidak perlu repot-repot sampai mengirimkan saya makanan."
"Tidak apa-apa. Kuharap kau suka."
Nayeon jadi harus berterus terang. "Maaf, Senior. Sebenarnya saya tidak suka makanan manis. Tapi akan saya makan jelinya."
"Ah, serius?" Terdengar tawanya lagi. "Maaf aku tidak tahu. Kupikir kau suka. Nanti aku belikan lagi yang lain."
"Ti-tidak usah. Ini juga sudah cukup. Terima kasih."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
mauve
Fanfictionm a u v e . romance . a pale, bluish rendition of purple · · · ·