Mereka baru saja makan siang di restoran sederhana dekat wisata kawah tadi. Nayeon ingin membelikan minuman hangat karena udaranya di sana berubah menjadi lebih dingin. Sepertinya akan turun hujan.
"Daniel," panggil Jihyo setelah Nayeon pergi ke sebuah kios.
"Hmm?"
"Lihat sini."
Daniel meletakan ponselnya. "Ada apa?"
"Setelah ini kita antar Nayeon pulang lalu kita berdua pergi ke cafe di dekat rumahmu."
Kekasihnya itu hanya menatapnya aneh.
"Kau mengerti kan maksudku?" digenggamnya tangan besarnya dan menunduk. "Aku.. Tidak ingin kau terlalu dekat dengannya."
"Kenapa kau berpikir begitu?"
"Aku.. Tiba-tiba merasa cemburu."
Daniel terdiam. Jihyo bisa menilai sikapnya yang seperti itu pada Nayeon. Dia lalu menggenggam kedua tangan Jihyo. "Maaf kalau kau sampai merasa cemburu dan tidak nyaman. Aku akan berusaha mengubah sikapku pada Nayeon."
Jihyo tersenyum dan memeluknya erat. "Terima kasih."
Nayeon kembali dengan nampan berisi tiga gelas teh herbal hangat. Dia menghiraukan Jihyo yang bergelayut manja di tangan Daniel.
"Aku akan ke toilet. Kalian minum dulu saja tehnya," kata Nayeon lalu menghilang lagi. Pasangan itu memang butuh waktu berdua. Setelah ini dia akan minta diantar pulang supaya mereka bisa melanjutkan kencan.
Begitu kembali dari toilet dua gelas di meja sudah hampir habis diminum Jihyo dan Daniel. "Bagaimana? Apa tehnya enak?" tanyanya.
"Iya dan sangat hangat jadi kami cepat-cepat meminumnya." Jihyo sepertinya sudah kembali ceria.
"Benarkah? Akan kucoba. ...Wah ini luar biasa."
Mereka bertiga tersenyum.
"Setelah ini apa rencana kalian?" tanyanya lagi.
Daniel melirik Jihyo yang terlihat sungkan. Di saat yang sama Nayeon seperti mengerti situasi. "Kalau kalian tidak keberatan, bisakah mengantarku pulang? Ada beberapa hal yang harus kulakukan."
"Oh... Eh, kenapa tiba-tiba?" tanya Jihyo kaku. Dia melihat Daniel dengan ekor matanya. Tanpa disangka, Nayeon sendiri yang mengatakannya.
"Aku baru teringat sesuatu."
".. Baiklah kami bisa mengantarmu setelah ini."
***
Hari-hari berikutnya Nayeon berusaha menolak ajakan-ajakan singkat Jihyo. Sahabatnya itu lega karena akhirnya Nayeon mau melepas Daniel untuknya. Dia memang sedikit egois tapi bukankah ini yang namanya takdir?
Nayeon melihat hubungan Jihyo-Daniel semakin kuat. Perlahan dia pun bisa sepenuhnya mendukung sahabatnya bersama cinta pertamanya. Rasanya sudah tidak sesakit dulu saat melihat mereka bersama dan bermesraan. Nayeon senang saat Jihyo senang.
Ah, minggu depan hari ulang tahunnya. Nayeon sedang memikirkan hadiah istimewa untuknya. Dia menelusuri Instagram untuk cari inspirasi.
Ting
Ada sebuah pesan masuk ke direct message. Dari Daniel.
Nayeon, apa lusa kau senggang?
¬Sepertinya. Ada apa?
¬Aku ingin mencari hadiah untuk ulang tahun Jihyo. Kau sudah tahu mau memberinya apa?
¬
Sepertinya aku akan mencarinya di online shop saja.
¬Aku tidak tahu apa yang disukainya. Kau bisa bantu aku?
¬Dia suka aksesoris atau perhiasan.
¬Aku takut salah memilihnya. Aku ingin kau membantuku mencarinya.
¬Ke toko perhiasan?
¬Iya. Bagaimana? Kau juga mungkin bisa menemukan hadiah di sana.
¬Hmm baiklah.
¬Lusa okay?
¬Okay.
¬***
KAMU SEDANG MEMBACA
mauve
Fanfictionm a u v e . romance . a pale, bluish rendition of purple · · · ·