☁️ | 26 • Bersama dalam Tawa

6.8K 1.4K 474
                                    

Hai!
Apa kabar?
Maaf ya, lama nggak apdet:(
Makasih udah mau nungguin:')

Seberapa persen kangen kalian ke Criticalove?
Komen emoji love favorit kalian! 💙

Jangan lupa pencet bintang, dan beri komentar yang banyak:)

Serius, nanti dobel apdet kalau komennya banyak wkwkwkw

Selamat membaca💙

🎡

Terkadang kita perlu melupakan duka lara barang sesaat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terkadang kita perlu melupakan duka lara barang sesaat. Agar selamanya tidak terpaku pada sakit yang ada. Karena kita perlu bahagia, tertawa, tidak melulu larut dalam kesedihan di waktu yang lama.

☁️

Suara klakson motor mengalihkan perhatian Revian dari mengemas barang. Ia menyampirkan tas di pundak, berjalan keluar kamar guna menemui Yuli untuk pamit pergi.

"Berangkat dulu," pamitnya pada Yuli. Diciumnya tangan sang Ibu sambil berdoa dalam hati. Setelahnya ia berbalik, melangkah ke luar rumah, menemui Raka yang sudah menunggunya. Yuli berjalan mengikuti.

Hari ini adalah seleksi untuk pemain inti tim basket yang akan maju di pertandingan nasional. Revian sudah memberitahu sang Ibu. Tentu saja ia disetujui. Ia juga didoakan agar memenangkan pertandingan seperti beberapa tahun lalu.

"Assalamualaikum!" ucap Raka dan Revian bersamaan ketika keduanya sudah bersiap hendak meninggalkan halaman rumah Revian.

Wanita paruh baya itu tersenyum sambil melambaikan tangannya. "Waalaikumsalam," jawab Yuli lirih.

Setelah Revian dan Raka benar-benar menghilang dari pandangan, wanita itu baru menunjukkan sisi sakitnya. Batuknya terdengar memilukan. Ia menutup mulut dengan tangannya. Seringkali yang didapatinya adalah cairan merah pekat yang ada di telapak tangan.

Napasnya terembus panjang. Wanita itu selalu berdoa, ia dikuatkan hingga Revian memenangi kejuaraan.

Motor Raka melaju dengan cepat. Lincah menyalip kendaraan lainnya. Baik Revian dan Raka saling diam. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Revian mengkhawatirkan sang Ibuyang kesehatannya semakin menurun. Takutnya, wanita itu tidak lagi mampu bertahan. Revian ingin melakukan sesuatu yang membanggakan untuk sang Ibu, namun ia risau jika wanita itu tidak mampu menunggu lebih lama lagi.

Ketakutan terbesarnya adalah kehilangan. Ia benar-benar tidak siap untuk menghadapinya. Jika boleh, ia ingin bertukar tempat dengan sang Ibu. Tak apa jika Revian yang sakit, asal Yuli jangan. Tak apa jika Revian yang pergi selamanya, asal bukan Ibunya.

Tanpa lelaki itu sadari, motor Raka sudah terhenti di parkiran Dream High School. Lelaki itu turun dari motor sambil melepas helm.

"Semangat Bro! Gue yakin lo bakal keterima!" ujar Raka. Ia bahkan menepuk bahu Revian, menyemangati.

Criticalove [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang