Hai!
Jujur, part ini rasanya sesak.
Pastikan kamu dalam keadaan baik-baik saja dan enggak sedang sedih berlarut-larut.Jika memang kamu butuh bantuan, hubungi suicide hotline Indonesia
(021) 500-454 atau nomor darurat 119 dan 118.Jika butuh teman cerita, kamu bisa hubungi aku. Nggak apa, aku di sini untukmu❤️
Kamu enggak benar-benar sendirian:)Hal-hal kecil yang buat kamu bahagia?
Pernahkah merasa begitu bahagia sampai nggak sadar nangis?
Keadaan langit paling favorit?
Rileks, jangan tegang. Tenang.
Selamat membaca❤️Now playing :: Yaeow - Far Away From Here
Can you take me far away?
Somewhere I can rest my head
Can you take me far away from here?[ c r i t i c a l o v e ]
Mati adalah hal pasti, datangnya tak mampu dielak lagi. Meski terkadang ada rasa ingin mendahului takdir ketika dunia selalu memberi luka tanpa henti.
☁️
Sore menjelang, baskara dalam perjalannya menuju peraduan. Sinarnya yang jingga menyorot bentala, mengiringi kepergian seseorang yang begitu Revian cinta. Lelaki itu merasa kehilangan di hari bahagia. Di saat mimpinya tercapai, di satu sisi ketakutannya menjadi nyata.
Selepas mengebumikan sang Ibu, lelaki itu belum juga beranjak dari tempatnya berdiri. Ia terus menatap tanah merah yang basah. Tidak ada yang tahu apa isi kepala juga hatinya. Tiada tangis yang diperlihatkan, bahkan raut sendu atau pilu tidak tampak di wajahnya yang dingin. Kosong, tanpa ekspresi berarti.
Di sebelahnya masih ada Raka juga Aruna. Gadis itu datang bersama teman-teman lainnya. Ikut mengiringi kepergian Yuli hingga pusara sedang teman-teman lainnya di rumah Revian ditemani orang tua Raka yang pulang sedari tadi.
Aruna yang sedari tadi bungkam kini mendekati Revian. Diusapnya lengan lelaki itu lalu berujar, "Rev ... pulang, ya? Istirahat. Ada gue sama Raka yang selalu ada di samping lo. Lo nggak sendirian, Rev."
Revian masih membatu di tempatnya. Tidak ada respon untuk Aruna. Kemudian giliran Raka yang merangkul lelaki itu. "Lo nggak mau pulang?" tanyanya lirih.
Beberapa menit berselang, Revian mengangguk kemudian berbalik. Ketiganya berjalan beriringan menuju mobil Raka. Mereka akhirnya pulang. Tidak ada yang melontar sepatah kata dalam perjalanan menuju rumah, membiarkan sunyi merajalela. Raka bilang Revian butuh waktu, maka sejak tadi Aruna mengunci bibirnya rapat karena takutnya salah bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Criticalove [SELESAI]
Teen FictionYou gave me a reason to keep on breathing. [Criticalove] Aruna. Banyak orang yang mengenalnya sebagai gadis periang, cantik, baik, penuh semangat, dan juga pintar. Namun siapa sangka, Aruna yang selalu terlihat baik-baik saja nyatanya punya banyak l...