Gadis bermata bulat ini baru turun dari bus dan berjalan menuju tempat les. Dia melewati beberapa deretan toko dan cafe. Pemandangan di Sabtu sore seperti ini jarang terlihat. Banyak toko yang belum pernah dilihatnya sebelumnya dan juga lebih banyak orang yang lalu lalang.
Nayeon mampir ke sebuah kedai kopi tidak jauh dari tempat les. Dia tidak ingin kurang konsentrasi di kelas nanti.
"Satu Americano less sugar untuk take away," pesannya.
"Tiga ribu won."
"Tolong pesan satu lagi," kata seseorang. Ternyata Pak Kwon sudah ada di belakangnya. Dia menyerahkan enam ribu won.
"Pak Kwon.."
"Tidak apa-apa. Ini untuk kerja kerasmu."
"Te-terima kasih.."
Mereka berdua berjalan ke tempat les sambil menikmati kopi.
"Tidak terlalu manis," kata Pak Kwon.
"Ah, itu karena saya pesan yang less sugar. Bapak punya sama seperti saya. Kalau begitu nanti saya traktir Bapak kopi yang manis."
Pak Kwon tertawa, suara tawanya khas dan menghibur. "Tentu. Kalau hasil evaluasi minggu depan kurang memuaskan."
"Oh.. Saya tetap akan traktir Bapak meski hasilnya memuaskan sekalipun."
Terdengar tawa guru muda itu lagi.
Hari ini Nayeon ada les matematika dan bahasa Korea. Pak Kwon bilang setelah selesai les bahasa Korea nanti mereka akan bertemu di kedai kopi tadi. Guru les tidak boleh memberi tambahan di tempat les.
Kini Nayeon sudah bersama Pak Kwon membahas soal-soal kemarin di sana. Dia diberi soal lagi dengan kasus khusus serta pembahasan setelahnya. Kali ini dia banyak sekali bertanya, sedetail mungkin dan semuanya dicatat. Pak Kwon juga menjawab semua pertanyaannya dengan sabar, kalau perlu diulang dia tetap melakukannya.
"Sepertinya kau sudah cukup mengerti soal-soal jebakan ini," katanya.
"Iya, Pak."
"Jadi apa sudah kau putuskan kapan akan ikut ujian masuk universitas?"
"Bulan depan."
"Bagus. Berjuanglah."
"Terima kasih, Pak. Maaf kalau saya banyak merepotkan," ucap Nayeon menunduk.
Pak Kwon tersenyum. "Dulu aku juga sama sepertimu. Selalu mencatat semua pelajaran sulit."
Pak Kwon cerita dia kuliah di Kanada. Sekarang sedang libur semester dan memilih mengajar murid-murid yang mau masuk universitas di waktu yang singkat ini. Bulan depan dia akan kembali ke Kanada, tepatnya setelah ujian masuk Nayeon nanti. Dia masih punya satu tahun hingga lulus dan akan kembali ke Korea tahun depan.
"Lalu, aku hanya lebih tua 3 tahun darimu. Jangan panggil aku Bapak. Panggil Senior saja, Senior Kwon. Padahal aku sudah bilang di awal kelas tapi sepertinya anak-anak lebih suka memanggilku Bapak," katanya diakhiri tawa khasnya.
"Ah, baik, Senior Kwon. Saya mengerti."
"Tidak usah juga bicara terlalu formal padaku. Aku suka geli sendiri mendengarnya."
Nayeon menunduk tersenyum canggung.
"Berjuanglah untuk evaluasi minggu depan. Kalau nanti kau tidak lolos di kelasku, maka bukan aku lagi yang akan mengajarmu."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
mauve
Fanfictionm a u v e . romance . a pale, bluish rendition of purple · · · ·