☁️ | 23 • Yang Kita Inginkan

7.7K 1.5K 301
                                    

Tarik napas, embuskan....
Rileks, jangan tegang:)
Mari menikmati waktu sendiri meski sejenak💕

Maaf telat:(
Mohon dibaca, ya:)
Post di snapgran quotes atau notifikasi terbaru dari Criticalove, yuk!
Karena kata Aruna, dua orang tercepat bakalan difollback!
Jangan lupa tag::
@/ar.syalalalala
@/_arunaaaa
@/rev.nalendra
Ayo! Buruan cepet-cepetan!

Spam komentar, dong!
Mau bilang next sebanyak-banyaknya juga boleh:)
Siapa tau, kan, aku berubah baik:)

Bacotanku di Ar notes jan lupa dibaca:)

Selamat membaca 💕
Enjoy it!

🎡

[ c r i t i c a l o v e ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ c r i t i c a l o v e ]

Bahagia memiliki waktunya sendiri untuk tiba. Bisa jadi ia didahului luka, kecewa, juga rasa menyerah sebelum waktunya. Lalu, bertahan adalah jawaban untuk setiap tahapan yang akan dilalui nantinya.

☁️

Aruna
Rev, lo dimna?

Revian uwu 🐻
?

Aruna
Gue mau ngomong sesuatu

Revian uwu 🐻
Lapangan basket

Aruna
Okee tunggu gue! Jangan lari!

Setelah mengirim pesan balasan kepada Revian, Aruna melangkahkan kakinya menuju tempat yang disebutkan lelaki itu. Ia mengatur napasnya sambil mengingat poin-poin yang ingin disampaikannya pada Revian.

Langkahnya mantap. Ketika sesekali ia berpapasan dengan orang-orang yang dikenalnya atau yang sekadar menyapanya, dia mengukir senyum manis. Membuat orang-orang mengira bahwa seorang Aruna itu sempurna. Gadis itu cantik, pintar, berasal dari keluarga yang berkecukupan. Semuanya seakan melupa bahwa Aruna memiliki penyakit yang mematikan.

Sesampainya di lapangan, senyumnya semakin melebar. Melihat Revian yang sedang berlatih basket membuatnya senang. Nampak bahwa lelaki itu sedang berlatih menembak bola dari area tiga angka, berlari cepat ketika bolanya meleset dari ring. Lelaki itu memakai t-shirt dengan celana abu-abu. Kemeja serta jas almamater miliknya sudah tergeletak bersama tas di pinggir lapangan. Keseriusan yang terpancar darinya mencipta gelenyar aneh di dada Aruna.

Gadis itu lalu berjalan memasuki lapangan basket. Ia berdiri di sana, masih mengamati Revian hingga bola berwarna oranye menggelinding di bawah kakinya. Gadis itu membungkuk lantas mengambil bola basket tersebut. Bersamaan dengan itu, ada bayang-bayang yang menutupinya dari panas matahari. Meski sebenarnya sedikit mendung, namun tetap ada panas yang menerpa.

Criticalove [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang