☁ | 03 • Penawaran Menyebalkan

14.1K 2.2K 315
                                    

Keknya aku harus bilang sekarang sebelum terlambat.
Jangan jatuh cinta sama Revian! Nyesel doang akhirnya.

☁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seharusnya tahu diri. Seharusnya berhenti. Karena hidup tidak melulu harus menuruti kata manusia lainnya.
Berubah demi mereka itu percuma. Tidak akan ada habisnya.



Dua puluh lima menit menjelang bel pulang berdering nyaring, namun kelas 11 IPS 4 telah berkemas-kemas sejak tadi. Guru yang mengajar sudah izin pergi dari lima menit yang lalu, membuat murid-murid berteriak kesenangan. Tapi mereka semua tak lantas keluar kelas begitu saja. Jika bel benar-benar belum berbunyi, mereka harus tetap di kelas. Ribut tak apa, asalkan tidak keluar.

Revian malah bersikap tak acuh. Karena bahkan sejak pelajaran tersebut dimulai, ia sama sekali tidak mengeluarkan buku beserta alat tulis. Ia lebih memilih tidur atau mungkin nampak memerhatikan walau segala penjelasan tidak masuk di otaknya. Fokusnya memang ke depan namun pikirannya melanglang buana entah ke mana.

Lelaki itu menyangga kepalanya dengan sebelah tangan, memilih mengamati angkasa yang kini berwarna kelabu. Mendadak dia berdiri, menyambar tasnya lantas melenggang pergi.

"Lo kalau nggak niat sekolah mending berhenti gih. Daripada sekolah tercemar karena punya murid seperti lo yang suka bolos. Dosa apa gue punya temen kelas kek lo."

Revian berhenti melangkah. Suara itu, walau tak sampai satu kelas mendengarnya, namun cukup untuk menarik atensi beberapa orang. Lelaki itu lantas menoleh, diliriknya Yona yang menatap penuh benci padanya.

Tidak berkomentar sama sekali, Revian hanya memutar bola matanya malas lalu kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda. Meladeni Yona hanya buang-buang waktu. Revian tahu, bahkan sangat tahu jika cewek ketua ekskul cheers itu sangat membencinya. Meski lelaki itu tidak mengetahui sebabnya, tapi tak apalah. Toh ia sudah biasa dibenci banyak orang.

Kakinya berjalan menapaki tangga. Tujuan utamanya adalah rooftop. Entahlah, Revian hanya ingin mencari tempat sepi untuk menenangkan diri. Atau mungkin merencanakan bunuh diri untuk kedua kali?

"Gue pernah kayak lo. Menyerah karena lelah. Tapi gue milih bertahan, entah kalo berubah pikiran."

Mendadak pikiran Revian memutar memori kala dia dan Aruna satu mobil menuju tempat tinggal Raka. Karena tentu saja lelaki itu masih menghindari rumah. Walau dua-tiga bulan telah berlalu, ia masih mengingat dengan jelas wajah serta ucapan gadis itu. Menyebalkan, Revian bahkan ingin sekali melupakannya.

Baginya percuma. Mungkin saja gadis itu tidak lagi mengingatnya, kenapa Revian susah-susah menyimpannya?

Ketika sampai di rooftop, lelaki itu mengedarkan pandangannya sejenak. Sepi dan sunyi. Tasnya langsung ia lempar sembarang. Dirinya luruh, duduk menunduk dengan kaki diluruskan. Perlahan ia menengadah ke langit. Tatapannya terlihat hampa.

Criticalove [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang