"Sepertinya hari ini kau sedang senang, ya? Ada berita bagus apa?" tanya Nayeon. Dia dan Jihyo sedang dalam perjalanan ke apartemennya.
"Aku ceritakan setelah kita sampai. Sebelum itu akan kutraktir kau es krim di kafe dekat apartemen."
"Okay."
Jihyo tampak sibuk dengan ponselnya sejak meninggalkan sekolah. Dia berbicara dengan mata lurus menatap layar ponsel.
"Kau sedang apa, sih?" Nayeon coba mengintip ponsel Jihyo tapi gadis itu langsung menempelkan ponselnya di dada.
"Rahasia. Nanti akan kuberi tahu. Okay?"
Sahabatnya hanya mendesis.
Kedua ibu jari Jihyo kembali menari di ponselnya. "Kau penasaran, ya?"
"Hari ini kau sangat aneh."
Jihyo tertawa mendengarnya. "Baiklah. Kita langsung saja ke apartemenmu."
Begitu sampai apartemen, Jihyo ke kamar mandi. Ponsel di tasnya bergetar terus karena ada telepon masuk. Nayeon sedang mengambil air minum dan membiarkan ponsel Jihyo. Mungkin orang tuanya sedang mencarinya.
"Ponselmu bergetar terus," kata Nayeon setelah Jihyo keluar dari kamar mandi.
"Ah, iya. Pasti ayahku." Jihyo mengambil ponselnya dan pergi ke dapur.
Aneh sekali, pikir Nayeon. Itu pasti bukan dari ayahnya.
Tak lama Jihyo sudah kembali duduk di sebelahnya. "Barusan oppa yang menelepon. Dia ingin bertemu."
"Jinyoung Oppa sudah kembali ke Korea? Kalau begitu kau harus cepat pulang."
"Dia ingin bertemu denganmu."
"Hah?"
Jihyo tersenyum manis. "Katanya dia suka padamu."
Nayeon masih bingung. "Dia menelepon bilang begitu padamu?"
"Kemarin dia bilang akan pulang dan merindukanmu. Sejak tadi dia mengirimiku pesan singkat dan menanyakanmu. Kau mau lihat?"
"Ah, tidak usah." Nayeon tidak begitu tertarik pada kakak Jihyo. Mereka hanya beberapa kali bertemu dan tidak pernah saling menghubungi setahun belakangan. Lalu tiba-tiba dia ingin bertemu karena rindu padanya. Aneh.
Jihyo masih bermain dengan ponselnya.
"Kau bilang apa soal aku?"
"Tidak banyak. Jangan khawatir. Aku hanya bilang hal-hal biasa."
"Lalu kenapa dia tidak menghubungiku saja sendiri? Dia bukan pria pemalu setahuku."
"Hahaha.. Benar. Itu karena beberapa postinganmu di Instagram baru-baru ini. Kau jauh lebih manis sejak awal musim semi. Begitu katanya. Dia jadi tidak seperti biasanya. Ada-ada saja, ya?" jelas Jihyo diakhiri tawa cerianya lagi.
Pipi Nayeon terasa sedikit panas. Ada pria yang bilang begitu padanya meski secara tidak langsung. Di satu sisi ada rasa sedikit kecewa di hatinya. Memang banyak yang suka padanya tapi beda dengan Park Jinyoung. Dia pria yang baik yang juga sudah seperti kakaknya. Nayeon tidak mau lebih dari itu. Tidak mau memberinya harapan kosong.
"Jihyo," katanya. "Aku belum bisa menemuinya saat ini. Sampaikan maafku."
Mata Jihyo membesar. "Kenapa? Kau tidak suka padanya?"
"Kau kan tahu aku selalu menganggapnya seperti kakakku dan aku sudah punya orang yang kusukai."
"Tapi dia hanya pulang sebentar."
"Kalau begitu kau cepat pulang. Bilang saja aku sedang datang bulan dan tidak bisa bangun dari tempat tidur." Nayeon menutup resleting tas Jihyo dan mendorong sahabatnya itu ke pintu keluar.
"Astaga, Nayeon.. Kau terlalu berlebihan. Jinyoung oppa..."
"Cepat. Nanti dia kesal menunggumu."
"Kau ini..."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
mauve
Fanfictionm a u v e . romance . a pale, bluish rendition of purple · · · ·