☁ | 11 • Hangat Dirasa

8.6K 1.6K 66
                                    

[ c r i t i c a l o v e ]

Mimpi-mimpi akan selalu mengingatkan bahwa hidup memang bertujuan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mimpi-mimpi akan selalu mengingatkan bahwa hidup memang bertujuan. Ia harus dijaga agar tetap berpendar serta mampu menerangi dalam gelapnya keputusasaan.

"Lo udah nganggep Aruna temen ya, Rev?"

Pertanyaan dari Raka membuat Revian mengalihkan fokusnya dari komik yang sedang dibacanya. Alisnya bertaut heran. Pertanyaan Raka terlalu asing baginya.

"Gue seneng sih kalo emang lo udah mau terbuka sama orang lain." Raka lantas melemparkan bola basketnya menuju ring dari area three point. Meleset, Raka berdecak. Kemudian diliriknya Revian yang masih bergeming. Bahkan menjawab tanyanya saja tidak.

Cowok itu mengacak rambutnya yang sudah berantakan. Untuk kali ini, bermain basket terasa membosankan. Play station yang disita memperburuk mood-nya. Revian yang mau berkunjung ke rumahnya juga sebenarnya tidak membantunya lepas dari hal-hal menyebalkan ini. Sahabatnya itu malah asik berkutat dengan komik yang Raka punya, membaca di halaman belakang dan hanya menemani Raka yang sedang bermain basket. Semuanya akan terasa seru jika saja Revian mau bermain bersamanya.

Mengambil bola basket yang sempat menggelinding tidak terarah, Raka melemparnya ke arah Revian seraya berteriak, "Rev tangkap!"

Tembakannya tidak meleset. Namun tentu saja Revian dengan sigap dapat menangkapnya. Padahal tujuan Raka adalah mengusili Revian hingga membuatnya kesal. Tapi juga percuma, Revian merupakan jenis manusia yang jarang sekali terlihat marah, kesal, dan entahlah. Lelaki itu begitu jarang memperlihatkan macam-macam emosinya.

Revian melirik Raka tanpa ekspresi. Bola basket itu tidak langsung diserahkan, hanya di letakkan bersebelahan dengan dirinya. Lalu cowok itu melanjutkan sesi membaca yang sempat digangu Raka.

Sial! Raka menggeram. Dia harus melakukan apalagi untuk membuat Revian tidak lagi mengabaikannya?

"Rev! Kita tanding, yuk!" usul Raka mendadak. Ia menunggu jawaban Revian dengan was-was. Berharap tidak ditolak.

"Nggak."

Bahu Raka melorot. "Tanding bentar doang, elah! Satu babak, 21 point doang!" Namun cowok itu tidak akan menyerah.

"Hm."

Raka lalu menendang udara guna melampiaskan kekesalannya. Revian lebih menjengkelkan yang sekarang daripada yang dulu. Setaunya, semalas apapun cowok itu, dia akan tetap mau Raka ajak bermain basket.

Lalu dengan amat terpaksa, Raka melangkah ke arah Revian. Menyeret sahabatnya menjadi pilihan terakhir sekarang.

"Rev... ayolah." Raka kemudian menarik salah satu tangan Revian yang tidak memegangi komik. Berharap lelaki itu mau menuruti permintaannya.

Criticalove [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang