☁️ | 28 • Dekat dalam Dekap

6.5K 1.4K 505
                                    

Ciyeeee kangen sama aku wkwkwk.
Sini merapat kita berbagi kabar:)
Aku kangen huhuhu:(

Maafin aku, ya, lama banget apdetnya:''
Sini aku obati, jangan lupa banyak spam komen ya, siapa tau ada sesuatu heewhew

Kamu tim happy end apa sad end?

Spoiler nggak?
Nggak usah ah. Cus langsung baca aja. Aku tau pasti kangen banget sama Revian - Aruna.
Raka aku umpetin dulu:v

[ c r i t i c a l o v e ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ c r i t i c a l o v e ]

Tidak berguna bukan berarti sia-sia. Tidak berguna bukan berarti bisa dibuang begitu saja. Jika menyadari, yang tidak berguna seringkali begitu berharga. Karena tidak setiap makna terucap kata dan terlihat mata.

☁️

Pintu rumahnya berderit kala ia membukanya perlahan. Seperti malam-malam biasanya, sekantung kresek yang dibawanya berisi bungkusan nasi goreng. Suara TV terdengar lirih ketika ia memasuki ruang tamu. Lelaki itu menyibak tirai yang sebagai sekat ruang tamu dengan ruang utama.

"Assalamualaikum," salam Revian terdengar lirih.

Senyum sang Ibu langsung menyambut kedatangannya. "Waalaikumsalam," jawab Yuli.

Revian mencium tangan Yuli lalu memberikan makanan tersebut. "Ibu belum tidur?" tanyanya.

Yuli menggeleng lalu menjawab, "Nungguin kamu," dibukanya kresek hitam yang dibawa Revian, "terima kasih."

Revian mengangguk, ia kemudian mengambil duduk di sebelah ibunya.

"Tolong, ambilin tehnya Ibu," pinta Yuli. Revian seketika bangkit. Kembalinya membawa dua cangkir teh hangat yang sepertinya memang sudah Ibunya sediakan.

"Pak Roni bilang hutang Ayah udah lunas." Revian memulai percakapan. Sekadar memberitahukan bahwa salah satu bebannya terangkat.

"Seharusnya kamu nggak bekerja, Rev. Fokus sekolah. Biar Ibu yang nanggung," Yuli menyeruput teh setelah mengatakannya, "ibu sebenarnya nggak mau kamu ikut nanggung beban segini berat."

"Nggak apa-apa."

"Tapi, Nak—"

"Kalau Ibu yang kerja sendirian, Revian bakal jadi anak paling nggak berguna," ucap Revian. Lensa kelamnya menatap sungguh-sungguh tanpa ada ragu.

Yuli tersenyum miris. "Kamu sudah berusaha terlalu keras, Nak." Wanita itu menjeda ucapannya. Dirinya baru teringat bahwa tidak lama lagi akan ada pengambilan rapor. "Ambil rapor-nya kapan?"

"Kurang lebih seminggu lagi." Revian meminum tehnya. "Raka bilang nggak perlu khawatirin uang SPP yang belum dibayar."

Hela napas terdengar panjang dari keduanya.

Criticalove [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang