☁ | 16 • Keanehan yang Menjadi-jadi

7.4K 1.6K 302
                                    

Yuk spam lagi wkwkwk
Biar ketemu Minggu depan:)
Me loop ya!💙💙
Jangan lupa baca Author Note (yg ada di bawah sono) karena ada pertanyaan yang harus dijawab:)

[ c r i t i c a l o v e ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ c r i t i c a l o v e ]

Luka yang nampak cenderung mudah diobati daripada yang tak kasat mata. Terkadang, tahu-tahu saja lukanya bertambah padahal yang sebelumnya belum mampu tersentuh apalagi sembuh.

"Sejak kapan sih lo deket sama Revian?"

Aruna mengalihkan pandangannya dari semangkuk bakso yang tengah disantap. Ditelisiknya Mega dengan mata memicing. Gadis itu nampak menimang sejenak sebelum menelan bakso yang tengah dikunyah lantas meminum teh hangatnya.

Keduanya memang berada di kantin karena istirahat kedua sedang berlangsung. Aruna mencondongkan tubuhnya ke arah Mega, berbisik, "Sekitar dua bulan."

"Kok bisa?!" Mega melotot saking terkejutnya. "Ini Revian yang nggak naik kelas itu, kan? Bukan Revian ketua OSIS, kan? Revian yang kemaren tanding itu Revian yang nggak naik kelas, kan?" berondong Mega pada Aruna.

Sontak saja gadis itu otomatis melempar temannya dengan tisu yang sudah dikepal. "Kalo ketua OSIS ya Raven! Sejak kapan lo pikun gini, sih? Terus Revian di sekolah kita ada berapa, coba?"

Mega menepuk jidatnya. "Gue salah sebut, ya?" Menggaruk tengkuknya, Mega meringis. "Nama mereka hampir sama, sih...."

Aruna mendengkus. "Ngaku-ngakunya up to date gosip DHS, tapi bedain Raven sama Revian nggak bisa," sindirnya telak.

"Bukannya nggak bisa...." Mega meminum air putihnya. "Gue cuma oleng gara-gara ulangan Fisika dadakan tadi," elaknya. "Eh tapi serius? Lo nggak takut?"

"Takut apa?" Aruna menggeser mangkuk baksonya yang sudah kosong. Fokusnya ke arah Mega seorang.

"Citra lo turun," ujar Mega dengan mimik serius.

Aruna mendecap. "Ngomong yang bener. Belum pernah dimarahin Limbad, ya?"

"Terus kalo ortu lo tahu gimana? Pikiran mereka bisa ke mana-mana. Lihat sepak terjangnya Revian deh, coba. Bad boy dia."

"Dia anak baik, kok," kilah Aruna. Gadis itu masih tetap dengan pendiriannya.

"Sering telat, sering bolos, bermasalah. Baik dari mana Arunaaaa?" ujar Mega gemas sendiri dengan Aruna.

"Lo belum kenal, jadi belum bisa paham Megaaa." Aruna memberikan selembar uang seratus ribu pada temannya itu. "Jangan nilai orang sembarangan. Biasanya yang terlihat nggak seperti apa yang ada di dalamnya. Penampilan bisa menipu, tahu!"

Aruna memelototi Mega. "Sono bayar. Sisanya buat beli cemilan di kelas. Buat lo juga nggak apa-apa."

"Lo cantik banget tau kalo lagi baik!" Setelah mengucapkannya, Mega melenggang segera guna membayar makanan yang sudah disantap keduanya.

Criticalove [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang