Ch. 7

138 8 0
                                    

Jihyo sangat menikmati wisata alam mereka kemarin. Dia mengajak Nayeon lagi ke tempat wisata lainnya minggu depan.

"Aku tidak mau mengganggu kalian," balas Nayeon. "Kalian harus lebih sering kencan berdua. Kita bisa pergi berdua lain kali tanpa Daniel."

"Baiklah. Bantu aku cari tempat untuk kencan dengannya minggu ini."

"Okay."

Dua minggu kemudian Jihyo mengajaknya lagi pergi bersama. Katanya dia jenuh dengan mall dan cafe. Dia ingin ke tempat wisata alam seperti waktu itu. Akan lebih seru kalau Nayeon juga ikut.

"Ayolah, ikut bersama kami," rengeknya. "Sebentar lagi kan aku ulang tahun jadi anggap saja dengan kau ikut kau sudah memberiku kado lebih awal. Bagaimana?"

Nayeon tertawa. "Kau sangat lucu. Baiklah. Jangan merengek terus seperti itu. Aku akan ikut."

"Hore!" Jihyo memeluknya erat.

Daniel baru saja datang. "Hei. Ada apa?"

Jihyo kini memeluk kekasihnya. "Nayeon akan ikut ke kawah minggu depan!"

"Ah, itu berita bagus. Nayeon, kau harus tahu sahabatmu ini sangat ingin kau ikut. Dia belum pernah melihat kawah."

Mereka bertiga tertawa.

Akhir pekan ini mereka ke dataran tinggi di utara ibukota. Udara di sana tidak beda jauh dengan puncak waktu itu. Sejuk dan segar. Nayeon ingin menjelajah lagi tapi kali ini Jihyo langsung mencegahnya. Sebenarnya Nayeon tidak nyaman melihat pasangan itu bermesraan. Dia hanya akan jadi nyamuk bagi mereka. Diam-diam dia menjauh dan menjelajah sendiri.

Kawah itu luas sekali. Tanahnya berwarna putih sedangkan air di sekitar kawah berwana putih kehijauan. Sangat indah. Nayeon banyak memotret dari berbagai sudut. Dia ingin coba mendekati air kawah.

"Nayeon!" seru Jihyo. "Kau tidak boleh terlalu dekat kawah. Berbahaya."

"Aku hanya penasaran."

"Kau ini suka sekali menghilang. Untung saja Daniel melihatmu berjalan sendirian ke sini." Jihyo menariknya menjauhi air kawah.

"Maaf. Aku hanya tidak mau mengganggu kalian berdua."

"Sudahlah. Ayo, kita foto bertiga!"

"Kalian foto berdua saja. Aku tidak bawa tripod," kata Daniel.

"Okay. Senyum, Nayeon!"

Klik klik klik

"Sekarang foto bertiga dengan ponsel!"

Klik klik

"Wah.. hasilnya memang lebih bagus menggunakan kamera digital," kata Nayeon. Matanya berbinar melihat foto-foto dari kamera Daniel.

"Tentu saja. Jauh lebih jernih. Kau mau aku foto?" tanya Daniel.

"Biar aku saja," sergah Jihyo dan mengambil kamera itu. "Daniel sudah mengajarkanku caranya. Nayeon, coba berdiri di sana."

Nayeon seperti sedikit tersengat. "Okay. Seperti ini?"

Klik klik

"Coba kulihat," pinta Daniel. "Ini kurang fokus. Biar aku yang memotretnya."

"Tapi aku ingin melakukannya lagi," kata Jihyo lirih.

Nayeon jadi merasa tidak enak. "Tidak apa-apa. Biar Jihyo saja."

Pemuda itu hanya mengangkat bahu dan membiarkan Jihyo.

Klik klik klik

"Aduh.. Sepertinya masih kurang fokus. Nayeon, sekali lagi, ya?"

"Haha.. Baiklah."

Sembari menunggu Daniel mengeluarkan ponselnya. Dia memotret mereka yang tengah sibuk layaknya fotografer dan model. Dia bisa melihat Nayeon hanya memperlihatkan senyum yang dipaksakan. Gadis itu tidak nyaman terus menerus difoto seperti itu.

"Sekali lagi, okay?"

Rasanya pipi Nayeon pegal karena harus tersenyum terus. Dia juga ingin coba menggunakan kamera digital tapi Jihyo kelihatannya lebih menginginkannya.

"Jihyo, dia sudah lelah. Lain kali aku akan bawakan tripod supaya lebih stabil."

"Ah, kita istirahat dulu saja." Jihyo mengembalikan kamera pada Daniel tanpa mengecek lagi hasil foto-foto terakhir.

Nayeon merasa suasana hati Jihyo sedang tidak baik.

***

mauveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang