Jam les telah berakhir dan kebanyakan murid sudah meninggalkan kelas. Hari ini rasanya melelahkan untuk Nayeon.
"Im Nayeon," panggil Pak Kwon.
"Ya, Pak?"
"Apa penjelasan saya cukup jelas? Belakangan ini kau jarang sekali bertanya?"
Nayeon meringis. "Eh? Ah, itu karena penjelasan Bapak sangat jelas jadi saya tidak perlu bertanya lagi."
"Begitukah? Kau terlihat kebingungan saat mengerjakan latihan hari ini."
"Itu karena saya butuh waktu untuk mencerna penjelasan Bapak. Setelahnya saya bisa mengerjakannya."
"Sepertinya saya harus memberimu latihan tambahan." Pak Kwon merobek selembar kertas dan menulis tiga soal dengan cepat. "Ini. Serahkan jawabannya besok setelah kelas berakhir."
"Baik, Pak. Terima kasih." Nayeon menunduk seraya memberi hormat dan meninggalkan kelas.
Matanya menangkap sosok Sehun di lobby. Dia sedang membaca poster di papan pengumuman. Lalu ada beberapa gadis yang sedang mejeng, kedua gadis waktu itu juga ada di sana. Sepertinya mereka naksir Sehun. Aduh, sudah malam begini bukannya mereka pulang, malah mejeng.
Nayeon tidak peduli dan pergi ke halte bus. Ditangannya ada kertas berisi soal dari Pak Kwon. Dilihat sekilas saja sudah rumit. Dia membuang napas.
"Apa itu?"
Untung saja jantungnya masih pada tempatnya. Sehun sudah berdiri di sebelahnya.
"Kau mengagetkanku!"
Pemuda itu hanya diam menatapnya dan kertas di tangannya.
"Ini soal tambahan dari Pak Kwon. Ternyata Pak Kwon orang yang sangat baik."
"Oh. Kelihatannya tidak sulit."
Nayeon hanya tersenyum hambar mendengarnya.
"Kau hanya akan terus memegangnya?"
"Ah, sebaiknya kusimpan di dalam tas."
"Biar aku yang lakukan."
Nayeon tidak jadi melepas ranselnya karena Sehun mengambil kertas itu, melipatnya dan menyelipkannya di antara buku dalam tasnya.
"Terima kasih."
Sehun memasukkan kedua tangannya dalam saku. "Kenapa kau jadi begitu pasif di kelas matematika?"
"Eh?"
"Apa kau krisis kepercayaan diri karena gadis-gadis itu?"
"Apa? Ti-tidak. Aku hanya tidak mau menghambat kelas."
Pemuda tinggi di sampingnya hanya menaikan bahu. "Minggu depan akan ada evaluasi kelas. Kelas akan dibagi dua. Kau tahu akan ada di kelas mana kalau performamu kurang bagus."
"Apa menurutmu aku cukup siap ikut ujian masuk universitas bulan depan?" tanyanya menunduk melihat ujung sepatunya.
"Itu yang kumaksud dengan krisis kepercayaan diri."
"Apa?" Nayeon mendongak.
"Hanya kau yang tahu kemampuanmu. Kau tanyakan dirimu sendiri. Kulihat ucapan orang lain sangat berdampak pada kepribadianmu. Aku takkan komentar soal itu."
Tak lama bus yang akan dinaiki Sehun datang. "Pikirkan yang kukatakan tadi."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
mauve
Fanfictionm a u v e . romance . a pale, bluish rendition of purple · · · ·