• e p i l o g •

6K 1.1K 1.4K
                                    

Hallo^^
Pasti udah nggak sabar baca epilog dari Criticalove, ya?
Terima kasih, ya sudah mau menunggu Criticalove selama ini, menemani dari awal sampai akhir.
Aku sayang kalian❤️

Mau nanya, apakah aku bisa mendapatkan 1k komentar untuk epilog yang lumayan panjang ini?
Ayo, spam komen untuk info lanjutan tentang extra part dari Criticalove!
Maksa nih, aku😡

Baca dulu baru spam komen juga gpp say><

Bisa cek mulmed buat liat sebuah foto dan sebuah lagu yang bermakna untuk epilog ini💙
Jangan lupa baca note di bawah!

Eh, share di ig dan tag aku @ar.syalalalala dan @daydreamproject10 boleh banget!

Nggak mau banyak bacot lagi, silakan membaca! Semoga suka!

☁️

[ c r i t i c l o v e ]

E P I L O G

Aruna mengayunkan kakinya konstan seraya melihat sekitaran. Beberapa orang sibuk mondar-mandir mengurusi suatu hal yang sekiranya tidak dipahami gadis itu. Senyumnya sesekali terbit kala orang-orang yang berlalu menyapa. Dia saat ini sedang menunggu giliran naik ke panggung untuk tampil membawakan sebuah lagu. Jangan lupakan piano yang akan ia mainkan sebagai pengiring nanti. Ah, acara pensi ini yang ditunggunya, meski tanpa kehadiran lelaki itu.

Aruna mengenakan apron dress berwarna biru pastel. Rambutnya dibiarkan tergerai dengan bando berwarna senada. Polesan make up membuatnya semakin menawan hati. Tidak heran, gadis itu tampak cantik sekali.

"Run, lo siap?" tanya Raka yang tiba-tiba duduk di sebelahnya. Aruna pun mengangguk mantap sebagai jawaban, tidak lupa menebar senyum untuk menguarkan kebahagiaan.

Lelaki itu memakai kaos putih dibalut kemeja kotak-kotak berbahan flannel berwarna biru dongker. Celananya jeans hitam dengan sepatu converse berwarna kelam.

Mereka lantas menyaksikan bersama penampilan yang sedang dipentaskan di panggung sana. Menikmati kebersamaan dalam hening di tengah bising. Hingga, host mengambil alih acara, Aruna dan Raka sesekali tertawa karena kelakar yang terdengar. Menggelitik perut atau minimal membuat senyum orang-orang merekah karena celotehan pemandu acara. Lantas, nama keduanya dipanggil karena sudah gilirannya. Raka yang seharusnya duduk-duduk saja bersama siswa-siswi kelas dua belas malah memilih untuk tampil bersama Aruna, menggantikan posisi sahabatnya.

Ya, harusnya Revian tampil di pensi ini bersama Aruna, atas desakannya kala kejadian mereka bernyanyi bersama di kelas yang sepi. Namun, tak apa. Raka dengan senang hati melakukannya.

Aruna bersiap di tempatnya, menghadap piano berwarna hitam. Suatu hal yang lama diimpikannya kini terwujud. Tidak ada hukuman karena gadis itu melakukan hobi, tidak ada amarah yang akan didapatnya hanya karena bermain dengan nada indah, dan tidak akan ada lagi larangan-larangan ketika ia hanyut dalam tarian tangannya di atas tuts hitam dan putih.

Raka sempat menoleh padanya, tersenyum, lalu duduk di kursi yang tersedia. Gitar akustik ada di pangkuan seraya menebarkan pesona pada gadis-gadis seperti biasanya. Memberi aba-aba, ia menunggu Aruna memulai lagu, mengawali dengan denting piano yang indah.

Setelahnya Raka masuk intro, menyanyikan bait awal seraya bermain gitar. Cowok itu mulanya tidak tahu mengapa Aruna dan Revian sepakat memilih lagu berjudul 'Clouds' milik Zach Sobiech. Namun, setelah menyerapi kata demi kata, kini dia mengerti. Lagu ini sungguh menggambarkan Revian dan mungkin juga ... kisahnya dengan Aruna.

Criticalove [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang