Part time di restoran sangat menyenangkan bagi Nayeon. Waktu juga terasa lebih cepat saat dia melayani pengunjung. Dia merasa jauh lebih produktif dibanding hanya bersantai di apartemen. Uang sakunya juga bertambah.
Sudah seminggu menjadi part timer di sana dan Nayeon hampir benar-benar melupakan pemuda bernama Yoongi jika Jinhwan tidak menanyakannya sore ini.
"Kau sedang bertengkar dengan Yoongi?"
Saat itu mereka baru saja menaiki bus. Nayeon bertanya-tanya bagaimana Jinhwan bisa sampai menanyakan hal itu. Dan seniornya ini cukup peka rupanya.
"Dia agak sulit dihubungi dalam seminggu ini jadi aku mendatangi rumahnya. Dia terlihat menyedihkan. Setelah kutanya berkali-kali dia sempat menyinggung namamu."
Nayeon memainkan kelim mantel dengan jemarinya. "Dia bilang apa?" tanyanya lirih. Sebenarnya dia tidak ingin membicarakan ini tapi jadi ingin tahu keadaan pemuda itu.
Jinhwan menerawang jauh. "Yah, aku tidak bermaksud membahasnya karena sepertinya bukan hal yang menyenangkan. Tapi kali ini dia benar-benar merana setelah kau menolaknya."
Menolaknya?
"Oppa, Senior Min tidak pernah menyatakan perasaannya padaku dan bagaimana aku bisa menolaknya kalau dia tidak pernah melakukannya?"
"Maksudmu kau akan menerimanya kalau dia menyatakan perasaannya padamu?"
"Bukan begitu.."
"Kurasa kau hanya bingung."
Nayeon menoleh tidak percaya dengan penilaian Jinhwan. "Oppa, aku tidak bingung soal perasaanku padanya," ucapnya getir. "Aku hanya bingung bagaimana harus memberitahunya. Aku tidak mau menyakitinya."
"Kau hanya terus menghindar tapi waktu terus berjalan. Kupikir kalian sangat dekat."
Jinhwan menatap lurus ke depan sementara gadis di sampingnya terdiam, masih sibuk memainkan kelim mantelnya.
"Maaf, kau jadi tidak nyaman. Yoongi teman dekatku. Jadi aku perlu tahu apa yang membuatnya jadi seperti itu."
Nayeon tetap bungkam, sesekali merapatkan ujung bibirnya kuat-kuat.
Jinhwan melanjutkan, "Tapi semuanya sudah terjadi. Aku hanya menyayangkan tindakanmu saat itu. Hanya itu yang ingin kukatakan."
***
Oppa, kau sedang apa?
15 menit kemudian.
Baru selesai makan siang.
Aku boleh meneleponmu?
Dan Nayeon menunggu balasan dari kekasihnya cukup lama. Dia tahu Kwon Hyuk sedang santai jadi dia langsung video call. Pemuda itu memutuskan panggilan video call sehingga Nayeon coba meneleponnya. Kwon Hyuk terbatuk-batuk sebelum menyapanya di telepon.
"Oppa, kau sedang sakit?"
Terdengar suara batuknya lagi. "Tidak. Aku baik-baik saja," jawabnya dengan suara serak. Dia juga pilek.
"Kau batuk-batuk begitu. Sudah minum obat?" Bisa terdengar pemuda itu membuang napas panjang dan tak lama membersihkan tenggorokannya. "Kau yakin? Aku hanya ingin mendengar suaramu. Aku merindukanmu."
"Aku juga merindukanmu."
"Sungguh?"
"Tentu. Aku sangat merindukanmu."
Kemudian Kwon Hyuk kembali membersihkan tenggorokannya. "Nanti malam aku akan telepon. Sampai nanti."
"Tunggu.."
Namun telepon telah berakhir. Nayeon yakin Kwon Hyuk sedang sakit tapi kenapa pemuda itu mengakhiri telepon begitu saja?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
mauve
Fanfictionm a u v e . romance . a pale, bluish rendition of purple · · · ·