"Halo, Senior Kwon."
"Kau sudah di apartemen?"
"Sudah. Baru saja selesai mandi."
"Aku tadi melihat video live saat kau bernyanyi. Suaramu merdu sekali! Aku sangat menikmati lagu yang kau bawakan."
Nayeon tersenyum bahagia. "Terima kasih."
"Aku tahu kau pasti mendapat banyak pujian."
Gadis itu tertawa. "Senior terlalu berlebihan. Syukurlah kalau Senior suka penampilanku."
"Tentu. Besok apa rencanamu?"
"Tidur seharian."
"Hahaha.. Ya kau mesti banyak beristirahat. Lagipula besok hari pertama libur musim dingin."
"Benar. Apa di sana sudah turun salju?"
"Sudah tapi tidak banyak."
"Aku senang bisa melihat banyak foto di Instagram Senior."
"Ah, ada yang ingin kukatakan padamu."
"Ada apa, Senior?"
"Aku akan pulang saat malam tahun baru."
"Benarkah? Wah.. Aku sangat senang mendengarnya!"
Senior Kwon bisa menebak kedua mata gadis itu membulat. Dia tersenyum di seberang. "Kau merindukanku?"
Pipi Nayeon jadi terasa panas mendengar pertanyaan itu. "Tentu saja."
"Aku juga merindukanmu."
Keduanya terdiam namun hati mereka berdebar-debar. Setelah mengobrol sebentar telepon berakhir dan keduanya beristirahat.
***
Keesokan harinya Sehun mengirimi Nayeon pesan singkat. Dia bilang akan ada di sekitar apartemennya sore nanti. Mereka belum bertemu lagi sejak hari terakhir les. Lalu diputuskan untuk bertemu di dekat stasiun.
Nayeon kagum dengan sosok calon dokter itu. Penampilannya tidak berubah namun kharismanya terasa lebih kuat.
"Kenapa kau melihatku seperti itu?" tanya Sehun.
Nayeon tersenyum tipis. "Kau tidak berubah." Sepertinya pemuda itu jadi terlihat lebih tampan. Pasti gadis-gadis di kampus tergila-gila padanya. "Bagaimana kabarmu? Sudah lama ya tidak bertemu."
"Aku baik-baik saja. Kau bagaimana? Apa kau menikmati kuliahmu?"
"Aku juga baik-baik saja. Ya. Kampus kami baru saja mengadakan festival. Itu sangat menyenangkan."
"Ah, aku melihat videomu bernyanyi. Kau memang berbakat."
"Kau melihatnya? Haha terima kasih, Sehun." Disedotnya bubble tea untuk meredam hatinya yang tersenyum karena pujian tadi. "Jadi apa yang kau lakukan di sini?"
"Aku mengunjungi teman yang tinggal di sekitar sini. Dia akan pergi berlibur jadi kami bertemu sebelum dia pergi."
"Teman perempuan?"
Sehun mengerutkan alisnya. "Bukan."
"Aku hanya penasaran," Nayeon tersenyum lagi. "Kurasa banyak gadis di kampus yang mengagumimu. Selain tampan, kau juga calon dokter."
"Bagaimana denganmu? Apa kau mengagumiku?"
Mulut Nayeon seperti terkunci. Kemudian dia kembali tersenyum. "Kurasa tidak ada yang tidak mengagumimu. Apa kau sadar itu?"
Sehun tersenyum mendengarnya. "Kau berlebihan."
"Aku mengatakan yang sebenarnya."
Reaksi Sehun saat dipuji sangat menghibur. Mereka lalu bercerita tentang kehidupan kuliah hingga bernostalgia waktu jaman les. Beberapa gadis di kafe sesekali melirik Sehun dan berbisik. Nayeon jadi merasa sedikit tidak nyaman.
"Ayo, kita ke tempat lain saja," kata Sehun.
"Eh? Kenapa?"
"Kau terlihat tidak nyaman karena gadis-gadis di sana."
Sehun sudah menyadarinya karena Nayeon beberapa kali menunduk saat berbicara. Mereka lalu pergi ke kafe lain. Namun keduanya tidak menyadari ada yang sedang mengawasi mereka tidak jauh dari sana.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
mauve
Fanfictionm a u v e . romance . a pale, bluish rendition of purple · · · ·