Hello!
Kabar kamu baik, 'kan?
Udah kangen banget sama Criticalove, pasti.
Terima kasih udah mau nunggu. Aku berdosah banget karena apdetnya terlalu lelet😭Bab ini cukup panjang. Lebih panjang dari kemarin, malah. Semoga kangennya bisa diobati, yaaa❤️
Ramein komennya, ya😭 kurang satu bab lagi tamat hehe.Jangan ngarep apa-apa plis, aku takut ekspetasi kalian nggak terpenuhi.
Sayang kamu banyak-banyak ❤️Kamu tim rajin komen apa vote doang? Jangan-jangan tim sider? Hayo ngaku!
Pas galau, kamu lebih milih ngapain?
Tim pergi harus jajan dan di tempat-tempat yang cakep, apa yang penting qualiti time-nya aja, mau di mana pun itu?
Eh, pas pencet bintang kamu dapet nomor berapa?
Selamat membaca❤️
Now playing:: mj apanay ft. Aren Park — Time Machine
Why do we only have one chance to try?
I wish, I could go back on time[ c r i t i c a l o v e ]
Saat kehilangan orang yang kamu cinta, sebenarnya mereka tidak pergi. Mereka hanya berpindah ke tempat istimewa di hatimu.
— Frankenwinie☁️
"Rak? Gue boleh pesen sesuatu sama lo?" Pertanyaan itu menghentikan gerakan dribble Raka. Cowok itu menoleh ke arah sahabatnya.
"Lo pikir gue warteg?" kelakarnya lalu menembakkan bola ke dalam ring basket. Meleset, ia berdecak sebal. Dihampirinya Revian kemudian ia duduk di sebelah lelaki itu. "Emang mau pesen apaan, lo?"
Pada semilir angin pagi yang berembus lembut, Revian memejamkan matanya lama. Napasnya ia atur sedemikian rupa, ditahannya sesak yang bergumul di dalam dada. Lantas, ketika kalimat itu terucap, Raka hanya bungkam seribu bahasa. Cowok itu mengangguk setuju tanda bersedia memenuhi permintaan sahabatnya.
"Raka, Revian! Ada temen kalian di luar!" Liana berseru dari arah dapur. Kedua lelaki itu pun lekas bangkit dari tempatnya dan bersama-sama menuju ruang tamu. Tanpa bertanya siapa yang datang, Raka dan Revian memang sudah tahu. Sepertinya orang itu terlalu bersemangat hingga datang ke rumah Raka tanpa diminta.
"Loh, Run? Kenapa nggak nungguin Revian dateng?" Raka menyambut keberadaan Aruna dengan sebuah tanya. "Dia nggak lupa, kok."
Aruna terkekeh kecil lalu menggaruk pucuk hidungnya dengan jari telunjuk. "Gue nggak sabar aja, gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Criticalove [SELESAI]
Teen FictionYou gave me a reason to keep on breathing. [Criticalove] Aruna. Banyak orang yang mengenalnya sebagai gadis periang, cantik, baik, penuh semangat, dan juga pintar. Namun siapa sangka, Aruna yang selalu terlihat baik-baik saja nyatanya punya banyak l...