Ch. 14

127 7 0
                                    

Mau tidak mau Nayeon mengurangi bertanya di kelas. Dia merasa bukan cuma kedua gadis itu yang terganggu tapi yang lain juga pasti tidak nyaman. Dia sungguh-sungguh mendengarkan penjelasan Pak Kwon dan mencatat semuanya.

Saat ini dia sedang kebingungan dengan sebuah soal. Dia melihat dua gadis kemarin. Mereka seperti mengawasinya dan dia tidak jadi bertanya. Mungkin ada murid lain yang akan menanyakan hal yang sama nanti.

Nayeon melihat pemuda kemarin yang menolongnya. Dia duduk di seberang depan mejanya dan sedang mengerjakan soal, sesekali menguap. Sepertinya dia jenuh. Setahu Nayeon pemuda itu salah satu anak yang cerdas di kelas. Tapi dia tidak ingat siapa namanya.

"Apa ada pertanyaan?" tanya Pak Kwon. 

"Pak, apa nomor 5 bisa menggunakan cara yang sama?" tanya seseorang.

"Tentu. Tapi hati-hati dengan jebakan di sana. Ada pertanyaan lain?" mata Pak Kwon menatap Nayeon. Gadis itu hanya menunduk dan tidak bertanya.

Memang soal nomor 5 itu membingungkan tapi dia putuskan untuk melewatkannya saja dan memikirkannya nanti di apartemen. Dia merasa beberapa murid juga sedang menatapnya. Pasti mereka heran hari ini dia tidak bertanya.

"Baiklah. Kalau tidak ada pertanyaan lain, lanjutkan dengan nomor 6."

Nayeon menggigit ujung ibu jarinya. Dan melirik pemuda itu lagi. Sepertinya dia sudah menyelesaikannya dengan mudah. Ah, menyenangkan jadi murid yang pintar.

Kini Nayeon kembali fokus dengan soal di depannya. Dia coba mengerjakannya dan ternyata berhasil menemukan jawabannya. Dia tidak menyangka dan tanpa sadar tersenyum. Bagus, aku mulai bisa, batinnya. Diliriknya lagi pemuda itu tapi buru-buru dia kembali menunduk. Mata mereka saling bertemu. Aduh..

"Pak, bisa tolong jelaskan soal nomor 7?" kata seorang murid.

Ini kesempatan Nayeon untuk mendengarkan. Soal yang ditanyakan serupa dengan nomor 5. Dia sungguh menyimak penjelasan Pak Kwon.

Ternyata tidak sesulit yang dipikirkannya. Kembali dia berhenti di soal nomor 8. Tidak tahu harus diapakan. Dia melirik pemuda itu lagi. Hmm dia pasti sudah selesai mengerjakannya, pikirnya. Sementara aku masih menyisakan 2 nomor.

***

mauveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang