Ch. 9

132 7 1
                                    

Rasanya Nayeon tidak ingin pergi dengan Daniel. Bagaimana kalau nanti Jihyo berpikir yang tidak-tidak? Dia tidak ingin membuat masalah. Lalu bagaimana dengan Daniel? Dia kan sudah janji akan pergi bersama.

Nayeon menenggelamkan kepalanya di antara kedua tangannya. Tidak akan lama. Paling hanya perlu 1 jam.

Ting

Kau sudah di apartemen?
¬

Ya.
¬

Aku ke sana sekarang. 15 menit lagi sampai.
¬

Okay.
¬

Daniel benar-benar sampai dalam 15 menit. Nayeon baru akan turun ke lobby tapi lelaki itu sudah di depan pintu unit apartemennya.

"Oh. Hei.. Aku baru akan turun."

Daniel tersenyum. "Ayo."

"Tapi kau tahu darimana unit apartemenku?

"Aku melihat data kelas."

"Oh.."

Nayeon agak terpukau dengan cara berpakaian Daniel. Dia belum pernah melihatnya dalam balutan kasual tapi modis seperti itu. Hari ini Daniel terlihat lebih tampan dari biasanya.

"Kenapa duduk di belakang? Aku bukan supir."

"Ah, maaf. Kebiasaan."

Buru-buru Nayeon masuk ke samping pintu mobil, sebelah kemudi.

Dalam perjalan mereka tidak banyak bicara.

"Kau sudah memberi tahu Jihyo?"

"Tidak."

Nayeon menoleh heran. "Bagaimana kalau dia bertanya?"

"Tidak akan. Dia tidak tahu kita pergi bersama."

"Aku merasa tidak enak padanya."

"Kau bicara apa?"

"... Aku takut dia berpikir hal yang tidak-tidak."

Terdengar Daniel membuang napas. "Kau tidak usah khawatir. Kalau dia tiba-tiba telepon pun aku akan menjawab seperti biasa. Bukankah lebih baik kalau dia tidak tahu?"

Nayeon terdiam, tenggelam dalam pikirannya.

Tak lama mereka sampai di pusat perbelanjaan. Mereka masuk ke toko perhiasan di sudut lorong.

Hari ini Nayeon memakai dress kuning sederhana. Dia tidak mengira Daniel membawanya ke toko perhiasan ternama. Dia jadi terlihat seperti gadis desa. Pantas saja pakaian Daniel modis.

"Selamat datang. Sedang mencari perhiasan seperti apa? Cincin tunangan atau pernikahan?" tanya penjaga toko ramah.

"Bu-Bukan. Kami hanya teman..," ucap Nayeon gagap. Pertanyaan macam apa itu barusan?

"Maaf. Saya kira kalian pasangan kekasih. Kalian sangat serasi."

Pipi Nayeon memerah. Daniel tertawa melihat sikapnya. "Saya mencari perhiasan untuk ulang tahun seorang gadis remaja," katanya kemudian.

"Remaja? Sebelah sini. Kami punya cincin, kalung, gelang dan anting. Materialnya mulai dari emas kuning, putih, perak dan rosegold. Silakan melihat-lihat."

"Perhiasan apa yang cocok untuknya?"

"Tahun lalu aku membelikannya kalung liontin."

"Baiklah kalau begitu gelang saja. Coba pilihkan sesuai seleranya."

Nayeon sesekali menahan napas melihat harga-harga yang tertera. Semuanya sangat mahal. Dia mengurungkan niatnya membeli hadiah di toko itu.

"Daniel," bisik Nayeon. "Di sini mahal sekali perhiasannya. Lebih baik kita ke toko lain saja."

"Begitu?"

Gadis itu mengangguk.

"Hmm sepertinya koleksi perhiasan di sini lebih cocok untuk pertunangan dan pernikahan, ya?"

Penjaga toko tersenyum. "Kami punya harga spesial minggu ini. Gelang ini salah satunya."

Dikeluarkannya gelang itu dari etalase. Sangat cantik dan elegan, batin Nayeon.

"Atau yang ini dan ini."

Berjejer tiga macam gelang di atas etalase. Semuanya sempurna untuk jadi hadiah. Harganya masih sedikit lebih mahal.

"Bagaimana menurutmu?" tanya Daniel. "Apa ada yang sesuai untuknya?"

Sepertinya Daniel tidak keberatan soal harga. Nayeon membanding-bandingkan ketiga gelang itu.

"Gelang yang pertama ini. Aku rasa dia akan suka."

"Nona punya selera yang bagus. Gelang ini yang paling populer dan sering jadi hadiah lamaran."

"Apa ukuran tangannya pas?" tanya Daniel lagi.

"Ukuran kami hampir sama."

"Nona bisa mencobanya dulu."

Dengan lembut Daniel memakaikan gelang emas putih itu di pergelangan tangan Nayeon. Gadis itu seperti tersetrum saat tangan mereka bersentuhan.

"Wah, pas sekali!" seru penjaga toko.

"Saya akan ambil ini."

"Kami punya harga spesial lain untuk etalase sebelah sini. Khusus cincin dan kalung."

Nayeon menelan ludah melihat harganya yang lebih mahal dari ketiga gelang tadi.

"Cukup gelang itu saja. Tolong dibungkus rapi."

"Baik. Mohon silakan pembayarannya sebelah sini."

Nayeon melihat-lihat etalase lain sementara Daniel membayar. Matanya menangkap sepasang anting rosegold berbentuk kupu-kupu mungil. Sederhana dan klasik. Mungkin suatu hari dia akan kembali ke sini jika tabungannya cukup.

"Kau sedang melihat apa?"

"Ah, sudah selesai?"

"Ya. Kau tidak mau membeli sesuatu di sini?"

"Tidak usah. Nanti Jihyo tidak suka kita membeli di tempat yang sama.

***

mauveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang