Kejutan untuk kalian!
Selamat membaca:)💕
Perbanyak komentar?
Boleh dong boleh.
Jangan lupa, seperti biasa, jawab pertanyaan di AN (yg ada di bawah sonoo)🎡
Dalam hidup, ada batas yang harus dipahami, dihargai, serta tidak untuk dilewati. Karena tiap-tiap manusia tak pernah ingin masalah mereka dicampuri atau bahkan dikulik hanya untuk dijadikan bahan pembicaraan di sana-sini.☁
Malam terasa dingin karena sisa-sisa hujan yang sempat membasahi. Lembab, genangan air di beberapa tempat, juga tetes-tetes air yang terkadang turun kala ranting dihempas angin. Namun semua itu tidak menghalangi Aruna yang malam ini—seperti biasa ketika didera rasa muak belajar—memutuskan untuk berjalan-jalan keluar.
Jika biasanya gadis itu tidak memiliki tujuan pasti dan berakhir di tempat-tempat yang sekiranya disukai, sekarang ia memiliki tempat berlabuh. Tempat Revian bekerja adalah favoritnya. Karena selain bisa makan kenyang di sana, gadis itu juga bisa mengusili Revian meski lelaki itu susah untuk diajak bercanda.
Tapi tidak apa-apa. Aruna punya banyak cara agar lelaki itu merespon. Yaaa... walau yang keluar hanya decakan atau malah sepasang mata yang melotot ke arahnya. Setidaknya itu sudah bagus. Bagi Aruna tentu saja. Karena pastinya Revian jengkel setengah mati pada gadis itu.
Katakan saja Aruna seorang gadis yang tidak punya malu, keras kepala, dan sebagainya. Apa salahnya? Aruna hanya berusaha. Tidak mudah menyerah adalah tekadnya untuk merubah Revian menjadi lebih baik atau sukur-sukur, merubah perasaan Revian juga.
Eh! Bukan! Semua rasa yang ada merupakan bentuk dari simpati. Hanya itu. Tidak lebih. Hanya simpati belaka. Janjinya hanya bentuk dari ingin peduli juga menjalani motto hidupnya yaitu; berbuat baik pada siapa saja. Karena siapa tahu, Tuhan berbaik hati dan memberinya hadiah yang tidak terkira berharganya.
Aruna mengangguk mantap. Mungkin jika ia merupakan makhluk animasi, di matanya sudah berkobar api ambisi.
Tapi... untuk rasa lain yang tidak mampu dirabanya, Aruna bahkan masih tidak tahu itu bentuk dari apa. Jadi, mungkin mengelak adalah satu-satunya solusi yang ada. Karena takutnya, praduga yang dimiliki malah membuatnya sakit hati. Cinta bertepuk sebelah tangan bukan main sesaknya, juga tidak keruan ambyarnya.
"Lo nggak pulang?" tanya Revian. Lelaki itu malam ini nampak begitu menggemaskan bagi Aruna. Bagimana tidak? Rambutnya yang mulai memanjang dikucir sekenanya. Ingin rasanya Aruna menarik rambut itu lalu menyeretnya menuju tukang potong rambut terdekat. Meski gondrongnya tidak berlebihan, tapi hingga bisa dikucir seperti itu bukankah sudah menyalahi peraturan Dream High School? Lalu bagaimana lelaki itu selalu bisa kabur?!
Aruna menilik jam pada ponselnya. Revian sudah pergi membantu Pak Jamal. Sepertinya lelaki yang usianya lebih dari setengah abad itu sudah kelarisan. Masih pukul sepuluh malam, namun sudah ludes terjual. Apakah ini pengaruh ketampanan Revian? Atau Aruna yang membawa keberuntungan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Criticalove [SELESAI]
Teen FictionYou gave me a reason to keep on breathing. [Criticalove] Aruna. Banyak orang yang mengenalnya sebagai gadis periang, cantik, baik, penuh semangat, dan juga pintar. Namun siapa sangka, Aruna yang selalu terlihat baik-baik saja nyatanya punya banyak l...