☁ | 09 • Gambar Terselip Pesan

10.1K 1.7K 46
                                    

Jangan lupa follow ig-nya Revian dan Aruna💙
@/rev.nalendra
@/_arunaaaa

[ c r i t i c a l o v e ]

[ c r i t i c a l o v e ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hal-hal yang diingini terkadang melukai diri. Ambisi serta tuntutan orang lain yang menjerat tak terelakkan lagi. Lalu, apa kebebasan yang didamba masih bisa tuk dimiliki?
Padahal, yang memaksa untuk terus berusaha adalah diri sendiri.



Bel pertanda akan dimulainya mata pelajaran belum berdering. Waktu yang ada masih banyak tapi kelas sudah meramai. Mungkin jika bukan karena ulangan matematika peminatan di jam pertama, kelas 11 IPA1 tidak akan segaduh ini.

Beberapa siswa nampak begitu serius berkutat dengan latihan soal persamaan trigonometri bentuk sin²x, cos²x, dan tan²x. Sebagian kecil terlihat pasrah, tatapan mereka menunjukkan rasa putus asa. Seakan-akan sekuat apapun berusaha, akan bertemu remedial pada akhirnya.

Kebanyakan murid yang datang langsung terburu duduk, membuka buku dan belajar atau mungkin bertanya pada teman yang sekiranya menguasai materi tersebut. Namun ada seseorang yang berbeda. Ketika ia datang, langkah kakinya santai, tidak tergesa. Bahkan kala ia sudah duduk di bangkunya, senyumnya terukir apik, menyapa Mega yang sedang berkutat dengan buku catatannya.

"Gud mowning Megaaaa. Semangat banget buat ulangan," ucapnya dengan nada ceria. Tangannya memindahkan tasnya ke atas meja.

"Aru, kalo mau ganggu gue nanti siang aja, deh. Gue belom apal, nih." Mega bahkan tidak menatap Aruna ketika berbicara, bukti bahwa cewek itu ingin belajar meski seharusnya dilakukan semalam. Lalu Aruna hanya menggedikkan bahunya. Mengeluarkan beberapa buku serta alat tulis. Ia sudah belajar semalaman. Mengerjakan soal-soal yang diberikan Mama, menyelesaikan tugas sekolah, dan tentu saja belajar untuk ulangan. Oh-oh! Dia juga sempat teleponan dengan Revian. Mungkinkah Revian akan mengembalikan ponsel yang diberikannya? Ia menggeleng, seharusnya Revian tidak masuk di benaknya untuk saat ini.

Entah mengapa, hari itu ketika diajak pergi ke pusat perbelanjaan oleh sang Mama, ia tertarik untuk membelikan Revian ponsel. Mungkinkah hanya rasa simpati ketika tahu Revian memakai HP butut? Semudah itu Aruna mengeluarkan uang demi Revian? Wajar, kah?

"Selamat pagi!"

Semua atensi teralih pada seorang guru di depan. Pak Sasmita. Guru matematika DHS yang moody-an dan terkenal akan kumis lebatnya.

Semua murid merapikan duduknya lalu menjawab, "Selamat pagi, Pak!"

"Ulangan akan dibagi jadi dua sesi. Jadi, langsung saja untuk yang tidak siap pada sesi pertama, silakan keluar."

Aruna menoleh pada Mega. Tanpa berucap sekalipun Mega sudah tahu, temannya itu akan mengikuti sesi pertama. Maka dengan senang hati ia melangkah keluar kelas dan melanjutkan hafalan materi.

Criticalove [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang