☁️ | 25 • Berjuang Bersama

7.8K 1.5K 282
                                    

Hai!
Ada yang kangen Criticalove?
Sini absen dulu! Jam berapa baca cerita ini?

Hmm lebih suka cowok humoris macem Raka? Atau dingin-dingin cuek macem Revian?

Lagu yang cocok buat mood kamu saat ini? Lagu favorit?

Jangan lupa pencet bintang dan komentar banyak-banyak. Kalau komennya mencapai target yang aku pengin, double apdet deh!

Selamat membaca💕

🎡






[ c r i t i c a l o v e ]

Tawa mampu menutup luka dengan sempurna, menipu orang-orang dengan mudahnya, juga menjadi obat agar mampu bertahan di dunia.

☁️

Revian menata buku-buku di rak perpustakaan. Meneliti satu-satu jika saja ada buku yang menyasar di tempat yang tidak seharusnya. Tatapannya tidak berminat namun ia tetap mengerjakannya.

Semua itu bukan karena ia dihukum akibat terlambat datang ke sekolah, tapi karena lelaki itu membolos di jam pelajaran. Bu Ramamita meminta tolong padanya merapikan buku-buku.

Revian meletakkan buku terakhir yang ada di keranjang. Menghela napas panjang, lelaki itu memutuskan untuk sekadar rebahan di tempat kesukaannya. Setidaknya tugas yang diberi telah selesai dilakukan. Ia ingin membolos seharian, jadilah perpustakaan menjadi tempat pelarian.

"Revian?"

Lelaki itu membuka matanya. Baru saja ia memejam, tapi Bu Ramamita sudah berdiri di depannya. Bahkan, tanpa mendengar apa yang ingin dikatakan wanita itu, Revian sudah tau apa yang harus dikerjakannya. Ia segera bangkit, menepuk-nepuk seragamnya guna menyingkirkan debu yang menempel.

"Iya, Bu?"

"Kamu gantiin saya bisa? Saya ada urusan sebentar," tanya Bu Ramamita.

Revian mengangguk. Menuruti permintaan wanita itu tanpa banyak bertanya. Karena terlalu sering berada di perpustakaan, Revian menjadi dekat dengan Bu Ramamita. Terkadang wanita itu membelikannya makanan, meminta tolong menata buku atau menggantikan posisinya seperti saat ini. Revian tidak pernah keberatan.

"Yaudah, saya ke luar sebentar." Dia melenggang pergi. Meninggalkan Revian seorang diri.

Revian berjalan menuju kursi Bu Ramamita. Duduk di sana, lelaki itu memilih untuk menumpukan kepalanya di meja. Ia terlalu memikirkan banyak hal. Seperti fakta yang baru saja diketahuinya, bahwa Revian hanyalah anak angkat. Hadirnya bahkan tidak pernah diinginkan di dunia. Dia memang tidak tahu orang tua kandungnya, namun ia rasa mereka orang yang jahat. Membuangnya begitu saja hingga ditemukan oleh Ibunya, Yuli. Tapi Doni juga tidak menginginkannya. Haruskah ia melanjutkan keinginannya untuk bunuh diri?

Tapi... Aruna? Raka? Ibunya?

Akankah mereka merasa kehilangan?

"Rev! Revian!"

Lelaki itu hanya melirik seseorang yang memanggil namanya. Ternyata hanya Aruna yang sedang menyungging senyum cerah tanpa beban.

"Reviaaan!"

Memejamkan mata sejenak, ia menegakkan punggung. Gadis itu akan terus saja memanggil namanya tanpa henti jika tidak dihirau. "Apa?" tanya Revian.

"Lo gantiin Bu Ramamita?"

Gadis itu sebal ketika hanya helaan napas panjang yang didapatinya sebagai jawaban. Aruna cemberut. "Jawab pertanyaan gue, kek."

Revian memutar bola matanya lalu menjawab, "Retoris."

Criticalove [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang